Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Kuliah Umum di ITB, Ulil Abshar Abdalla Bicara Algoritme dan Toleransi di Ruang Digital

Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla memberikan kuliah umum di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu 20 November 2024.

20 November 2024 | 22.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla menghadiri acara perkenalan Kejuaran Nasional dan Pagar Nusa Championship V 2024 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Senin, 12 Agustus 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla memberikan kuliah umum di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu 20 November 2024. Bertopik Toleransi di Era Digital; Peran Generasi Muda Merawat Kebhinekaan, Ulil memaparkan Gen Z bersama tantangan serta masalahnya dalam keragaman di ruang digital.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, komunikasi di ruang digital mengagumkan dan memudahkan banyak hal, memberikan pilihan informasi yang luar biasa dan bisa membuat orang terhubung dengan siapa saja. Namun begitu, ada kelemahan yang diantaranya berasal dari penggunaan algoritme seperti di media sosial. “Sehingga menimbulkan efek echo chamber atau juga filter buble,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat rumus algoritme itu, pengguna media sosial cenderung diberikan informasi berdasarkan akses sebelumnya. “Masa lalu menentukan masa depan, itu cara kerja algoritme dalam media sosial modern,” ujar Ulil.

Karena pembatasan informasi oleh algoritme itu, dunia digital yang bisa menghubungkan orang secara global pada saat bersamaan sekaligus memutus informasi lain. “Memutus kita dari komunikasi dengan hal-hal yang seharusnya kita ketahui.”

Tantangan lain untuk Gen Z, menurut Ulil, adalah politik identitas yang diartikannya sebagai identitas yang dipolitisir dan menjadi ciri menonjol pada masyarakat digital saat ini. Generasi dulu disebutnya memaknai politik identitas sebagai fakta sosial semata.

“Sekarang identitas ini dimaknai sebagai alat untuk menguasai kelompok yang berbeda,” katanya. Ditambahkannya, politik identitas itu juga menyebar di media sosial yang menjadi tempat hidup Gen Z.

Menurut Ulil, tantangan besar kebhinekaan di era digital sekarang tidak hanya pada bidang agama, melainkan banyak isu, seperti ras dan imigran. Menghadapi masalah itu, dia mengusulkan untuk mengembangkan cara berpikir dan menelaah secara kritis suatu informasi yang tersebar lewat teknologi digital.

“Informasi yang kita baca di ruang digital itu sebetulnya bukan informasi yang sepenuhnya naïf dan lugu, tetapi ada sesuatu dibaliknya,” ujar Ulil. 

Sumber informasi perlu dicari lebih banyak lagi dari media arus utama juga informal atau tidak resmi untuk dikritisi. “Setiap informasi yang kita baca sekarang ini harus kita anggap sebagai informasi yang kemungkinannya salah,” katanya.

Upaya lain dengan memperluas pergaulan dengan banyak kelompok yang beragam serta aneka pandangannya. Kemudian memperbanyak dialog lintas budaya sehingga terjadi proses saling belajar.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus