Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hoax terbaru tentang teori konspirasi di balik wabah Covid-19 viral di media sosial Amerika Serikat. Isinya masih tentang rekayasa wabah yang sengaja diciptakan untuk rencana vaksinasi yang disisipi chip. Dengan chip itu sehingga seseorang bisa dilacak menggunakan teknologi jaringan 5G.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bedanya, kali ini menyebutkan adanya antena 5G pada masker-masker bedah. Antena yang dimaksud adalah bagian atas dari masker yang terbuat dari kawat atau batang kecil dari plastik dan bisa dibengkokkan. Video yang beredar menunjukkan bagian kawat plastik itu, mengeluarkannya dari sisipan masker, dan merusaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hari ini saya baru menyadari kalau kawat dalam masker wajah itu sebenarnya antena 5G," cuit akun @scirreeve sambil melampirkan cuitan seorang lainnya yang menyerukan agar tidak membeli masker bedah dan meminta membuat masker sendiri.
Sebagian netizen langsung memperingatkan kalau informasi itu sesat. Seperti yang dilakukan @thetracysimone yang mengaku seorang fisikawan nuklir. Menurutnya, teknologi jaringan 5G tidak ditanam di masker dan tidak membuat kanker seperti isi pesan yang viral. Dia menambahkan, teori konspirasi itu mengada-ada dan tidak jelas sumbernya.
Situs media Forbes juga menuliskan bahwa tidak sulit untuk membuktikan kalau teori itu keliru. Pertama, karena informasi yang dibagikan tak didukung bukti ilmiah. "Untuk mengatakan kawat itu sebagai antena 5G, harus bisa ditunjukkan kalau dia bisa memancarkan sesuatu, atau memiliki kemampuan untuk itu," tulis Forbes dalam artikelnya, Sabtu 11 Juli 2020.
Kedua, jelas kalau bagian 'antena' itu sebatas kawat yang membantu masker bedah bisa dikenakan lebih rapat di wajah, terentang menutup mulai dari dagu, mulut, sampai ke hidung. Tanpa kawat itu, masker bahkan mudah sekali kendur oleh embusan napas pengguna.
Joseph Downing dari London School of Economics yang mempelajari asal usul teori konspirasi 5G di balik wabah Covid-19 di mesia sosial mengatakan menemukan @5gcoronavirus19 sebagai akun pertama yang melontarkan teori konspirasi itu. Akun tersebut mencuitkannya 303 kali dalam tujuh hari. Setiap cuitan juga men-tagging Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Jadi anda memiliki di sini seseorang yang paham cara memanipulasi lanskap media sosial," kata Downing.
Akun itu telah diblok Twitter tapi tidak jelas hingga kini siapa di baliknya. Tapi dipastikan orang tersebut paham bagaimana algoritma media sosial bekerja. Terbukti, lebih dari 70 menara seluler dibakar di Inggris pada April dan Mei lalu untuk tuduhan keterkaitan dengan dengan penyebaran virus Covid-19.
FORBES | NPR