Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Properti</B></font><BR />Apartemen Murah untuk Mahasiswa

Pengembang properti berlomba merapat ke kampus. Pasar mahasiswa sangat besar.

14 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOLLY tak berlabel anak kos lagi sekarang. Sejak setahun lalu, mahasiswi Universitas Trisakti ini memilih Apartemen Mediterania Garden Residences, di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, sebagai tempat tinggal. Orang tuanya di Medan menyetujui usul pembelian apartemen. ”Lumayan, bisa tinggal bareng adik yang juga di sini,” kata perempuan 23 tahun ini, pekan lalu.

Aditya, penghuni Apartemen Metropolis, Surabaya, punya alasan lain. Mahasiswa semester keempat Universitas Pelita Harapan Surabaya ini menyukai tempat tinggal dengan area parkir yang aman dan luas. ”Rasanya lebih lega,” katanya kepada Tempo. Kini makin banyak mahasiswa seperti Dolly dan Aditya yang memilih apartemen ketimbang tinggal di kos-kosan, yang biasanya berada di permukiman padat.

Tak mengherankan jika kampus dan mahasiswa menjadi sasaran empuk pebisnis properti. Jumlahnya memang berlimpah. Tiap tahun ada ribuan lulusan sekolah menengah umum dari berbagai daerah yang masuk perguruan tinggi di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya. Itu belum termasuk mahasiswa yang telah lulus tapi masih kerasan tinggal di lingkungan kampus.

Salah satu pengembang yang serius menggarap pasar ini adalah Agung Podomoro Group. Raja bisnis apartemen ini berencana membangun 15 menara di Podomoro City, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sepuluh di antaranya sudah selesai, dua lagi akan segera tuntas, dan tiga menara sedang dalam tahap persiapan.

Meski tak ditujukan khusus untuk mahasiswa, lokasi Podomoro City tak pelak juga menjadikan mahasiswa sebagai target pasar. Lokasi proyek Podomoro City memang strategis: dekat dengan Universitas Tarumanagara dan Universitas Kristen Krida Wacana. Juga tak jauh dari Universitas Indonusa Esa Unggul dan Universitas Trisakti.

General Manager Agung Podomoro Group, pengembang Apartemen Mediterania Tanjung Duren, Alvin Andronicus, mengatakan mahasiswa tetap dihitung sebagai konsumen potensial. Sebab, segmen ini memiliki rencana masa depan yang masih panjang. Misalnya, mereka yang dari luar kota dan kuliah di Jakarta kebanyakan berencana berkarier atau menetap di Ibu Kota juga.

Bukan hanya Agung Podomoro yang memilih strategi itu. Developer lain juga mengincar lokasi yang mepet kampus. Salemba Residence, misalnya, dekat dengan Universitas Indonesia kampus Salemba, Jakarta Pusat. Di Depok, ada Margonda Residence yang menyasar mahasiswa di kampus UI Depok, Universitas Gunadarma, atau—agak jauh—Universitas Pancasila.

Perguruan tinggi di Surabaya juga ”dikepung” hunian vertikal. Apartemen Metropolis menyasar mahasiswa Universitas Surabaya, Apartemen UC sekompleks dengan Universitas Ciputra, sedangkan Universitas Kristen Petra akan ”digarap” The Petra Square dan High Point Apartment. Juga ada Apartemen Kosmopolis di area kampus Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Manajer Pemasaran Metropolis Endang Padmoati mengatakan lokasi proyeknya memang strategis, 200 meter dari Universitas Surabaya dan tak sampai satu kilometer dari Universitas Kristen Petra. Dua kampus yang memiliki mahasiswa sekitar 26 ribu itu adalah ceruk yang menggiurkan.

Hal itu juga didukung pergeseran gaya hidup mahasiswa, yang menginginkan kebebasan dan kemudahan. ”Anak sekarang mana mau terikat aturan jam malam seperti yang berlaku di rumah kos.” Namun, Endang menambahkan, itu bukan berarti penghuni Metropolis bebas sama sekali. Orang tua mahasiswa ingin anak-anak ”aman”. Maka penghuni dilengkapi kartu akses dengan sistem sidik jari, sehingga tamu tak bisa masuk sembarangan.

Metropolis dikembangkan PT Aktivitas Putra Mandiri sejak 2005. Perseroan mengeluarkan investasi Rp 200 miliar untuk membangun tiga menara dengan 831 unit. Tower pertama dan kedua, masing-masing 18 lantai, memiliki total 400 unit. Tower ketiga berlantai 23, memiliki 431 unit. Menurut Endang, saat ini 98 persen unit telah terjual. Sekitar 70 persen sudah ditempati—mayoritas penghuninya mahasiswa, sebagian kecil profesional dan eksekutif.

Raja properti lain, Ciputra, mengembangkan Citraland di Surabaya bagian barat. Kawasan ini diproyeksikan menjadi lokasi yang terintegrasi, meliputi universitas, apartemen, tempat rekreasi (Ciputra Waterpark), perkantoran, dan pusat belanja, seluas 34 hektare. Mereka menyebut pusat kawasan ini UC Town. Di sinilah tempat Universitas Ciputra dan Universitas Ciputra Apartment—Apartemen UC—dikembangkan PT Ciputra Surya Tbk.

Awalnya, Apartemen UC dibangun untuk menunjang kenyamanan belajar mahasiswa Universitas Ciputra. Namun, menurut Direktur Ciputra Surya, Sutoto Yakobus, pembeli tidak dibatasi pada mahasiswanya. Umum pun boleh berinvestasi, misalnya menyewakannya untuk kos-kosan. Nyatanya memang demikian. Separuh pembeli unit apartemen adalah investor. Separuh lagi orang tua mahasiswa.

Marketing Manager UC Apartment Tutut Gunaedi kepada Tempo di Surabaya pekan lalu menambahkan, proyeknya juga menyasar ”penghuni” The Surabaya Taipei International School dan Surabaya International School, yang jaraknya berdekatan. Siswa dan pengajar sekolah tersebut, yang mayoritas warga asing, merupakan pasar potensial apartemen.

Hingga Mei lalu, manajemen telah melego 90 persen dari 504 unit. Perseroan mengeluarkan Rp 90 miliar untuk membangun satu tower. Menurut Sutoto, satu tower lagi akan dibikin bila mahasiswa Universitas Ciputra telah mencapai 3.000. Saat ini baru 2.000-an. Ciputra Surya memberlakukan harga komersial pada semua konsumen, mulai Rp 210 juta per unit untuk tipe studio.

Meski disebut komersial, harga itu tetap tergolong murah. Dan ini tampaknya menjadi strategi para pengembang untuk menggarap pasar mahasiswa. Mediterania Residences, misalnya, mematok harga Rp 290 juta untuk satu unit berukuran 40-an meter persegi. Itu sudah terhitung diskon 35 persen. Metropolis membanderol tipe studio, 20 meter persegi, Rp 150-170 juta. ”Terjangkau dan bergengsi,” kata Endang.

Tak hanya itu. Pengembang apartemen mahasiswa juga rajin membuat program untuk mahasiswa. Metropolis, misalnya, membikin ”Metropolis Peduli” untuk mendukung berbagai kegiatan mahasiswa. Misalnya menggelar kuliah umum kewirausahaan, memfasilitasi pameran mahasiswa, dan membuka studi banding interior untuk mahasiswa. Inilah yang membikin Aditya betah tinggal di Apartemen Metropolis. ”Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama teman,” kata mahasiswa angkatan 2008 ini.

Retno Sulistyowati, Dini Mawuntyas (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus