Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

3 Roda: Masih Mahal

Becak akan diganti kendaraan bermesin roda tiga. pt italindo, produsen helicak, menawarkan kredit kepada bekas penarik becak melalui bapindo, bank pembangunan jaya dan askrendo. (eb)

10 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BECAK pelan-pelan punah -- dan berkepullah asap tebal dari industri kendaraan bermotor roda tiga. Pada mulanya yang memproduksi alat angkutan jenis ke-4 ini cuma sebuah: PT Italindo, kongsi Italia-Indonesia yang membuat Helicak. Kini jumlah dan variasinya sudah bertambah. Ada minicar yang menggunakan mesin Honda Benley 110 cc, Mebea-Bingo dengan mesin Zundapp, dan Bajaj bermesin Vespa buatan India yang paling besar cc-nya (150 cc). Kalau di tahun 1974 yang dihasilkan 1059 buah tahunan produksi roda tiga bermesin ini mencapai 4219 buah. Naik 300% lebih. Sebagai alat angkutan pengganti becak. Harganya masih terjangkau oleh rakyat yang sungkan naik bis atau jalankaki. Tapi apakah dia terbeli oleh para eks-tukang becak, masih jadi tanda tanya. Harga jualnya berbeda-beda menurut kekuatan mesin yang dipakai. Minicar dengan mesin honda 110 cc harga nya Rp 700 ribu dalam keadaan "kosong". Atau Rp 787 ribu dalam keadaan "siap jalan" dan dapat diangsur dalan 19 bulan. Pembelian tunai mendapat korting Rp 40 - 50 ribu sebuah. Mebea Bingo dengan mesin Zundapp 50 cc harganya Rp 750 ribu all in, sementara Super Helicak yang menggunakan mesin mobil Lawiel 125 cc dan memakai setir mobil harganya Rp 1.3 juta. Sedang roda tiga Bajaj (artinya: kuda terbang) menurut bagian penjualannya tidak punya stok siap. Pesanan (indent) harus sabar menunggu sampai 3 bulan. Harganya Rp 975 ribu siap jalan. Tapi di pasaran bebas laku Rp 1,2 juta. Kredit Buat Abang Harga yang sekarang itu masih banyak mengundang keluhan konsumen maupun calon pengusaha roda tiga. Makanya para industriawan menjalankan sistim kredit. Italindo, baru-baru ini dengan bekerja-sama dengan Bapindo. Bank Pembangunan Jaya dan Askrindo memberikan kredit pembelian Super Helicak kepada bekas penarik becak. Bapindo memberikan KIK seharga sebuah Super Helicak (Rp 1,3 juta) kepada 50 eks abang becak. Angsurannya Rp 3500 sehari dalam tempo 46 bulan. Setoran itu termasuk Tabanas dan dana kesehatan, sehingga pengemudinya bisa bawa pulang Rp 1300 - 1500 sehari. Menurut fihak Italindo peminat KIK Super Helicak itu tadinya berjumlah 200 orang, tapi yang tertampung hanya 50 orang. Nanti kalau proyek ini berjalan lancar, kredit begitu akan ditingkan sampai 600 orang, secara bertahap. Sebagai pengganti becak, tidak dengan sendirinya angkutan jenis ke-4 itu dapat menampung semua tukang becak yang kini menganggur. Sebab sesaat sebelum DBB, diperkirakan ada 150 ribu becak beroperasi di Jakarta. Kalau setiap becak dikayuh oleh 2 pengemudi (siang malam), berarti armada tukang becak ada 300 ribu orang. Sekarang ini, setelah DBB berjalan selama 3 tahun, menurut perkiraan Gubernur Ali Sadikin becak-becak yang masih beroperasi di Jakarta tinggal 20 ribu. Berarti pengangguran bertambah 2 x (150.000 - 20. 000), atau 260 ribu orang. Sedang alat angkutan jenis ke-4 diperkirakan baru berjumlah 8 ribu. Dua ribu di antaranya sudah harus diganti karen rusak, tua dan sebagainya. Sedang plafon jumlah motor roda tiga yang diizinkan Ali Sadikin akan dibatasi 10 ribu saja. Berarti pengemudi motor roda tiga yang sekarang jumlahnya sedikitnya 5000 orang, hanya akan bertambah sedikit sekali. Sementara itu pabrik-pabrik motor roda tiga yang sudah bekerja menampung 600 karyawan. Karena pasaran Jakarta hampir 'jenuh', Italindo telah menjual helicaknya sampai ke Palu, sedang Madura dan Surabaya sedang dalam penjajakan. Minicar yang pasarannya menduduki anak tangga teratas dengan produksi 3300 buah setahun juga telah meluaskan pasarannya sampai ke Palu, Ujungpandang, Banjarmasin, Samarinda dan Surabaya. "Untuk memasarkan ke daerah tidak mudah", kata Sudarto dari Mebea. Sebab beberapa daerah kepingin tidak cuma jadi pasaran, tapi juga minta asembling kendaraan mini begini didirikan di sana. Menghadapi keadaan begini, kompetisi di antara para industriawan yang semuanya bercokol sekitar Jakarta makin seru. Minicar yang 2 tahun lalu berharga Rp 775 ribu, kini turun menjadi Rp 700 ribu dalam keadaan "kosong". Para produsen mengakui bahwa harga yang dipasang sekarang masih dirasa mahal oleh calon pembeli. Alasannya, bea masuk bahan baku dan komponen masih tinggi 60 - 80%. Impor komponen tertentu masih disamakan dengan impor onderdil. "Padahal", kata seorang pengusaha, "industri alat angkutan jenis ke-4 itu sudah bersifat manufacturing". Italindo yang model maupun disainnya ciptaan dalam negeri, sejak semula sudah didirikan sebagai pabrik manufaktur. Meskipun sebagian bahan baku dan mesinnya masih diimpor. Begitu pula Minicar produksi Bina Logam. Walaupun mesin, aki, rantai dan besi platnya masih diimpor, ban, badan, jok, kaca, tromol dan catnya bikinan sendiri. Bahkan perusahaan itu telah merencanakan produksi kendaraan ringan roda empat. sesuai dengan anjura pemerintah. Tapi masih sulit. Sebab "kalau roda empat, harga tidak mini lagi -- bisa di atas Rp 1 juta", kata pengusahanya. Walaupun produksi masih di bawah kapasitas, toh motor roda tiga yang dihasilkan lebih banyak dari pada SIM yang dikeluarkan Polantas. Menurut seorang calon pembeli. "ini disebabkan oleh mahalnya ongkos-ongkos yang harus kami keluarkan". Biaya mendapatkan SIM-A Khusus plus pendidikan selama 2 bulan bisa mencapai Rp 30 ribu. Akibatnya timbul sistim "sodokan" yang tarifnya lebih murah. Seorang pengemudi Bajaj yang mangkal di Senen kasih komentar: "Separo dari tarif sekarang saja sudah terlalu berat bagi kami". Yang jelas, bagi pemerintah memudahkan sistim memperoleh SIM itu toh tidak banyak gunanya -- kecuali kalau itu membantu para eks-tukang becak bertransmigrasi ke luar Jawa dengan roda tiganya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus