Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Tantangan Pemantauan Badak Jawa Menggunakan Kamera Jebak di TN Ujung Kulon

Sudut pandang kamera yang dipasang juga harus disesuaikan dengan perubahan perilaku badak jawa

6 Februari 2024 | 17.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Ardi Andono membeberkan beberapa tantangan dan hambatan yang diperoleh dari penggunaan kamera jebak untuk memantau badak jawa. Salah satunya berhubungan dengan penyesuaian titik lokasi keberadaan satwa dan risiko kerusakan pada kamera jebak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembahasan soal kamera jebak untuk pemantauan badak jawa itu disampaikan Ardi di kegiatan 'Sharing dan Monitoring Satwa Liar' pada 3 hingga 5 Februari 2024 kemarin. Ia menilai perlu berbagi cerita mengenai tantangan dan hambatan menggunakan kamera jebak, supaya para petugas dan penggiat konservasi di lapangan bisa teredukasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Badak jawa memiliki nilai sangat luar biasa dan wajib dijaga kelestariannya. Maka pemasangan dan penggunaan kamera jebak menjadi faktor penentu keberhasilan pengambilan data di lapangan," kata Ardi dari keterangan yang diterima Tempo, Selasa 6 Februari 2024.

Melalui kegiatan ini, Ardi menerangkan bahwa terdapat dua faktor yang menjadi tantangan serta hambatan utama dalam penggunaan kamera jebak, masing-masingnya adalah faktor teknis dan kondisi alam.

Pada bagian faktor teknis, dijelaskan Ardi bahwa keberhasilan penggunaan kamera jebak didasari pada kemampuan personel untuk mengatur posisi dipasangnya kamera jebak, semisal mempertimbangkan teritorial yang sering dikunjungi oleh badak jawa. "Angle kamera yang dipasang juga harus disesuaikan dengan perubahan perilaku badak jawa," ujar Ardi.

Selain itu, pada faktor kondisi alam, Ardi menerangkan bahwa kamera jebak sangat rentan terhadap kerusakan ataupun hilang saat berada di alam. Penting bagi setiap petugas mengingat dengan pasti di mana lokasi pemasangannya. Selain itu, kondisi alam berupa hujan sangat berisiko menyebabkan kamera jebak rusak dan kehilangan fungsinya.

"Faktor alam ini sangat berpeluang untuk mempengaruhi kondisi kamera jebak. Air hujan berdampak pada korsleting dan lokasi lembab menyebabkan baterai kamera jebak memuai. Gigitan satwa pengerat juga bisa merusak kamera," ucap Ardi.

Ardi berpesan kepada semua petugas lapangan, khususnya di Balai TNUK, untuk sama-sama belajar dan menjaga kamera jebak itu, sebab fungsi dari alat ini masih sangat berguna untuk memantau keberadaan dan aktivitas badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.

Badak merupakan salah satu mamalia besar di Indonesia yang terancam punah. Di Indonesia terdapat dua spesies badak, yaitu badak sumatera dan badak jawa. Mengutip situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK, populasi badak jawa saat ini tidak sampai 100 ekor individu di alam liar. Spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam atau critically endangered dalam Daftar Merah IUCN. Taman Nasional Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus