Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan konsultan properti global Jones Lang LaSalle (JLL) mengungkap realisasi investasi di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Indonesia masuk dalam lima besar subsektor dengan kontribusi terbesar di dalam negeri. Subsektor ini menyumbang Rp 122,9 triliun atau 7,2 persen dari total realisasi investasi nasional pada tahun 2024 yang mencapai Rp 1.714,2 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Country Head of JLL Indonesia Farazia Basarah mengatakan pertumbuhan investasi yang berkelanjutan di sektor properti Indonesia menunjukkan bahwa sektor ini tetap menarik serta mencerminkan persepsi yang baik di kalangan investor asing maupun domestik mengenai iklim investasi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di tahun 2025, kami optimis sektor ini terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur serta ruang yang mendukung ekspansi bisnis dan gaya hidup yang terus berkembang,” ujar Farazia dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Sementara itu, investasi properti komersial di Asia Pasifik meningkat 23 persen secara tahunan menjadi US$ 131,3 miliar pada 2024. Volume kuartal IV naik 10 persen secara tahunan dan mencapai US$ 34,9 miliar, menandai lima kuartal berturut-turut pertumbuhan tahunan di kawasan ini.
Selama setahun penuh, semua sektor properti utama di kawasan Asia Pasifik mencatat pertumbuhan volume investasi, dengan volume investasi lintas negara kuartalan mencapai angka tertinggi sejak akhir 2021. Volume investasi lintas negara mencapai US$ 23,8 miliar pada tahun 2024, meningkat 43 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan investasi lintas negara ini, menurut keterangan JLL, didukung oleh minat yang kuat terhadap aset perkantoran dan logistik dari investor asing di pasar-pasar utama seperti Australia, Jepang, dan Singapura.
Jepang terus menjadi pasar yang paling aktif di kawasan ini, dengan volume perdagangan mencapai US$ 10,7 miliar pada kuartal IV, meningkat 145 persen secara tahunan. Hal ini lantaran tingginya permintaan untuk properti logistik dan perkantoran.
Meskipun suku bunga cenderung meningkat, investor mengadopsi strategi nilai tambah untuk mengurangi kenaikan biaya utang, sehingga lebih mendorong aktivitas pasar.
Chief Executive Officer Capital Markets JLL Asia Pacific Stuart Crow menyebut pertumbuhan tahunan selama lima kuartal berturut-turut untuk properti komersial di Asia Pasifik itu merupakan bukti dari ketahanan jangka panjang kawasan ini.
“Meskipun terdapat perbedaan di setiap pasar, investor terus menemukan peluang seiring dengan stabilnya valuasi dan pelonggaran persyaratanpinjaman,” katanya. “Ke depannya, kami memperkirakan 2025 akan menjadi tahun yang kuat untuk masuk ke pasar, di mana pelaku pasar yang bergerak lebih awal dapat memperoleh keuntungan dari situasi yang kurang kompetitif, terutama di sektor-sektor utama seperti perkantoran dan logistik.”
Adapun sektor perkantoran di Asia Pasifik terus mengalami rebound yang kuat, didorong oleh permintaan yang stabil dari para penyewa. Hal ini, menurut JLL, membantu mempertahankan momentum pertumbuhan di masing-masing pasar. Volume investasi perkantoran mencapai US$ 48,8 miliar pada tahun 2024, meningkat 12 persen secara tahunan.
Pada kuartal IV, Korea Selatan memimpin di kawasan ini dalam hal volume investasi perkantoran, didukung oleh lingkungan yang kondusif akibat penurunan suku bunga utang senior (senior loan) untuk gedung perkantoran utama. Investor terlihat lebih cenderung memilih aset-aset berskala menengah dan stabil karena pembiayaan skala besar tetap berisiko.
Logistik tetap menjadi kelas aset favorit, dengan tingginya permintaan yang kuat mendorong transaksi portofolio besar di Jepang, Australia, dan India, sehingga menyebabkan penurunan imbal hasil (yield compression) di sektor ini. Investor domestik dan asing tetap optimistis terhadap logistik Jepang berkat pertumbuhan harga sewa. Volume investasi logistik di Australia juga pulih, terutama di pasar utama seperti Sydney dan Melbourne.
Sementara di sektor ritel, volume investasi meningkat 28 persen secara tahunan pada 2024, didominasi oleh modal swasta di Australia, sedangkan pasar ritel utama di Singapura terus mengalami pertumbuhan sewa yang stabil. Di Korea Selatan, perusahaan menjadi pemimpin investasi, dengan fokus pada peluang-peluang peningkatan nilai tambah.
“Terlepas dari ketidakpastian akibat kebijakan fiskal pemerintah AS dan keputusan the Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga bulan ini, Asia Pasifik tetap menjadi tujuan yang menarik bagi investasi global,” kata Head of Investor Intelligence JLL Asia Pacific Pamela Ambler.
Pamela melanjutkan, meski pasar utang dihadapkan pada ekspektasi suku bunga yang restriktif, valuasi properti di kawasan ini sedang mengalami penyesuaian, sehingga menciptakan peluang yang menarik bagi para investor strategis.
“Dengan bank-bank sentral yang memulai siklus penurunan suku bunga dan transparansi yang semakin membaik di kawasan ini, Asia Pasifik menawarkan peluang yang kuat untuk investasi jangka panjang dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Pilihan Editor: Kenali Skema Ponzi yang Sering Digunakan pada Investasi Bodong