Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Adidas, perusahaan sepatu dan peralatan olahraga ternama asal Jerman, dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hingga 500 karyawan di kantor pusatnya yang berlokasi di Herzogenaurach, Bavaria. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 9 persen dari total 5.800 staf yang bekerja di lokasi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk menyederhanakan struktur organisasi di tengah tantangan pasar yang semakin dinamis. CEO Adidas, Bjørn Gulden, secara langsung mengumumkan kebijakan ini dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh Reuters. Meskipun demikian, pihak Adidas enggan mengonfirmasi jumlah pasti tenaga kerja yang akan terdampak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Struktur perusahaan kami terlalu kompleks di dunia yang terus berubah,” ujar juru bicara Adidas, Selasa, 28 Januari 2025.
Strategi restrukturisasi ini sejalan dengan visi Gulden yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir. Ia berupaya mendesentralisasi operasional perusahaan dengan mengalihkan sebagian besar tanggung jawab dari kantor pusat ke pasar-pasar lokal di berbagai wilayah. Gulden juga menegaskan bahwa prioritas utama perusahaan saat ini adalah kembali ke jalur pertumbuhan yang stabil sebelum menyelesaikan isu tenaga kerja yang lebih luas.
Langkah ini didorong oleh laporan kinerja positif Adidas pada tahun 2024. Perusahaan berhasil mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 11 persen, dengan laba operasional mencapai 1,34 miliar euro, melampaui ekspektasi pasar. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang terus dijaga oleh manajemen meskipun di tengah restrukturisasi.
Sekilas Sejarah Adidas
Adidas didirikan oleh Adolf "Adi" Dassler di Herzogenaurach, Jerman, setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1924, ia bersama kakaknya, Rudolf Dassler, mendirikan perusahaan Gebrüder Dassler Schuhfabrik yang memproduksi sepatu olahraga.
Dassler bersaudara menjadi pelopor dalam pengembangan sepatu atletik dengan paku yang lebih ringan, menggunakan bahan kanvas dan karet. Salah satu pencapaian besar mereka adalah ketika Jesse Owens, pelari Amerika Serikat, memenangkan empat medali emas di Olimpiade 1936 dengan menggunakan sepatu buatan mereka.
Namun, hubungan antara Adolf dan Rudolf memburuk setelah Perang Dunia II, sehingga keduanya memutuskan untuk berpisah pada tahun 1947. Adolf kemudian mendirikan Adidas, sementara Rudolf mendirikan Puma. Rivalitas antara kedua perusahaan ini tidak hanya memengaruhi industri olahraga tetapi juga kehidupan masyarakat di Herzogenaurach, yang terbelah menjadi dua kubu.
Adidas resmi terdaftar pada tahun 1949 dan sejak itu menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia dalam bidang olahraga. Logo tiga garis yang ikonik menjadi ciri khas merek ini setelah diakuisisi dari Karhu Sports pada tahun 1952.
Adidas terus berinovasi dan berekspansi dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu langkah besar perusahaan adalah akuisisi Reebok pada tahun 2006, yang bertujuan untuk memperkuat posisinya di pasar Amerika Utara. Namun, pada tahun 2022, Adidas menjual kembali Reebok ke Authentic Brands Group seharga 2,5 miliar dolar AS.
Selain itu, Adidas juga dikenal sebagai pelopor dalam teknologi olahraga, termasuk peluncuran sepatu pintar pertama di dunia, Adidas 1, pada tahun 2005. Sepatu ini dilengkapi mikroprosesor yang mampu menyesuaikan tingkat kenyamanan secara otomatis berdasarkan kondisi lingkungan.
Adidas tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga kolaborasi dengan desainer ternama seperti Stella McCartney dan pengembangan lini produk yang ramah lingkungan. Perusahaan ini juga memperkuat kehadirannya di dunia olahraga melalui sponsor untuk berbagai ajang internasional, seperti Piala Dunia FIFA dan Olimpiade.
Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.