Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

"Bukan Karena Santayana Keluarga Presiden"

5 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMAMPUAN Rudy Setyopurnomo memiloti Indonesian Airlines sedang dalam ujian mahaberat. Angin puting beliung mengepungnya—dari gunung utang yangbelum terlunasi, dari gugatan pailit agen-agen haji, dan tuntutan ratusankaryawannya yang telah sekian lama tak diupah.Toh, sebagai direktur utama, sarjana MBA lulusan Massachusetts Institute ofTechnology ini tak pernah kehilangan rasa optimismenya. Saatmenyambangi kantor Majalah TEMPO bersama sejumlah staf, Selasa pekan lalu, Rudy yangkelahiran Solo, 21 Februari 1951, menyatakan hakulyakin maskapainyaakan selamat mengarungi badai. Berikut petikannya.

Bagaimana perkembangan terakhir maskapai Anda?

Yang menarik, setelah Indonesian Airlines diberitakan MajalahTEMPO, Kamis kemarin izin saya di-holdDepartemen Perhubungan. Menurut saya, ini ada unsur permainan. Lebihmenarik lagi, sehari setelah itu, Jumat, saya mendapat surat dari Direktur JenderalPerhubungan Udara, yang menyatakan akan memeriksa laporan keuangan saya(Rudy memperlihatkan surat dari Perhubungan—Red.). Pemerintah entahterintimidasi atau ikut dalam permainan. Persaingan usaha di sektor ini memangketat sekali. Tidak tertutup kemungkinan pesaing saya mendanai beberapa oknumdi Perhubungan untuk menyingkirkan Indonesian Airlines.

Bagaimana Santayana Kiemas bisa ikut memiliki Indonesian Airlines?

Awalnya, saya mau dibantu William Soeryadjaya. Saya juga datang keAnthoni Salim. Dia suka namanya, karena dia juga punya Indofood. Saya punpernah ke Beddu Amang (mantan Kepala Bulog). Bahkan ke almarhum MarimutuManimaren (adik bos Texmaco, Marimutu Sinivasan) pada zaman Gus Dur.Tapi semua selalu terhambat masalah terorisme. Akhirnya, Pak Kardono(almarhum, pendiri Indonesian Airlines) bertemuPak Yana (Santayana Kiemas). Jadi, prosesnya bukan karena kami melihat diasebagai keluarga Presiden. Itu sebelum Ibu Mega menjadi presiden, pada tahun2001 (saat itu Megawati menjabat wakil presiden). Saya menghargai PakSantayana. Sebab, meski ada kejadian 11 September, dia jalan terus. Dia ingin namaIndonesia bagus. Jadi, kami hanya mencoba membuat bisnis yang baik, bukansengaja didesain untuk Pak Santayana. Tidak ada niat kami memakai kekuasaan. Sayamalah merasa dianaktirikan Perhubungan. Buktinya, saya pernah minta izinjalur Denpasar-Surabaya tapi tidak dikasih. Ya sudah. Kami sama sekali tidakpernah menyuap pejabat Perhubungan. Tidak betul juga kami mengorbankanprofesionalisme dengan menerbangkan pesawat yang tak layak.

Bagaimana Anda bisa mendapat proyek angkutan haji, sementaramaskapai lain di luar Garuda tidak bisa?

Saya bisa mendapatkannya karena membayar royalti ke Saudi Airlines.Ini setelah lama saya pelajari seluk-beluknya, bukan karena ada kolusiseperti yang dituduhkan. Anda tanya Wahyu Hidayat (Direktur Utama PelitaAirlines). Dia bilang kalau bayar royalti sayajuga bisa. Tapi dia tidak mau, jadi tidak masuk. Indonesia-Arab Saudi punyaperjanjian. Saya tahu perkiraan keuntungan Saudi sekitar 10 persen. Jadi, jikaongkos pulang-pergi US$ 1.000, mereka untung sekitar US$ 100. Saya tawar US$ 95. Dia tidak usah terbang, tapi tetap mendapat keuntungan. Inisebetulnya rahasia bisnis, tapi karena dituduh macam-macam, sekarang saya buka.

Bagaimana dengan kredit Danamon? Menurut data kami, jaminannyatidak mencukupi, hanya sekitar 50 persen, dan sisanya cumapersonal guarantee?

Itu persoalan bank. Saya mengurus manajemennya saja. Jaminan itukan tambahan. Bagi bank, yang penting adalah prospek bisnisnya. Rencanausaha yang kita ajukan, yang disokong Arthur Andersen dan BritishAirways, nilainya lebih tinggi dari jaminan.

Bagaimana penyelesaian gaji karyawan yang sudah lima bulan initidak dibayar?

Segera kita proses. Kami tidak ingin mereka keluar. Tapi, karenakondisinya seperti ini, ya sudah, kita tawarkan. Kami panggil mereka satu-satusekarang. Bagi yang mau PHK kami proses menurut aturan hukum. Bagi yangtidak mau, ya jangan ribut-ribut.

Ada investor yang segera menyuntikkan modal?

Ya, tapi siapa mereka belum bisa kami katakan. Kami pasti akan memberitahu Anda kalau dia jadi masuk.

Bukankah dulu seorang mantan direktur Anda pernah membawainvestor tapi Anda tolak karena keberatan mereka menguasai 70 persen saham?

Dia memang pernah menawarkan investor baru. Tapi kami tolak karena investor lain menawar 10 kali lebih tinggi. Kenapa kok murah sekali? Saya curiga ada insider trading di sini. Waktu itu dia ditugaskan membereskan keuangan. Tapi dia malah bikin rapat, lantas mengusulkan supaya Indonesian Airlines berhenti beroperasi. Apa yang terjadi kalau berhenti operasi? Bangkrut. Setelah itu bisa dipaksa untuk dibeli murah. Kalau di AS, dia sudah masuk penjara. Dia direktur keuangan, disuruh membereskan perusahaan oleh semua pemegang saham, termasuk saya. Kok, dia terus bilang ini saya jual saja, Bapak silakan keluar. Pak Kardono juga tersinggung. Masa, mereka masuk, kami harus pergi semua? Ini kan kurang ajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus