Berkah Ambruknya Harga Komoditas
Perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tidak sedalam yang diperkirakan banyak kalangan. Imbas kenaikan harga bahan bakar pada triwulan sebelumnya, yang diprediksi bakal menggenjot inflasi, mulai mereda. Pemicunya adalah ambruknya harga minyak mentah dan bahan pangan di pasar dunia. Sejak itu, harga terkendali. Belanja masyarakat meningkat. Kepercayaan akan kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan berangsur pulih. Kalangan pebisnis optimistis perekonomian masih akan bagus. Meski begitu, prospek perlambatan di masa depan tetap ada. Apalagi pertumbuhan belum dirasakan merata.
Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah
Mega-Hamzah |
NOV 2002 | 88,7 |
JULI 2004 | 100,1 |
SBY-JK |
NOV 2004 | 134,9APRIL 2005 | 103,8 Dampak kenaikan harga BBM I | OKT 2005 | 92,9 Kenaikan harga BBM II | OKT 2006 | 108,9 Kenaikan harga beras | APRIL 2007 | 98,1 | SEP 2007 | 100,2 | MEI 2008 | 88,7 Inflasi meningkat | JUNI 2008 | 81,7 Kenaikan harga BBM III | |
INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN
MENGALAMI TITIK BALIK
Indeks kepercayaan konsumen mengalami titik balik sejak Juli. Pada Oktober, indeks naik ke posisi 80,3, atau lebih baik 1,5 persen daripada bulan sebelumnya. Inilah titik tertinggi sejak Februari 2008. Kenaikan indeks dipicu oleh redanya tekanan inflasi, khususnya kenaikan harga bahan pangan.Kenaikan ini didukung oleh dua komponen, indeks saat ini (ISI) dan indeks ekspektasi (IE). Pada Oktober, dua komponen itu menembus 61,9 dan 94,1. Kenaikan keduanya menunjukkan bahwa persepsi rumah tangga akan keadaan lapangan kerja dan perekonomian membaik.Meski begitu, konsumen masih khawatir terhadap prospek sektor tenaga kerja di masa depan. Akibatnya, mereka cenderung menunda rencana belanja. Ini tampak dari turunnya proporsi responden yang berencana membeli barang tahan lama (durable goods) dalam enam bulan ke depan. Pada Oktober, proporsi responden itu mencapai 22,3 persen, padahal bulan sebelumnya 23,6 persen.Survei menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat kelas menengah dan atas meningkat, tapi tidak diikuti oleh indeks kepercayaan masyarakat berpendapatan rendah (kurang dari Rp 500 ribu per bulan), yang justru turun 10,1 persen. Ini menggambarkan perbaikan ekonomi yang dirasakan masyarakat tidak merata. Kekeringan dan kelangkaan pupuk menjadi momok kelompok rumah tangga berpenghasilan rendah, yang umumnya tinggal di pedesaan.Indeks Kepercayaan Konsumen:
Indeks kepercayaan konsumen menggambarkan keadaan mutakhir perekonomian masyarakat. Hasil survei ini biasanya keluar lebih awal daripada indikator-indikator lain yang juga digunakan dalam memprediksi pola belanja. Melalui indeks kepercayaan konsumen ini, kita bisa melihat efek dari suatu kejadian atau kebijakan pemerintah terhadap pola belanja. Indeks yang meningkat berarti keadaan perekonomian masyarakat membaik, dan sebaliknya. Indeks kepercayaan berdasarkan survei terhadap sekitar 1.700 rumah tangga Indonesia di enam wilayah (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan). Survei menggunakan metode wawancara tatap muka. Sampel dipilih dengan metodologi statistik tertentu sehingga mewakili populasi. Responden diminta menilai keadaan perekonomian (baik lokal maupun nasional), pendapatan rumah tangga, dan ketersediaan lapangan kerja. Dalam setiap pertanyaan, konsumen dapat menjawab "optimis" atau "pesimis". Jika indeks di bawah "100", berarti respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya.INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN KEPADA PEMERINTAH
RAPOR MULAI BIRU
Gara-gara menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada akhir Mei, indeks kepercayaan konsumen kepada pemerintah pada Juni ambruk ke posisi terendah sepanjang sejarah survei. Tapi, sejak Juli, indeks kepercayaan sedikit pulih, naik 2,8 persen ke level 84,0. Sejak itu pemulihan terus berlanjut. Pada Oktober, indeks naik ke level 94,1 atau meningkat 15,1 persen ketimbang posisi Juni. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.Pulihnya indeks dipicu oleh membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam memperbaiki situasi ekonomi dan menjaga stabilitas harga barang sejak Juli. Dua komponen inilah yang menjadi biang keladi kejatuhan indeks kepercayaan sejak akhir 2007. Pada Oktober, kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi berada di level 83,0, naik 11,0 persen daripada bulan sebelumnya atau melejit 23,8 persen dari Juni. Adapun kemampuan pemerintah menjaga kestabilan harga barang terus meningkat dalam lima bulan terakhir. Pada Oktober, komponen ini mencapai level 61,6. Meski masih jauh dari ideal, komponen ini mencerminkan bahwa rapor pemerintah menjaga kestabilan harga mulai membaik. Stabilnya harga juga dipicu oleh menukiknya harga minyak dan komoditas pangan dunia. Selain itu, keputusan pemerintah menurunkan harga premium Rp 500 per Desember memberi dampak positif bagi kepercayaan masyarakat. Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah
Survei ini dilakukan bersamaan dengan survei kepercayaan konsumen.Responden diminta menilai kemampuan pemerintah pada lima hal: memperbaiki keadaan ekonomi, menjaga kestabilan harga, menyediakan infrastruktur, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum.Hasil survei ditampilkan dalam bentuk indeks difusi dan disesuaikan ke tahun dasar perhitungan (rebased) dengan membuat indeks rata-rata pada 2003 sama dengan 100. Indeks di atas 100 berarti masyarakat menilai kinerja pemerintah lebih baik ketimbang kinerja rata-rata pada 2003. Demikian pula sebaliknya.IKKP dan Komponennya | Indeks | Perubahan (%) |
Okt 2008 | 2 tahun | 1 tahun | 1 bulan |
Memperbaiki keadaan ekonomi | 83,0 | -25,7 | -9,2 | 8,5 |
Menjaga kestabilan harga | 61,6 | -37,1 | -19,8 | 11,0 |
Menyediakan infrastruktur | 110,0 | 1,3 | -0,1 | 0,7 |
Menjaga keamanan | 112,7 | -0,5 | 2,7 | 3,9 |
Penegakan hukum | 102,9 | -8,9 | 4,5 | 7,8 |
IKKP | 94,1 | -13,6 | -3,4 | 5,6 |
COINCIDENT DAN LEADING ECONOMIC INDEX
TUMBUH, TAPI BISA MELAMBAT
Pada dua bulan pertama triwulan ketiga, coincident economic index cenderung turun. Indeks komponen ini longsor ke level 108,4 pada Juli dan turun lagi ke 107,1 bulan berikutnya. Ini mengindikasikan lesunya aktivitas perekonomian pada dua bulan itu. Untunglah, pada September, indeks naik sedikit ke posisi 108,1. Ini tanda bahwa aktivitas perekonomian kembali menggeliat.Turunnya coincident economic index pada dua bulan itu akibat imbas kenaikan harga bahan bakar yang belum reda. Kenaikan itu menyebabkan masyarakat lebih hati-hati membelanjakan uang. Di samping itu, sebagian besar rumah tangga sibuk dengan tahun ajaran baru. Akibatnya, dana masyarakat banyak terserap untuk transaksi yang berhubungan dengan sekolah. Pada September, daya beli masyarakat kembali pulih karena tekanan inflasi berkurang akibat harga minyak dan komoditas pangan jeblok. Perekonomian kembali bergairah karena saat bulan puasa dan menjelang hari raya, belanja masyarakat melonjak. Leading economic index menunjukkan tren yang landai sejak awal 2008. Pada September, kejatuhan indeks ini berlanjut, bahkan cukup signifikan. Ini merupakan isyarat bahwa ada prospek perlambatan dalam perekonomian kita. Suku bunga yang dinaikkan oleh Bank Indonesia sampai Oktober juga menyebabkan prospek pertumbuhan tidak secerah sebelumnya. Tapi kecenderungan yang menurun ini belum menunjukkan bahwa Indonesia akan memasuki masa resesi.Coincident dan Leading Economic Index:
Coincident economic index menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun menggunakan lima data ekonomi: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran. Lima sektor itu dipilih karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data itu pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Penurunan coincident index menggambarkan aktivitas perekonomian yang turun, begitu pula sebaliknya. Coincident index yang turun tiga kali berturut-turut menandakan ada masalah dalam perekonomian yang perlu diwaspadai. Jika turun terus-menerus dengan tajam, menandakan ekonomi sedang resesi. Leading economic index adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului coincident index. Dengan kata lain, leading index menggambarkan arah pergerakan ekonomi 6-12 bulan mendatang. Leading index disusun dengan menggunakan tujuh data ekonomi: izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah riil, indeks harga saham gabungan, ekspor, dan inflasi di sektor jasa. Tren leading index yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, sedangkan tren menurun menunjukkan prospek ekonomi memburuk. Kombinasi coincident dan leading index dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi dalam siklus bisnisnya.Komponen CEI dan LEI | Jul 08 | Agt 08 | Sep 08 |
Coincident Economic Index (CEI) | 108,4 | 107,1 | 108,1 |
Indeks penjualan mobil dalam negeri | 182,7 | 167,3 | 170,1 |
Indeks konsumsi semen | 147,7 | 132,2 | 141,1 |
Indeks nilai riil impor | 199,4 | 189,1 | 195,3 |
Indeks nilai riil jumlah uang beredar (M1) | 166,8 | 161,0 | 169,6 |
Indeks penjualan retail | 68,8 | 68,3 | 68,5 |
Leading Economic Index (LEI) | 110,9 | 111,2 | 110,3 |
Indeks izin mendirikan bangunan | 68,9 | 67,5 | 66,5 |
Indeks jumlah turis mancanegara | 112,7 | 116,0 | 103,6 |
Indeks persetujuan investasi asing | 289,6 | 301,7 | 311,7 |
Indeks nilai tukar efektif riil | 106,1 | 107,4 | 105,0 |
Indeks harga saham gabungan | 364,7 | 354,8 | 303,7 |
Indeks nilai riil ekspor | 208,5 | 200,1 | 199,5 |
Indeks harga konsumen sektor jasa | 2,39 | 2,40 | 2,40 |
INDEKS SENTIMEN BISNIS
OPTIMISME MENINGKAT
Setelah naik pada survei sebelumnya, indeks sentimen bisnis kembali terkerek 10,9 persen pada survei Agustus-September menjadi 120,8. Kenaikan ini didorong indeks situasi sekarang (salah satu komponen indeks sentimen bisnis) yang mengukur sentimen pelaku bisnis terhadap situasi saat ini. Indeks ini melejit 12,5 persen menjadi 114,7. Adapun indeks ekspektasi-komponen indeks sentimen bisnis lainnya-lompat 9,5 persen menjadi 126,9. Survei Agustus-September menunjukkan bahwa semakin banyak pemimpin perusahaan (CEO) yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia membaik (naik dari 6,4 persen menjadi 11,7 persen). Meski masih di bawah 100, nilai indeks terkait dengan hal ini naik signifikan 20,9 persen menjadi 67,0. Dengan membaiknya perekonomian nasional, para pemimpin perusahaan juga melaporkan adanya peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Indeks penjualan dan laba perusahaan, misalnya, naik signifikan ketimbang level dua bulan lalu. Optimisme para pebisnis juga meningkat. Para bos perusahaan yang disurvei yakin bahwa mereka dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan dalam waktu tiga sampai enam bulan mendatang. Laba perusahaan pun diperkirakan meningkat. Pendorongnya adalah biaya operasional perusahaan yang diprediksi menurun seiring dengan berkurangnya tekanan inflasi. Selain penjualan dan laba perusahaan, beberapa indeks yang mengukur ekspektasi kinerja perusahaan di masa mendatang (seperti tenaga kerja, likuiditas, dan kapasitas produksi) juga meningkat.Keyakinan itu terlihat dari indeks sentimen bisnis terhadap pemerintah yang naik 18,6 persen menjadi 107,2. Komponen yang menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah untuk mengendalikan harga bahan pokok melejit paling tinggi, sekitar 40,1 persen. Diikuti oleh komponen yang menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah untuk menyediakan infrastruktur yang memadai (naik 30,1 persen).Indeks Sentimen Bisnis:
Indeks disusun berdasarkan survei terhadap 700 CEO atau direktur perusahaan-perusahaan besar dari berbagai sektor: konstruksi, pertanian, keuangan, transportasi dan komunikasi, manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa, dan lain-lain (pertambangan). Cara pengambilan sampel menggunakan metodologi statistik untuk merepresentasikan penilaian direktur-direktur perusahaan dari berbagai sektor yang ada di Indonesia secara akurat. Interpretasi indeks cukup sederhana: jika angka indeks di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis). Sebaliknya, ISB yang turun menggambarkan keadaan bisnis yang memburuk, dan sebaliknya. Indeks dirancang untuk mengukur penilaian pelaku bisnis terhadap keadaan perusahaan mereka masing-masing, keadaan sektor industri yang digeluti, dan keadaan ekonomi serta bisnis mereka secara umum baik pada waktu sekarang maupun ekspektasi-ekspektasi mereka pada enam bulan mendatang.Kondisi saat ini |
Baik | 11,7% |
Normal | 39,0% |
>Buruk | 44,7% |
Kondisi 6 bulan mendatang |
Baik | 23,3% |
Normal | 34,7% |
Buruk | 34,0% |
Indeks Sentimen Bisnis
| Indeks Sentimen Bisnis | Indeks Situasi Sekarang | Indeks Ekspektasi |
Mei | 106.0 | 105,2 | 106,7 |
Juli | 108,9 | 101,9 | 115,9 |
Sep | 120,8 | 114,7 | 126,9 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini