Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUASANA kawasan Hotel New Otani dan Gedung Pertemuan Mita, Tokyo, serta-merta berubah. Di tempat itu seakan-akan berdiri perkampungan Indonesia. Di tiap sudut, terlihat orang merokok kretek dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Ternyata, selama perundingan Consultative Group for Indonesia (CGI), kedua lokasi itu menjadi tempat berkumpul delegasi Indonesia, yang jumlahnya puluhan orang.
Hotel New Otani, yang terletak di kawasan Akasaka, Tokyo, merupakan tempat menginap seluruh delegasi Indonesia. Mereka terdiri atas Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli, Menteri Keuangan Prijadi Praptosuhardjo, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Erna Witoelar, Menteri Pertanian dan Kehutanan Bungaran Saragih, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Surjadi Soedirdja, dan Jaksa Agung Marzuki Darusman. Selain itu, masih ada Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Anwar Nasution serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Djunaedi Hadisumarto.
Anggota delegasi lainnya adalah Ketua Prakarsa Jakarta Bacelius Ruru, Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Noor Fuad, dan Wakil Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Arwin Rasjid. Selain itu, juga tampak Penasihat Senior Menko Perekonomian Arif Aryman, Staf Ahli Menteri Keuangan Anggito Abimanyu, Tenaga Ahli Ketua BPPN Amir Sambodo, dan Kepala Ekonom Danareksa Securities Raden Pardede.
Sementara itu, kalangan LSM kebanyakan menginap di Hotel Astil, kawasan Ueno, Tokyo. Mereka terdiri atas koordinator INFID Binny Buchori, koordinator Koalisi Perempuan Nursjahbani Katjasungkana, Hapsoro dari Telapak, Anung Karyadi dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, dan Revrisond Baswir. Bagi mereka, pertemuan pekan lalu tak pelak menandai peran baru LSM di kancah CGI. Sebab, untuk pertama kalinya mereka diberi kesempatan memberikan pernyataan, kendati waktunya dibatasi sepuluh menit. Mereka akrab dengan delegasi pemerintah. Binny Buchori dan Nursjahbani, misalnya, tampak berkelakar dengan Erna Witoelar, Rizal Ramli, dan Arif Aryman.
Di antara mereka yang santai, peran Arif Aryman perlu dicatat. Karib Rizal di Econit yang kini diangkat menjadi penasihat Menko Perekonomian itu terlihat serius menjalin lobi dengan berbagai kalangan politik dan bisnis Jepang. Ia bekerja keras, terkadang hanya tidur tiga atau empat jam sehari, dalam upaya memuluskan jalan bagi Rizal untuk bertemu dengan tokoh senior seperti kandidat perdana menteri yang kini masih menjabat Gubernur Tokyo, Ishihara. Juga tokoh-tokoh penting dari partai yang berkuasa, Liberal Democratic Party (LDP).
Ternyata, dalam rombongan Indonesia, ada juga orang asing yang kurang dikenal. Salah satunya adalah Anthony Kwok, warga Singapura yang menurut ekonom H.S. Dillon merupakan penasihat tak resmi pejabat-pejabat Indonesia. Selama di Tokyo, Anthony terlihat akrab dengan beberapa petinggi, di antaranya Erna Witoelar dan Marzuki Darusman. Namun, sumber TEMPO di kalangan oposisi menyebut Anthony adalah broker yang menghubungkan pemerintah dengan pengusaha-pengusaha yang memiliki masalah hukum di Singapura. Mana yang benar, wallahualam.
Yang tak kurang mengejutkan adalah kehadiran Taufik Kiemas, anggota DPR dari PDI Perjuangan yang juga suami Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia datang bersama rombongan yang diperkuat orang seperti M.S. Zulkarnain, bekas Direktur Walhi--kini anggota DPR dari PDI-P--dan seorang pengusaha bernama Wisnu serta dua orang dokter pribadi. Selain itu, terlihat bersamanya pengusaha Jacub Nursalim, yang masih kerabat bos Gadjah Tunggal, Sjamsul Nursalim.
Tak jelas apa kesibukan Taufik selama berada di Tokyo. Soalnya, tak seperti anggota delegasi, ia dan kawan-kawan memilih menginap di Hotel Imperial, di kawasan Shinjuku. Sumber TEMPO menyebutkan, setidaknya Taufik sempat dua kali menemui Rizal Ramli. Selain itu, selama berada di Tokyo, ke mana-mana Taufik dipandu oleh staf Kedutaan Besar RI. Mobil yang dimintanya pun khusus: minibus VW.
Terlepas dari tugas berat yang diembannya, suasana kekeluargaan masih sangat mewarnai kunjungan delegasi Indonesia ke CGI di Tokyo. Suasana itu terlihat pada jumlah delegasi yang terlalu besar, penyertaan sejumlah orang yang tidak relevan, dan keberadaan orang tertentu yang layak dipertanyakan. Juga ada unjuk rasa kecil-kecilan--yang tampaknya cukup terkendali, mungkin karena pihak pendemo juga sudah lebih dulu berbicara dengan Rizal Ramli. Persis seperti Taufik Kiemas dan barangkali juga Anthony Kwok.
Nugroho Dewanto (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo