Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Strategi Bertahap Tinggalkan Dolar AS

Indonesia dan Cina akan meninggalkan dolar Amerika Serikat dalam transaksi perdagangan dan investasi.

9 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mata uang Chian Yuan. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Indonesia dan Cina akan memakai rupiah dan yuan dalam perdagangan dan investasi.

  • Bank Indonesia mengklaim skema LCS membuat transaksi lebih efisien.

  • Transaksi perdagangan Indonesia dengan Cina naik 49,67 persen pada semester I lalu.

JAKARTA — Indonesia dan Cina bersepakat untuk meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi perdagangan dan investasi. Kesepakatan tersebut diteken melalui kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS). Sebelumnya, kerja sama serupa telah dijalin Indonesia dengan Malaysia, Jepang, serta Thailand.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, Doddy Zulverdi, mengatakan LCS memberikan keuntungan bagi pelaku usaha serta bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. “Biaya konversi kurs menjadi lebih efisien karena menggunakan kuotasi harga secara langsung dengan yuan, tanpa perlu cross rate ke dolar AS,” kata dia, akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keuntungan lainnya, kata Doddy, adalah tersedianya alternatif pembiayaan ekspor atau direct investment dalam mata uang lokal sekaligus menyediakan alternatif instrumen hedging atau lindung nilai dalam mata uang lokal. Menurut dia, kerangka kerja sama tersebut tengah dalam proses penyelesaian. Bank Indonesia dan bank sentral negara mitra akan menunjuk bank lokal sebagai appointed cross currency dealer (ACCD).

Petugas penukaran valuta asing tengah menghitung mata uang Cina, yuan, dan dolar Amerika Serikat, di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Namun kerja sama LCS bukan tanpa risiko. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan kesepakatan transaksi ini bisa membuat Indonesia bergantung pada perekonomian Cina. Menurut dia, kerja sama LCS mengukuhkan integrasi ekonomi kedua negara. “Jika Cina mengalami krisis keuangan, akan dengan cepat menyebar ke Indonesia,” ujar dia. Faisal juga mengatakan pengusaha akan kesulitan mengelola mata uang karena perdagangan dengan Cina didominasi impor. Sedangkan untuk ekspor, pelaku usaha masih menerima dolar AS.

Inisiatif kerja sama LCS disambut antusias oleh pengusaha. Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Benny Soetrisno, mengatakan LCS yuan menjadi alternatif pembiayaan yang jauh lebih efisien dibanding dolar AS. “Kami akan mendorong pengusaha menggunakan yuan sebagai mata uang utama transaksi Indonesia-Cina, tanpa harus melakukan konversi dolar terlebih dulu,” ucapnya.

Menurut Benny, pengusaha membutuhkan sistem kliring yuan sebagai infrastruktur untuk menciptakan likuiditas. Fasilitas kliring, menurut dia, akan mendorong bank menggunakan mata uang lokal atau direct settlement guna mengurangi ketergantungan terhadap dolar. “Kami akan mensyaratkan mitra dagang kami dari Cina agar menggunakan yuan alih-alih menggunakan dolar AS,” ujarnya.

Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan, Kasan, mengatakan implementasi LCS Indonesia-Cina menjadi kabar baik bagi eksportir maupun importir. Sebab, kata dia, pengusaha dapat memperoleh pembiayaan dengan mata uang negara yang menjadi mitra dagangnya. “Apalagi Cina merupakan negara dengan tujuan ekspor impor terbesar, khususnya untuk kebutuhan bahan baku industri,” ucapnya.

Kasan mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir, volume perdagangan Indonesia dan Cina terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, transaksi perdagangan Indonesia dengan Cina mencapai US$ 48,1 miliar pada Januari-Juni lalu, naik 49,67 persen jika dibandingkan dengan Januari-Juni 2020. Defisit perdagangan pada periode itu sebesar US$ 3,21 miliar, turun dari Januari-Juni 2020 yang mencapai US$ 4,57 miliar. “Artinya, aktivitas bisnis dengan Cina sudah naik dibanding 2020,” kata Kasan.

GHOIDA RAHMAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus