Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1>MIGAS</font><br />Berburu Cadangan Emas Hitam

Ditemukan cadangan minyak 230 juta barel dan 2,8 triliun kaki kubik gas. Tapi belum banyak dieksplorasi.

24 Januari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNYI rantai besi dari mobil derek berkatrol terdengar nyaring di area sumur 3 Kedungtuban, Desa Pulo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu siang pekan lalu. Pipa besi sebesar paha itu dijatuhkan dari alat katrol menindih bumi. Suara keras berdebum pipa besi mengalahkan teriakan para pekerja yang sedang membenahi menara besi setinggi 50 meter. Mereka akan mengecor dan membuat landasan kepala sumur di bawah menara.

Itulah aktivitas pekerja tambang di ladang milik PT Pertamina EP. Ladang itu termasuk di antara 12 cadangan yang baru ditemukan tahun lalu. ”Rasio kesuksesan pengeboran eksplorasinya 74 persen,” kata Presiden Direktur Pertamina EP Salis S. Aprilian kepada Tempo di kantornya, Kamis pekan lalu.

Selain di Cepu, unit usaha Pertamina ini mengklaim telah menemukan sejumlah lapangan baru berisi cadangan minyak dan gas. Empat lapangan baru ditemukan di Indramayu, Jawa Barat, yakni di sumur Akasia Bagus 1, Karang Luhur 1, Karang Degan 1, dan Jati Keling 1. Cadangan juga ditemukan di Bekasi, Jawa Barat, di sumur Pondok Mekar 1 serta Pondok Makmur 3 dan 4. Di wilayah Sumatera Selatan ditemukan di Pagardewa 6X, Prabu Menang 6X, Manduru 1, dan Ginaya 1. ”Total cadangannya berisi 57 juta barel minyak dan 1,35 miliar kaki kubik gas,” Salis mengungkapkan.

Kandungan di ladang Pertamina hanya seperempat dari total cadangan minyak dan gas yang baru ditemukan akhir tahun lalu. Data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyebutkan temuan cadangan baru itu mencapai 230 juta barel minyak dan 2,8 triliun kaki kubik gas.

Cadangan itu terletak di lapangan Sele Raya di Blok Merangin, Blok Jabung (PetroChina); ladang milik Chevron Pacific Indonesia; dan Blok West Kampar (Sumatera Persada Energi). Cadangan baru juga ditemukan di ladang milik Pertamina-PetroChina East Java, Blok Muara Bakau (ENI), dan Blok Nunukan (Anadarco).

Di tengah tingginya harga minyak dunia—pekan lalu menembus US$ 88,73 per barel—temuan cadangan minyak dan gas jelas merupakan kabar menggembirakan. Apalagi lapangan minyak, terutama milik Pertamina, kini banyak yang sudah uzur. Produktivitasnya juga rendah. Padahal minyak merupakan salah satu andalan penerimaan negara.

Dalam lima tahun terakhir, produksi minyak nasional turun sekitar 12 persen per tahun, dari 935 ribu barel per hari pada 2005 menjadi 825 ribu barel per hari tahun lalu. Beruntung produksi gas bisa meningkat. Pada 2010, produksi gas mencapai 1,5 juta kaki kubik per hari atau naik tipis dibanding tahun sebelumnya 1,4 juta kaki kubik sehari.

Menurut Kepala BP Migas Priyono, cadangan minyak dan gas di lapangan yang baru ditemukan masih kasar. Potensi kandungannya perlu diverifikasi dan disertifikasi. Pelbagai lapangan ini harus segera dieksplorasi sehingga statusnya menjadi cadangan terbukti. Meski begitu, dia tetap gembira karena jika lapangan-lapangan baru tadi dapat dieksplorasi, akan menambah produksi minyak nasional. ”Ada kemungkinan cadangannya berkurang 15-20 persen, tapi itu sudah bagus,” ujarnya pekan lalu.

Ada persoalan yang masih mengganjal. Banyak kontraktor minyak dan gas cenderung enggan melakukan eksplorasi. Tahun ini, total rencana pengeluaran kontraktor untuk eksplorasi minim sekali, sekitar Rp 15,72 miliar.

Mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) Maizar Rahman punya jawaban mengapa kontraktor atau investor enggan bereksplorasi. Penyebabnya, kata dia, survei seismiknya belum lengkap sehingga membutuhkan banyak energi dan biaya. ”Kalau survei seismik lengkap, investor akan lebih tertarik,” ujarnya kepada Tempo pekan lalu.

Kalaupun sudah dieksplorasi, pembebasan lahan juga menjadi kendala. Maizar mencontohkan, lapangan eksplorasi Pertamina EP tumpang-tindih dengan kuasa pertambangan batu bara di Kalimantan atau dengan lahan perkebunan di Lampung. Padahal, dari kedua lapangan itu, Pertamina berpotensi menambah produksi minyak nasional 1.000-4.000 barel per hari.

Nieke Indrietta (Jakarta), Sujatmiko (Blora)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus