Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Biro Pusat Statistik dan Ditjen Pariwisata mengadakan survei kepada para turis. Daftar pertanyaan di sebarkan di airport, dan diminta memerinci pengeluaran-pengeluaran. Sum-Ut diminta menggalakkan sarana. (eb)

8 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USAI memeriksakan kopor dan barangbarang di Dabean, Dr. E. Czub mendadak saja dihadang dua gadis cantik di ruang keberangkatan Pelabuhan Udara Polonia, Medan. Ahli penyakit hewan berkebangsaan Jerman Barat itu agak terpana sejenak ketika disodori secarik kertas tebal Visitors Survey: formulir berisi pertanyaan untuk kepentingan penelitian kepariwisataan. "Gangguan" selama beberapa menit itu juga harus dihadapi puluhan turis asing di Halim Perdanakusuma aakarta) dan Ngurah Rai (Denpasar), yang bertolak antara 13 Agustus dan 1 September. Mereka, tentu saja, diminta berpikir agak keras untuk menjawab pertanyaan: berapa lama tinggal di sini, berapa pendapatan tahunan keluarga, dan berapa uang yang dibelanjakan selama di sini. Mereka juga diminta memperinci pengeluaran untuk akomodasi dan pembelian suvenir. Sebagai penyelenggara survei, Biro Pusat Statistik (BPS) dan Ditjen Pariwisata sudah mengusahakan membuat 16 pertanyaan dalam bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Prancis itu mudah dijawab sambil menunggu pesawat. Survel semacam itu perlu dilakukan, kata Azwar Rasjid, kepala BPS, karena data tentang pariwisata yang ada dianggap masih belum memadai. Angka mengenai jumlah kunjungan turis asing, negara asal, hotel dan tingkat penghuniannya dinilai belum bisa sepenuhnya digunakan untuk mendukung perkembangan pariwisata. Karena itulah, survei ini diselenggarakan, "Untuk membantu Pak Tahir (Menteri Pariwisata Pos, dan Telekomunikasi) mencari data," ujar Azwar. Pemerintah sesungguhnya sudah menyadari terbatasnya daya tarik produk dan atraksi wisata di sini, juga mahalnya ankutan udara domestik, yang menyebabkan kunJungan tuns asing masih belum kencang. Pada 1979 jumlah turis asing yang berkunjung kemari tercatat 460 ribu lebih. Empat tahun kemudian hanya naik jadi sekitar 650 ribu. Secara kasar, selama Repelita III itu, pertumbuhan wisatawan asing ke sini hanya 7% setiap tahun - terendah di ASEAN. Pada periode itu, mereka rata-rata tinggal di sini, konon, selama 7,5 hari. Banyaknya produk dan atraksi wisata, juga kenyamanan akomoasi, jelas turut menentukan apakah seorang turis betah lebih lama tinggal di sini atau tidak. Untuk mengetahui bagus tidaknya pelayanan di sini, survei itu juga memuat pertanyaan mengenai, misalnya, soal akomodasi dan transportasi. Maklum, turis asing tak jarang harus menghadapi kenyataan kecut ketika mendarat di sini: tangannya ditarik-tarik sejumlah pengemudi taksi yang berusaha menawarkan jasa, misalnya. WAKTU naik bis dari Medan ke Parapat, Czub juga dipermainkan kondektur bis. Tapi turis ini, yang mungkin sudah mengetahui kondisi Indonesia, tak segan-segan menawar tarif hotel di Parapat. Kendati fasilitas hotel di sana dianggapnya jelek, dia menilai ongkos menginap yang bisa ditawar hanya Rp 10 ribu semalam, "Masih lebih murah dibandingkan Malaysia." Dengan cara tarik urat sedikit, selama tujuh hari di Sumatera Utara itu, Czub ternyata hanya mengeluarkan duit Rp 245 ribu, atau kurang dari US$ 35 sehari. Pelit? Mungkin saja, karena memang tak banyak obyek wisata atau kerajinan yang bisa dibeli. Dalam upaya memDerbanyak pengeluaran dolar mereka itu, Ch. L. Sitorus, kepala Dinas Pariwisata Sum-Ut, menganjurkan agar masyarakat di provinsinya, "Membikin macam-macam acara dan kerajinan menarik." Supaya keinginan turis asing itu klop dengan maksud tadi, maka di dalam survei itu juga dipertanyakan apa saja yang menarik di sini: ukiran kayu, batik, candi, ataukah pemandangan. Dari jawaban yang kelak masuk, pemerintah berharap bisa mengetahui obyek atau tujuan wisata mana yang perlu dikembangkan. Dengan perbaikan, kelak mereka diharapkan bisa lebih lama tinggal di sini, dan suka membelanjakan dolarnya lebih banyak. "Pengeluaran turis 'kan penting untuk meningkatkan produk domestik bruto kita" ujar Hartlni Hasan, pimpinan proyek survei.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus