Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKITAR tiga puluh investor berkumpul di Harbour View Ballroom, Hotel Four Seasons, Hong Kong, Senin pekan lalu. Tuan rumahnya Emirsyah Satar, Direktur Utama PT Garuda Indonesia. Para tamu itu ingin menelisik sejauh mana saham Garuda layak dibeli.
Datang dengan informasi terbilang lengkap, mereka ingin tahu kesiapan Garuda menghadapi persaingan bisnis penerbangan di Asia Pasifik. "Pertanyaan mereka sangat detail," kata Direktur Investment Banking PT Bahana Securities Sunu Widyatmoko, yang mendampingi Emir. "Terutama mengenai kesiapan sumber daya manusia."
Pada Jumat pekan sebelumnya, Emir menggelar acara serupa di Singapura. Seperti pada acara terdahulu, seusai pertemuan di Four Seasons, Emir melakukan penjajakan one by one dengan sekitar tujuh investor kakap. Masing-masing sekitar dua jam. "Bisa dibilang, investor itu sudah sangat tahu isi perut Garuda," kata sumber Tempo.
Mencanangkan 2015 masuk jajaran "airline bintang lima", Garuda melakukan lompatan tinggi: menjual saham untuk mendapat "darah segar". Dari Hong Kong, Emir terbang ke London, Boston, dan New York. Seperti di Singapura dan Hong Kong, Garuda menjajakan penawaran saham perdana alias initial public offering. "Tugas manajemen menjelaskan apa yang sudah dilakukan dan prospek Garuda di masa depan," kata Emir.
Saham Garuda yang akan dilego berjumlah 9,4 miliar atau 36,5 persen, meliputi 28,93 persen saham pemerintah dan 7,54 persen saham divestasi PT Bank Mandiri. Harga ditetapkan pada level Rp 750-1.100 per saham. Harga akan ditutup pada 25 Januari, dan pada 11 Februari Garuda akan masuk Bursa Efek Indonesia. Pemerintah berharap penjualan saham mendatangkan Rp 6-10 triliun.
Di bawah Emir, Garuda melakukan sejumlah terobosan. Tak hanya menggenjot penerbangan domestik dan mancanegara, Garuda juga membukukan keuntungan. Begitu ditunjuk sebagai orang nomor satu Garuda, pada 2005, Emir melakukan restrukturisasi keuangan. Sementara pada 2004 maskapai ini merugi Rp 811 miliar, empat tahun kemudian Garuda sudah untung Rp 600 miliar.
Emir juga menerapkan efisiensi sumber daya manusia. Setidaknya pada tahun lalu, sekitar tujuh ratusan karyawan Garuda dipensiunkan dini. "Tanpa ribut-ribut, karena mereka puas dengan pesangonnya," kata sumber Tempo. Kini karyawan Garuda sekitar lima ribuan orang.
Ekspansi dan pembenahan besar-besaran akan dilakukan begitu dana publik itu masuk. Sementara kini Garuda memiliki 84 pesawat, pada 2015 Garuda akan menambah pesawatnya jadi 150. Untuk efisiensi biaya, Garuda hanya memakai tiga jenis pesawat: Boeing 737-800 NG (jarak dekat), Airbus A330-200/300 (jarak menengah), dan Boeing 777-300 ER (jarak jauh).
Dana itu juga akan dipakai untuk mendandani anak Garuda, Citilink, yang kini terseok-seok dengan hanya enam pesawat. Diharapkan, setelah ditambah dengan dua puluhan pesawat, Citilink bisa lebih gesit menghadapi Lion Air, yang kini merajai penerbangan dalam negeri. Garuda berambisi, tahun depan pesawat mereka tidak hanya mendarat di ibu kota provinsi, tapi juga bandara-bandara di ibu kota kabupaten. Toh, sejumlah pengamat ekonomi pesimistis harga jual saham bisa melambung. "Mungkin paling tinggi di level Rp 850-an," kata seorang analis saham.
L.R. Baskoro (Hong Kong)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo