Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF9900>EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II 2008</font><br />Masih Tinggi, Ada Sinyal Positif

PEREKONOMIAN nasional tak seloyo yang diperkirakan banyak kalangan. Meskipun lebih rendah dibanding triwulan kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga masih cukup tinggi, yakni 6,1 persen. Dalam beberapa bulan ke depan ada sinyal positif. Turunnya harga komoditas membuat tekanan terhadap inflasi mengendur. Bank Indonesia ada kemungkinan menurunkan suku bunga mulai awal tahun depan. Dunia usaha dan sektor konsumsi mungkin masih akan tumbuh. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih tinggi. Tapi pemerintah mesti hati-hati. Potensi kredit seret di sektor perkebunan naik.

1 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berkah Ambruknya Harga Komoditas

Perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tidak sedalam yang diperkirakan banyak kalangan. Imbas kenaikan harga bahan bakar pada triwulan sebelumnya, yang diprediksi bakal menggenjot inflasi, mulai mereda. Pemicunya adalah ambruknya harga minyak mentah dan bahan pangan di pasar dunia. Sejak itu, harga terkendali. Belanja masyarakat meningkat. Kepercayaan akan kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan berangsur pulih. Kalangan pebisnis optimistis perekonomian masih akan bagus. Meski begitu, prospek perlambatan di masa depan tetap ada. Apalagi pertumbuhan belum dirasakan merata.

Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah

Mega-Hamzah
NOV 2002 88,7
JULI 2004 100,1

SBY-JK
NOV 2004 134,9
APRIL 2005 103,8
Dampak kenaikan harga BBM I
OKT 2005 92,9
Kenaikan harga BBM II
OKT 2006 108,9
Kenaikan harga beras
APRIL 2007 98,1
SEP 2007 100,2
MEI 2008 88,7
Inflasi meningkat
JUNI 2008 81,7
Kenaikan harga BBM III

INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN
MENGALAMI TITIK BALIK

  • Indeks kepercayaan konsumen mengalami titik balik sejak Juli. Pada Oktober, indeks naik ke posisi 80,3, atau lebih baik 1,5 persen daripada bulan sebelumnya. Inilah titik tertinggi sejak Februari 2008. Kenaikan indeks dipicu oleh redanya tekanan inflasi, khususnya kenaikan harga bahan pangan.

  • Kenaikan ini didukung oleh dua komponen, indeks saat ini (ISI) dan indeks ekspektasi (IE). Pada Oktober, dua komponen itu menembus 61,9 dan 94,1. Kenaikan keduanya menunjukkan bahwa persepsi rumah tangga akan keadaan lapangan kerja dan perekonomian membaik.

  • Meski begitu, konsumen masih khawatir terhadap prospek sektor tenaga kerja di masa depan. Akibatnya, mereka cenderung menunda rencana belanja. Ini tampak dari turunnya proporsi responden yang berencana membeli barang tahan lama (durable goods) dalam enam bulan ke depan. Pada Oktober, proporsi responden itu mencapai 22,3 persen, padahal bulan sebelumnya 23,6 persen.

  • Survei menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat kelas menengah dan atas meningkat, tapi tidak diikuti oleh indeks kepercayaan masyarakat berpendapatan rendah (kurang dari Rp 500 ribu per bulan), yang justru turun 10,1 persen. Ini menggambarkan perbaikan ekonomi yang dirasakan masyarakat tidak merata. Kekeringan dan kelangkaan pupuk menjadi momok kelompok rumah tangga berpenghasilan rendah, yang umumnya tinggal di pedesaan.

    Indeks Kepercayaan Konsumen:

  • Indeks kepercayaan konsumen menggambarkan keadaan mutakhir perekonomian masyarakat. Hasil survei ini biasanya keluar lebih awal daripada indikator-indikator lain yang juga digunakan dalam memprediksi pola belanja. Melalui indeks kepercayaan konsumen ini, kita bisa melihat efek dari suatu kejadian atau kebijakan pemerintah terhadap pola belanja. Indeks yang meningkat berarti keadaan perekonomian masyarakat membaik, dan sebaliknya.

  • Indeks kepercayaan berdasarkan survei terhadap sekitar 1.700 rumah tangga Indonesia di enam wilayah (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan). Survei menggunakan metode wawancara tatap muka. Sampel dipilih dengan metodologi statistik tertentu sehingga mewakili populasi.

  • Responden diminta menilai keadaan perekonomian (baik lokal maupun nasional), pendapatan rumah tangga, dan ketersediaan lapangan kerja. Dalam setiap pertanyaan, konsumen dapat menjawab "optimis" atau "pesimis". Jika indeks di bawah "100", berarti respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya.

    INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN KEPADA PEMERINTAH
    RAPOR MULAI BIRU

  • Gara-gara menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada akhir Mei, indeks kepercayaan konsumen kepada pemerintah pada Juni ambruk ke posisi terendah sepanjang sejarah survei. Tapi, sejak Juli, indeks kepercayaan sedikit pulih, naik 2,8 persen ke level 84,0. Sejak itu pemulihan terus berlanjut. Pada Oktober, indeks naik ke level 94,1 atau meningkat 15,1 persen ketimbang posisi Juni. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.

  • Pulihnya indeks dipicu oleh membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam memperbaiki situasi ekonomi dan menjaga stabilitas harga barang sejak Juli. Dua komponen inilah yang menjadi biang keladi kejatuhan indeks kepercayaan sejak akhir 2007.

  • Pada Oktober, kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi berada di level 83,0, naik 11,0 persen daripada bulan sebelumnya atau melejit 23,8 persen dari Juni. Adapun kemampuan pemerintah menjaga kestabilan harga barang terus meningkat dalam lima bulan terakhir. Pada Oktober, komponen ini mencapai level 61,6. Meski masih jauh dari ideal, komponen ini mencerminkan bahwa rapor pemerintah menjaga kestabilan harga mulai membaik.

  • Stabilnya harga juga dipicu oleh menukiknya harga minyak dan komoditas pangan dunia. Selain itu, keputusan pemerintah menurunkan harga premium Rp 500 per Desember memberi dampak positif bagi kepercayaan masyarakat.

    Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah

  • Survei ini dilakukan bersamaan dengan survei kepercayaan konsumen.

  • Responden diminta menilai kemampuan pemerintah pada lima hal: memperbaiki keadaan ekonomi, menjaga kestabilan harga, menyediakan infrastruktur, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum.

  • Hasil survei ditampilkan dalam bentuk indeks difusi dan disesuaikan ke tahun dasar perhitungan (rebased) dengan membuat indeks rata-rata pada 2003 sama dengan 100.

  • Indeks di atas 100 berarti masyarakat menilai kinerja pemerintah lebih baik ketimbang kinerja rata-rata pada 2003. Demikian pula sebaliknya.

    IKKP dan KomponennyaIndeksPerubahan (%)
    Okt 20082 tahun1 tahun1 bulan
    Memperbaiki keadaan ekonomi83,0-25,7-9,28,5
    Menjaga kestabilan harga61,6-37,1-19,811,0
    Menyediakan infrastruktur110,01,3-0,10,7
    Menjaga keamanan112,7-0,52,73,9
    Penegakan hukum102,9-8,94,57,8
    IKKP94,1-13,6-3,45,6

    COINCIDENT DAN LEADING ECONOMIC INDEX
    TUMBUH, TAPI BISA MELAMBAT

  • Pada dua bulan pertama triwulan ketiga, coincident economic index cenderung turun. Indeks komponen ini longsor ke level 108,4 pada Juli dan turun lagi ke 107,1 bulan berikutnya. Ini mengindikasikan lesunya aktivitas perekonomian pada dua bulan itu. Untunglah, pada September, indeks naik sedikit ke posisi 108,1. Ini tanda bahwa aktivitas perekonomian kembali menggeliat.

  • Turunnya coincident economic index pada dua bulan itu akibat imbas kenaikan harga bahan bakar yang belum reda. Kenaikan itu menyebabkan masyarakat lebih hati-hati membelanjakan uang. Di samping itu, sebagian besar rumah tangga sibuk dengan tahun ajaran baru. Akibatnya, dana masyarakat banyak terserap untuk transaksi yang berhubungan dengan sekolah.

  • Pada September, daya beli masyarakat kembali pulih karena tekanan inflasi berkurang akibat harga minyak dan komoditas pangan jeblok. Perekonomian kembali bergairah karena saat bulan puasa dan menjelang hari raya, belanja masyarakat melonjak.

  • Leading economic index menunjukkan tren yang landai sejak awal 2008. Pada September, kejatuhan indeks ini berlanjut, bahkan cukup signifikan. Ini merupakan isyarat bahwa ada prospek perlambatan dalam perekonomian kita. Suku bunga yang dinaikkan oleh Bank Indonesia sampai Oktober juga menyebabkan prospek pertumbuhan tidak secerah sebelumnya. Tapi kecenderungan yang menurun ini belum menunjukkan bahwa Indonesia akan memasuki masa resesi.

    Coincident dan Leading Economic Index:

  • Coincident economic index menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun menggunakan lima data ekonomi: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran. Lima sektor itu dipilih karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data itu pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan.

  • Penurunan coincident index menggambarkan aktivitas perekonomian yang turun, begitu pula sebaliknya. Coincident index yang turun tiga kali berturut-turut menandakan ada masalah dalam perekonomian yang perlu diwaspadai. Jika turun terus-menerus dengan tajam, menandakan ekonomi sedang resesi.

  • Leading economic index adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului coincident index. Dengan kata lain, leading index menggambarkan arah pergerakan ekonomi 6-12 bulan mendatang. Leading index disusun dengan menggunakan tujuh data ekonomi: izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah riil, indeks harga saham gabungan, ekspor, dan inflasi di sektor jasa.

  • Tren leading index yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, sedangkan tren menurun menunjukkan prospek ekonomi memburuk. Kombinasi coincident dan leading index dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi dalam siklus bisnisnya.

    Komponen CEI dan LEIJul 08Agt 08Sep 08
    Coincident Economic Index (CEI)108,4107,1108,1
    Indeks penjualan mobil dalam negeri182,7167,3170,1
    Indeks konsumsi semen147,7132,2141,1
    Indeks nilai riil impor199,4189,1195,3
    Indeks nilai riil jumlah uang beredar (M1)166,8161,0169,6
    Indeks penjualan retail68,868,368,5
    Leading Economic Index (LEI)110,9111,2110,3
    Indeks izin mendirikan bangunan68,967,566,5
    Indeks jumlah turis mancanegara112,7116,0103,6
    Indeks persetujuan investasi asing289,6301,7311,7
    Indeks nilai tukar efektif riil106,1107,4105,0
    Indeks harga saham gabungan364,7354,8303,7
    Indeks nilai riil ekspor208,5200,1199,5
    Indeks harga konsumen sektor jasa2,392,402,40

    INDEKS SENTIMEN BISNIS
    OPTIMISME MENINGKAT

  • Setelah naik pada survei sebelumnya, indeks sentimen bisnis kembali terkerek 10,9 persen pada survei Agustus-September menjadi 120,8. Kenaikan ini didorong indeks situasi sekarang (salah satu komponen indeks sentimen bisnis) yang mengukur sentimen pelaku bisnis terhadap situasi saat ini. Indeks ini melejit 12,5 persen menjadi 114,7. Adapun indeks ekspektasi-komponen indeks sentimen bisnis lainnya-lompat 9,5 persen menjadi 126,9.

  • Survei Agustus-September menunjukkan bahwa semakin banyak pemimpin perusahaan (CEO) yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia membaik (naik dari 6,4 persen menjadi 11,7 persen). Meski masih di bawah 100, nilai indeks terkait dengan hal ini naik signifikan 20,9 persen menjadi 67,0. Dengan membaiknya perekonomian nasional, para pemimpin perusahaan juga melaporkan adanya peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Indeks penjualan dan laba perusahaan, misalnya, naik signifikan ketimbang level dua bulan lalu.

  • Optimisme para pebisnis juga meningkat. Para bos perusahaan yang disurvei yakin bahwa mereka dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan dalam waktu tiga sampai enam bulan mendatang. Laba perusahaan pun diperkirakan meningkat. Pendorongnya adalah biaya operasional perusahaan yang diprediksi menurun seiring dengan berkurangnya tekanan inflasi. Selain penjualan dan laba perusahaan, beberapa indeks yang mengukur ekspektasi kinerja perusahaan di masa mendatang (seperti tenaga kerja, likuiditas, dan kapasitas produksi) juga meningkat.

  • Keyakinan itu terlihat dari indeks sentimen bisnis terhadap pemerintah yang naik 18,6 persen menjadi 107,2. Komponen yang menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah untuk mengendalikan harga bahan pokok melejit paling tinggi, sekitar 40,1 persen. Diikuti oleh komponen yang menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah untuk menyediakan infrastruktur yang memadai (naik 30,1 persen).

    Indeks Sentimen Bisnis:

  • Indeks disusun berdasarkan survei terhadap 700 CEO atau direktur perusahaan-perusahaan besar dari berbagai sektor: konstruksi, pertanian, keuangan, transportasi dan komunikasi, manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa, dan lain-lain (pertambangan). Cara pengambilan sampel menggunakan metodologi statistik untuk merepresentasikan penilaian direktur-direktur perusahaan dari berbagai sektor yang ada di Indonesia secara akurat.

  • Interpretasi indeks cukup sederhana: jika angka indeks di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis). Sebaliknya, ISB yang turun menggambarkan keadaan bisnis yang memburuk, dan sebaliknya.

  • Indeks dirancang untuk mengukur penilaian pelaku bisnis terhadap keadaan perusahaan mereka masing-masing, keadaan sektor industri yang digeluti, dan keadaan ekonomi serta bisnis mereka secara umum baik pada waktu sekarang maupun ekspektasi-ekspektasi mereka pada enam bulan mendatang.

    Kondisi saat ini
    Baik 11,7%
    Normal39,0%
    >Buruk44,7%

    Kondisi 6 bulan mendatang
    Baik 23,3%
    Normal34,7%
    Buruk34,0%

    Indeks Sentimen Bisnis

    Indeks Sentimen
    Bisnis
    Indeks Situasi
    Sekarang
    Indeks
    Ekspektasi
    Mei106.0105,2 106,7
    Juli108,9101,9 115,9
    Sep120,8114,7126,9
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus