Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ada voc di batam

Bisnis transportasi barang modal di batam makin ramai. pt petrolog bekerja sama dengan van ommeren ceteco (voc) melayani trayek singapura-batam.

11 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis angkutan barang modal di Batam makin ramai. Siapa menyusul setelah VOC? SEJAK Batam ditetapkan sebag zone industri, pulau itu kian ramai dari hari ke hari. Di sana telah berdiri ratusan pabrik yang memproduksi berbagai jenis barang, yang pada gilirannya harus diekspor ke mancanegara. Prospek cerah itu sangat menarik perhatian Moetaryanto, pengusaha yang selama ini namanya identik dengan Coca-Cola. Ia melihat, perkembangan Batam mau tidak mau akan melibatkan sektor pengangkutan, terutama transportasi barang-barang modal, seperti alat-alat berat penunjang industri minyak hingga ke material pabrik. Itulah sebabnya, pada 1975 ia mendirikan usaha angkutan: PT Petrolog. Tapi usaha itu rupanya belum memadai. Untuk melayani Batam, Jumat pekan lalu ia menjalin kerja sama dengan Van Ommeren Ceteco (VOC), sebuah perusahaan sejenis dari Belanda yang bermarkas di Singapura. Dalam tahap awal, kerja sama itu baru akan melayani trayek Singapura-Batam. Untuk itu hanya dibutuhkan modal sebesar 500 ribu dolar Singapura, atau sekitar Rp 550 juta. Petrolog sendiri hanya memiliki 30%. "Dalam tahap berikutnya, kerja sama ini bisa menjangkau mancanegara,' ujar Moetaryanto. Peluang memang ada. Petrolog baru saja menerima order dari Total Indonesie, untuk menangani pengangkutan barang-barang kebutuhan pengeboran dari Houston Amerika, ke Batam. Nilai kontraknya, US$ 1 juta. Di Batam, Petrolog tidak sendiri. Masih ada tiga perusahaan angkutan lainnya (salah satunya milik Liem Sioe Liong). Kebetulan, Petrolog memegang pangsa terbesar (sekitar 35%). Dengan armada yang dimilikinya, satu kapal tunda dan dua tongkang -- masing-masing berkapasitas 2.000 ton untuk melayani order di Batam saja, misalnya, perusahaan ini bisa meraup pendapatan sekitar Rp 1,5 milyar setahun. Lalu ada pendapatan dari trayek angkutan Singapura-Batam, yang mencapai Rp 1,1 milyar setahun. Bagi VOC kerja sama ini mempunyai arti lain. Maklum, kendati berpengalaman lebih dari 150 tahun, menembus pasaran di Indonesia -- yang penuh "ranjau" birokrasi -- tampaknya tidak mudah. "Kerja sama ini merupakan peluang bagi kami untuk ikut meramaikan kompetisi di Indonesia," kata Dick J.F. Kwek, Managing Director VOC.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus