Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Divestasi Saham</B></font><BR />Berpacu di Lap Terakhir

Newmont segera merealisasi divestasi tujuh persen saham pamungkasnya. Siapa saja pengusaha lokal yang siap bersaing dengan Grup Bakrie?

17 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA orang resepsionis bergantian menerima telepon yang terus-menerus berdering di kantor Valco Corporation, di lantai tujuh Plaza Asia, kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa siang pekan lalu. Di ruang tunggu, tampak tiga tamu duduk di sofa putih panjang. Sesekali mereka melihat televisi layar datar di dinding bernuansa kecokelatan. Dari balik pintu, terlihat belasan karyawan sedang sibuk di meja masing-masing.

Valco kini menjadi buah bibir kalangan pengusaha pertambangan. Perusahaan milik Muhammad Hadi Bil’id, 46 tahun, pengusaha asal Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu memproklamasikan diri akan membeli tujuh persen saham PT Newmont Nusa Tenggara. ”Kami sudah lama tertarik dengan saham Newmont,” kata Hadi Bil’id kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Valco pernah menjadi penasihat lokal Anadarko Petroleum Corporation pada 2000. Anadarko pemilik ladang minyak dan gas North East Madura III. Hadi juga sedang menggarap proyek coal bed methane (gas yang terperangkap dalam batu bara) di Sumatera Selatan.

Tahun lalu, Valco mencoba mengikuti program divestasi 24 persen saham Newmont—masing-masing 10 persen (periode 2006-2007) dan 14 persen (periode 2008-2009)—senilai total US$ 883 juta atau sekitar Rp 8,4 triliun. Perusahaan itu ikut tender yang digelar PT Daerah Maju Bersaing. Perusahaan patungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa ini mencari mitra strategis untuk membeli saham Newmont. Valco bersaing dengan PT Batavia Plc. milik Amstelco (Inggris), PT Surya Energi Raya milik Surya Paloh, Multi Indonesia Trading, PT Sinar Rinjani Tambora, dan PT Multicapital—anak perusahaan PT Bumi Resources milik kelompok usaha Bakrie.

Tapi Valco gagal. Daerah Maju Bersaing menunjuk Multicapital sebagai mitra. Sejarah mencatat, perusahaan gabungan Daerah Maju Bersaing dengan Multicapital, yakni PT Multi Daerah Bersaing, berhasil membeli 24 persen saham Newmont. Tahun ini, Valco mencoba peruntungannya kembali untuk membeli divestasi tujuh persen saham Newmont. ”Kami menunggu pelaksanaannya,” ujar Hadi Bil’id.

l l l

Sesuai dengan kontrak karya pertambangan 1986, Nusa Tenggara Partnership (Newmont USA Limited dan Sumitomo Corporation, Jepang) wajib melakukan divestasi saham Newmont Nusa Tenggara. Kedua pemegang saham asing itu harus melepas 51 persen sahamnya secara bertahap kepada Indonesia—bisa melalui pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau perusahaan Indonesia. Lantaran Newmont dan Sumitomo telah lebih dulu menjual 20 persen sahamnya kepada PT Pukuafu Indah, perusahaan milik Jusuf Merukh, kewajiban divestasi kini tinggal 31 persen.

Proses divestasi saham Newmont tak berjalan mulus. Penjualan 24 persen saham Newmont Nusa Tenggara periode 2006-2009 terkatung-katung karena Newmont dan Sumitomo bersengketa dengan pemerintah Indonesia. Jakarta menuding kedua mitra asing itu menunda-nunda divestasi. Sebaliknya, Newmont dan Sumitomo merasa sudah menawarkan sahamnya ke perusahaan Indonesia, tapi tak ada yang berminat.

Newmont-Sumitomo dan pemerintah Indonesia menyelesaikan sengketa di arbitrase internasional. Akhirnya, pada 31 Maret 2009, arbitrase memutuskan Nusa Tenggara Partnership mendivestasi saham Newmont kepada Indonesia. Sebanyak 10 persen saham Newmont (divestasi periode 2006-2007) dilepas ke pemerintah daerah di Nusa Tenggara dengan harga US$ 391 juta. Sebanyak 14 persen saham Newmont (periode 2008-2009) dijual kepada pemerintah pusat dengan harga US$ 492 juta.

Divestasi 10 persen saham Newmont Nusa Tenggara berjalan mulus. Dengan sokongan dana dari Grup Bakrie, Multi Daerah Bersaing berhasil menguasai saham senilai hampir Rp 4 triliun itu. Divestasi 14 persen saham Newmont sedikit alot. PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) ingin juga membeli saham tersebut. Belakangan, Antam mundur dengan alasan tak sesuai dengan rencana strategis. Walhasil, Multi Daerah Bersaing kembali menguasai 14 persen saham Newmont. Dua puluh empat persen saham Newmont Nusa Tenggara sudah digenggam konsorsium Bakrie-Nusa Tenggara Barat.

Tahun ini divestasi saham Newmont Nusa Tenggara tinggal tersisa tujuh persen. Newmont Amerika dan Sumitomo telah menyodorkan harga penawaran US$ 444,1 juta (sekitar Rp 4,1 triliun) atau dua kali lipat harga divestasi tahun lalu. Tapi Newmont berkilah harga itu wajar, sesuai dengan kondisi sekarang. ”Harga komoditas logam juga naik tajam,” ujar juru bicara Newmont, Rubi Purnomo, kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Adapun Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bambang Gatot, mengatakan pemerintah masih menghitung kelayakan harga tersebut. ”Kami berharap harga bisa berubah lebih rasional lagi,” katanya.

Sesuai dengan kontrak karya, tujuh persen saham Newmont Nusa Tenggara wajib ditawarkan lebih dulu kepada pemerintah pusat. Meski pemerintah belum memutuskan, sudah ada wacana agar saham perusahaan pertambangan yang punya cadangan 4,1 juta ton tembaga dan 276 juta gram emas di Batu Hijau ini ditawarkan kepada PT Danareksa (Persero). Kini Kementerian Badan Usaha Milik Negara, pemegang saham Danareksa, masih menunggu lampu hijau dari Menteri Keuangan. ”Setelah ada izin, kami akan langsung melakukan kajian lengkap,” kata Sekretaris Menteri BUMN Said Didu kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Konsorsium Bakrie-Nusa Tenggara tetap ngotot mendapatkan tujuh persen saham Newmont Nusa Tenggara ini. Direktur Daerah Maju Bersaing Andy Hadianto meminta pemerintah pusat menyerahkan sisa saham Newmont terakhir kepada Multi Daerah Bersaing. ”Dari dulu kami ingin menguasai 31 persen saham Newmont, bahkan kalau bisa 51 persen,” ujar Andy, yang juga Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Andy didukung oleh Direktur Utama Multicapital Didik Cahyanto. ”Kami memang berminat,” katanya. ”Sekarang kami menunggu sikap pemerintah pusat.”

Ambisi konsorsium Bakrie dan tiga pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat menyapu bersih sisa saham Newmont yang akan dijual Juli mendatang tampaknya tak akan mulus. Mereka mesti bersaing dengan Valco atau Danareksa. Tak ingin bernasib buruk seperti sebelumnya, jauh-jauh hari Valco sudah mempersiapkan diri. Akhir tahun lalu, PT Valsava Inti Mulia dan PT Bangkit Semesta Sejahtera, anak usaha Valco, bekerja sama dengan salah satu perusahaan daerah milik Pemerintah Kabupaten Sumbawa, membentuk PT Sumbawa Maju Jaya. Sumbawa Maju ini akan berinvestasi di sektor infrastruktur, perhotelan, dan pertambangan, termasuk membeli saham Newmont.

Valco menggandeng Sumbawa untuk membeli saham Newmont karena tambang Elang Dodo dan Rinti—dua tambang yang diyakini punya kandungan tembaga dua kali lipat Batu Hijau—berada di Kabupaten Sumbawa. ”Kami ingin keadilan bagi Kabupaten Sumbawa,” kata Hadi Bil’id. Kerja sama Valco dan Kabupaten Sumbawa mengejutkan lantaran kabupaten ini sudah bermitra dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumbawa Barat. Ketiganya membentuk perusahaan patungan Daerah Maju Bersaing tadi. Dalam perusahaan patungan itu, Pemerintah Provinsi menguasai 40 persen saham, Kabupaten Sumbawa Barat menggenggam 40 persen, dan Kabupaten Sumbawa memiliki 20 persen.

Tampaknya, aroma ketidakpuasan dalam perusahaan patungan Daerah Maju Bersaing menyeruak. Kebetulan juga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat mengusulkan panitia khusus untuk memeriksa pembentukan Daerah Maju Bersaing. Sebanyak 55 anggota Dewan telah membicarakan masalah ini dengan pejabat Kementerian Dalam Negeri di Hotel Grand Alia Cikini, Jakarta, dua pekan lalu. Sayangnya, Asisten II Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Rasyidi enggan mengomentari kerja sama dengan Valco itu. ”Sebaiknya ditanyakan ke Bupati,” ujarnya. Sedangkan Andy menegaskan, ”Jika Valco mau beli saham Newmont, harus melalui konsorsium tiga pemerintah daerah.”

Hadi Bil’id membuka tangan lebar-lebar bila harus bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumbawa Barat, termasuk dengan Grup Bakrie. Valco juga siap bermitra dengan Danareksa bila pemerintah memutuskan ikut membeli saham Newmont. Tapi, kata dia, Valco juga bersiap-siap jika harus maju sendiri berpacu di lap terakhir bersaing memburu saham Newmont. ”Saya siap. Kalaupun segera diputuskan, dananya juga siap,” kata Hadi.

Nieke Indrietta (Jakarta), Supriyanto Khafid (Mataram)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus