SITUASI malang di Kabupaten Malang, Jawa Timur, ternyata tak hanya melanda petani apel. Peternak sapi perah penghasil susu pun kini lesu darah. Karena sapi perah tak lagi bisa diandalkan menjadi sumber nafkah yang memadai, banyak peternak sapi perah tampaknya akan mengakhiri usahanya dan beralih menjadi peternak sapi pedaging.
Menurut guru besar nutrisi dari Universitas Brawijaya, Hendrawan Soetanto, penghasilan peternak sapi setelah dipotong ongkos produksi, di luar tenaga kerja dan investasi, hanya Rp 3.500 per 10 liter susu. Padahal banyak peternak yang hanya memiliki seekor sapi yang menghasilkan 10 liter susu segar sehari. Lebih buruk lagi, hasil temuan TEMPO di lapangan, peternak sapi di Malang mendapatkan pembayaran secara paket. Susu dari peternak dibeli koperasi dengan harga Rp 1.500, tapi dibayar dengan dua kilogram konsentrat dan uang. Walhasil, peternak hanya menerima uang kontan Rp 100-200 per liter susu. Sedangkan harga dua kilogram konsentrat (campuran antara polar, bekatul, premik, dan bungkil kelapa) Rp 1.300.
Karena itu, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) meminta dukungan pemerintah agar ikut mendongkrak harga susu segar. Bupati Malang, Moch. Ibnu Rubianto, berjanji akan membantu menegosiasikan harga susu segar dengan pihak pembeli, bekerja sama dengan GKSI Jawa Timur. Kabupaten Malang selama ini menyetor 225 ton atau 50 persen lebih produksi susu Jawa Timur (440 ton per hari) ke PT Nestle Indonesia di Pasuruan, yang menetapkan harga susu segar Rp 1.500 per liter. Harga ini masih lebih rendah dari harga susu di Jawa Barat, yakni Rp 1.725 per liter. Di Jawa Barat, pembeli susu memang tak cuma satu seperti di Jawa Timur, tapi ada tiga perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini