BECAK pelan-pelan punah -- dan berkepullah asap tebal dari
industri kendaraan bermotor roda tiga. Pada mulanya yang
memproduksi alat angkutan jenis ke-4 ini cuma sebuah: PT
Italindo, kongsi Italia-Indonesia yang membuat Helicak. Kini
jumlah dan variasinya sudah bertambah. Ada minicar yang
menggunakan mesin Honda Benley 110 cc, Mebea-Bingo dengan mesin
Zundapp, dan Bajaj bermesin Vespa buatan India yang paling
besar cc-nya (150 cc). Kalau di tahun 1974 yang dihasilkan
1059 buah tahunan produksi roda tiga bermesin ini mencapai 4219
buah. Naik 300% lebih.
Sebagai alat angkutan pengganti becak. Harganya masih
terjangkau oleh rakyat yang sungkan naik bis atau jalankaki.
Tapi apakah dia terbeli oleh para eks-tukang becak, masih jadi
tanda tanya. Harga jualnya berbeda-beda menurut kekuatan mesin
yang dipakai. Minicar dengan mesin honda 110 cc harga nya Rp
700 ribu dalam keadaan "kosong". Atau Rp 787 ribu dalam keadaan
"siap jalan" dan dapat diangsur dalan 19 bulan. Pembelian tunai
mendapat korting Rp 40 - 50 ribu sebuah. Mebea Bingo dengan
mesin Zundapp 50 cc harganya Rp 750 ribu all in, sementara
Super Helicak yang menggunakan mesin mobil Lawiel 125 cc dan
memakai setir mobil harganya Rp 1.3 juta. Sedang roda tiga Bajaj
(artinya: kuda terbang) menurut bagian penjualannya tidak
punya stok siap. Pesanan (indent) harus sabar menunggu
sampai 3 bulan. Harganya Rp 975 ribu siap jalan. Tapi di
pasaran bebas laku Rp 1,2 juta.
Kredit Buat Abang
Harga yang sekarang itu masih banyak mengundang keluhan konsumen
maupun calon pengusaha roda tiga. Makanya para industriawan
menjalankan sistim kredit. Italindo, baru-baru ini dengan
bekerja-sama dengan Bapindo. Bank Pembangunan Jaya dan
Askrindo memberikan kredit pembelian Super Helicak kepada
bekas penarik becak. Bapindo memberikan KIK seharga sebuah Super
Helicak (Rp 1,3 juta) kepada 50 eks abang becak. Angsurannya Rp
3500 sehari dalam tempo 46 bulan. Setoran itu termasuk Tabanas
dan dana kesehatan, sehingga pengemudinya bisa bawa pulang Rp
1300 - 1500 sehari. Menurut fihak Italindo peminat KIK Super
Helicak itu tadinya berjumlah 200 orang, tapi yang tertampung
hanya 50 orang. Nanti kalau proyek ini berjalan lancar, kredit
begitu akan ditingkan sampai 600 orang, secara bertahap.
Sebagai pengganti becak, tidak dengan sendirinya angkutan jenis
ke-4 itu dapat menampung semua tukang becak yang kini
menganggur. Sebab sesaat sebelum DBB, diperkirakan ada 150 ribu
becak beroperasi di Jakarta. Kalau setiap becak dikayuh oleh 2
pengemudi (siang malam), berarti armada tukang becak ada 300
ribu orang. Sekarang ini, setelah DBB berjalan selama 3 tahun,
menurut perkiraan Gubernur Ali Sadikin becak-becak yang masih
beroperasi di Jakarta tinggal 20 ribu. Berarti pengangguran
bertambah 2 x (150.000 - 20. 000), atau 260 ribu orang. Sedang
alat angkutan jenis ke-4 diperkirakan baru berjumlah 8 ribu. Dua
ribu di antaranya sudah harus diganti karen rusak, tua dan
sebagainya. Sedang plafon jumlah motor roda tiga yang diizinkan
Ali Sadikin akan dibatasi 10 ribu saja. Berarti pengemudi motor
roda tiga yang sekarang jumlahnya sedikitnya 5000 orang, hanya
akan bertambah sedikit sekali. Sementara itu pabrik-pabrik
motor roda tiga yang sudah bekerja menampung 600 karyawan.
Karena pasaran Jakarta hampir 'jenuh', Italindo telah menjual
helicaknya sampai ke Palu, sedang Madura dan Surabaya sedang
dalam penjajakan. Minicar yang pasarannya menduduki anak tangga
teratas dengan produksi 3300 buah setahun juga telah meluaskan
pasarannya sampai ke Palu, Ujungpandang, Banjarmasin, Samarinda
dan Surabaya. "Untuk memasarkan ke daerah tidak mudah", kata
Sudarto dari Mebea. Sebab beberapa daerah kepingin tidak cuma
jadi pasaran, tapi juga minta asembling kendaraan mini begini
didirikan di sana. Menghadapi keadaan begini, kompetisi di
antara para industriawan yang semuanya bercokol sekitar Jakarta
makin seru. Minicar yang 2 tahun lalu berharga Rp 775 ribu, kini
turun menjadi Rp 700 ribu dalam keadaan "kosong".
Para produsen mengakui bahwa harga yang dipasang sekarang masih
dirasa mahal oleh calon pembeli. Alasannya, bea masuk bahan baku
dan komponen masih tinggi 60 - 80%. Impor komponen tertentu
masih disamakan dengan impor onderdil. "Padahal", kata seorang
pengusaha, "industri alat angkutan jenis ke-4 itu sudah bersifat
manufacturing". Italindo yang model maupun disainnya ciptaan
dalam negeri, sejak semula sudah didirikan sebagai pabrik
manufaktur. Meskipun sebagian bahan baku dan mesinnya masih
diimpor. Begitu pula Minicar produksi Bina Logam. Walaupun
mesin, aki, rantai dan besi platnya masih diimpor, ban, badan,
jok, kaca, tromol dan catnya bikinan sendiri. Bahkan perusahaan
itu telah merencanakan produksi kendaraan ringan roda empat.
sesuai dengan anjura pemerintah. Tapi masih sulit. Sebab "kalau
roda empat, harga tidak mini lagi -- bisa di atas Rp 1 juta",
kata pengusahanya.
Walaupun produksi masih di bawah kapasitas, toh motor roda tiga
yang dihasilkan lebih banyak dari pada SIM yang dikeluarkan
Polantas. Menurut seorang calon pembeli. "ini disebabkan oleh
mahalnya ongkos-ongkos yang harus kami keluarkan". Biaya
mendapatkan SIM-A Khusus plus pendidikan selama 2 bulan bisa
mencapai Rp 30 ribu. Akibatnya timbul sistim "sodokan" yang
tarifnya lebih murah. Seorang pengemudi Bajaj yang mangkal di
Senen kasih komentar: "Separo dari tarif sekarang saja sudah
terlalu berat bagi kami". Yang jelas, bagi pemerintah memudahkan
sistim memperoleh SIM itu toh tidak banyak gunanya -- kecuali
kalau itu membantu para eks-tukang becak bertransmigrasi ke luar
Jawa dengan roda tiganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini