Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=#FF9900>Pasar Modal</font><br />Musim Hijrah di Reksa Dana

Industri reksa dana terus menggeliat. Tarik-menarik manajer investasi tak terhindarkan.

1 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kehebohan kecil melanda PT Danareksa Investment Management dalam dua pekan terakhir. Pemicunya, tiga pentolan manajer investasi perusahaan itu hengkang ke perusahaan pengelola reksa dana lainnya. Direktur Utama Danareksa Investment Management John D. Item pindah ke Indo Premier Investment Management. John ikut memboyong dua anak buahnya di Danareksa Asset Management, Ernawan R. Salimsyah (Senior Portfolio Manager Asset Management) dan Diah Sofiyanti (Head of Bank Distribution & Retail Marketing). "Saya memang sudah pindah ke Indo Premier sejak 21 Juli lalu," ujar John kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Indo Premier, kata sumber Tempo, sangat kuat di bisnis pialang saham (brokerage). Kini perusahaan sekuritas itu ingin memperkuat unit pengelolaan reksa dananya. Menarik John. D. Item salah satu strateginya karena mantan atlet renang itu sudah berpengalaman sebagai manajer investasi dan lama malang-melintang di industri reksa dana.

Tentu saja hengkangnya tiga manajer investasi sempat membuat manajemen PT Danareksa (Persero), induk Danareksa Investment Management, kalang kabut. Maklum saja, sesuai dengan ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), perusahaan pengelola reksa dana alias fund management sedikitnya harus mempunyai dua direktur dan dua manajer investasi. Kepergian John, Ernawan, dan Diah membuat Danareksa Investment Management tinggal punya satu direktur dan satu manajer investasi. Manajemen Danareksa pun buru-buru mengangkat Prihatmo Hari untuk menggantikan John D. Item. "Kami sempat kaget. Tapi sekarang sudah teratasi karena kami punya banyak pengganti," ujar Hari kepada Tempo pekan lalu.

Perpindahan gerbong manajer investasi tak hanya terjadi di Danareksa Asset Management. Sebelumnya, Putut Endro Andanawarih, Direktur First State Investment, bergabung ke Manulife Aset Manajemen Indonesia. Di perusahaan barunya, Putut menjabat investment specialist. Ari Pitoyo, yang sebelumnya kepala riset PT Mandiri Sekuritas, juga hijrah ke Prudential Indonesia. "Tentang status saya, silakan tanya manajemen (Prudential)," kata Ari.

Sumber Tempo membisikkan, perusahaan asuransi asal Inggris itu sedang mengajukan izin memiliki asset management kepada Bapepam. Walhasil, Prudential membutuhkan manajer-manajer investasi berpengalaman untuk mengelola reksa dana. Kepala Biro Investasi Bapepam Djoko Hendrarto menolak mengkonfirmasi izin ini. "Tak boleh disebutkan sebelum ada izin resmi," ujarnya pekan lalu.

Hijrahnya para manajer investasi tak lepas dari semakin berkembangnya industri reksa dana di Indonesia. Sejak terkena krisis pada 1995 dan 2008, industri reksa dana nasional sekarang terus mencoba bangkit. Indikasinya terlihat dari peningkatan dana kelolaan (kekayaan industri) reksa dana. Pada akhir 2010, kata Hari, dana kelolaan reksa dana baru mencapai Rp 150 triliun. Namun pada akhir Juli lalu sudah meningkat menjadi Rp 157 triliun. "Memang naiknya tak besar, tapi kekayaan industri reksa dana terus tumbuh," ujarnya.

Pengurus Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia, Bowo Witjaksono, segendang sepenarian dengan Hari. Perpindahan para manajer investasi sangat rasional saja karena memang industri reksa dana nasional terus berkembang. "Kuenya masih besar," ujarnya. Bowo merujuk rasio dana kelolaan reksa dana nasional yang baru 2 persen dari produk domestik bruto. Indonesia masih kalah jauh dibanding Thailand, yang rasionya 6 persen dari produk domestik bruto, bahkan Singapura mencapai 8 persen.

Sumber Tempo lain membisikkan, saling bajak di antara perusahaan pengelola reksa dana terjadi lantaran jumlah manajer investasi berpengalaman dan punya jam terbang tinggi masih tergolong sedikit. Untuk mendidik manajer investasi andal, ujarnya, perlu waktu sedikitnya tujuh tahun. Karena itu, perusahaan pengelola reksa dana memilih jalan pintas dengan cara mengambil manajer investasi dari perusahaan lain. "Iming-imingnya gaji, tentu sangat besar," ujarnya. "Tapi ini lebih efektif ketimbang menarik manajer investasi baru."

Bagi Bapepam, aksi saling bajak ada sisi positifnya. "Secara tidak langsung ini efek kebijakan kami yang mensyaratkan pengelola reksa dana harus profesional," tutur Djoko. Menurut dia, kebutuhan manajer investasi perusahaan pengelola reksa dana saat ini, sebesar 800-900 orang, bisa terpenuhi oleh 1.800 orang yang sudah punya sertifikat wakil manajer investasi. "Harusnya cukup," ujar dia.

Padjar Iswara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus