Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SATU dari dua line produksi pabrik penggilingan (grinding plant) milik PT Cemindo Gemilang siap berproduksi pada awal 2014 ini. Pabrik semen berkapasitas 750 ribu ton per tahun itu berlokasi di Jalan Raya Anyer Kilometer 18, Desa Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Cilegon, Banten. "Sedang dilakukan uji coba," kata Presiden Direktur Cemindo, Aan Selamat, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Anak perusahaan Ganda Group, milik Ganda Sitorus--salah satu pemegang saham Grup Wilmar--ini akan memasarkan semen dengan merek Merah Putih. Perusahaan ini sesungguhnya bukanlah pemain baru di bisnis semen dalam negeri. Pada 2009, Cemindo pernah mengoperasikan pabrik Semen Kupang sebagai mitra kerja sama operasi.
Cemindo sudah ancang-ancang untuk bertempur di pasar semen nasional. Selain menyiapkan proyek Ciwandan, perusahaan merancang pabrik semen terintegrasi di Bayah, Banten. Perusahaan melihat potensi pasar yang luar biasa di Jawa. "Karena itu, kami berekspansi ke Banten," kata Aan.
Pabrik yang didirikan di area 500 hektare dan berkapasitas 10 ribu ton clinker per hari atau 4 juta ton semen per tahun ini diresmikan pada 11 September tahun lalu. Di lokasi ini juga dibangun fasilitas pelabuhan khusus dengan kedalaman dermaga 13 meter agar kapal berbobot mati 30 ribu DWT bisa sandar. Cemindo menginvestasikan US$ 600 juta (sekitar Rp 6,8 triliun) di Ciwandan.
Pasar semen nasional diyakini masih menganga. Konsumsi domestik yang rata-rata tumbuh 10 persen per tahun menjadi incaran pebisnis nasional dan asing. Pada 2009, konsumsi semen nasional baru 38,4 juta ton. Tahun ini jumlahnya diperkirakan 64 juta ton, atau tumbuh sekitar 11 persen per tahun dalam lima tahun terakhir.
Situasi inilah yang agaknya mendorong banyak perusahaan berinvestasi di industri semen. Kementerian Perindustrian beberapa waktu lalu mengumumkan rencana dua perusahaan asal Cina-Anhui Conch Cement Company Limited dan State Development and Investment Cooperation-membangun empat pabrik di Indonesia. Salah satunya di Desa Saradang, Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan, yang konstruksinya hampir rampung.
Pabrik yang menelan biaya investasi sekitar US$ 500 juta itu ditargetkan beroperasi pada paruh kedua tahun ini, dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun. Perusahaan juga mengincar lokasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Barat, untuk membidik pasar di Kalimantan dan Indonesia timur. Bila keempat pabrik terealisasi, total kapasitas produksi diperkirakan 10 juta ton per tahun. Mereka juga melengkapi pabrik semen pertama dengan satu unit pembangkit listrik berkapasitas 18 megawatt. Unit kedua pembangkit, berkapasitas sama, juga telah dirancang.
Pendatang baru lain adalah Siam Cement Group. Perusahaan asal Thailand ini akan memakai bendera PT Semen Jawa di Indonesia. Mereka membangun pabrik senilai US$ 356 juta (sekitar Rp 3,9 triliun) untuk menghasilkan 1,8 juta ton semen di Sukabumi, Jawa Barat. Pabrik ini ditargetkan beroperasi pada semester kedua 2015.
Bukan hanya pemain baru, pemain lama juga berlomba berekspansi. Pemain terbesar industri semen di Indonesia, Semen Indonesia, malah lebih dulu menjalankan pabrik baru di Sulawesi Selatan. Melalui anak perusahaannya, PT Semen Tonasa, mereka membangun Tonasa V yang berkapasitas 3 juta ton per tahun, dan pembangkit listrik 2 x 35 megawatt, di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Investasi yang dikeluarkan sekitar Rp 3,5 triliun. Tonasa V meningkatkan kapasitas produksi Semen Tonasa menjadi 7 juta ton per tahun.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan pengoperasian pabrik tersebut pada 19 Februari 2014. Semen Indonesia merupakan gabungan dari tiga perusahaan negara yang bergerak di bisnis semen, yakni PT Semen Padang, PT Semen Gresik Tbk, dan Semen Tonasa. Pada Desember 2012, perusahaan ini mengakuisisi Thang Long Cement Vietnam, salah satu produsen semen terkemuka di Vietnam. Perusahaan mengoperasikan pabrik berkapasitas 2,3 juta ton per tahun dan memiliki cadangan deposit batu kapur 76 juta ton.
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Dwi Soetjipto optimistis pengoperasian Tonasa V akan memperkuat posisi Semen Indonesia di industri semen nasional. Saat ini perseroan memimpin dengan pangsa pasar 44 persen. Tahun ini total kapasitas produksi Semen Indonesia menjadi 31,8 juta ton.
Pemain besar lain, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk-produsen semen Tiga Roda-segera merampungkan pabrik baru di kompleks pabrik Indocement di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pabrik yang dirancang berkapasitas 1,9 juta ton per tahun ini akan meningkatkan kemampuan produksi perusahaan dari 18,6 juta ton menjadi 20,5 juta ton.
Holcim Indonesia berekspansi melalui proyek Tuban 1 dan Tuban 2. Kedua pabrik yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur, itu masing-masing bisa menghasilkan 1,7 juta ton. Tahap pertama, Tuban 1 diperkirakan beroperasi triwulan pertama tahun ini. Selanjutnya, Tuban 2 ditargetkan rampung tahun depan.
Saat ini Holcim memiliki kapasitas produksi 9,1 juta ton semen per tahun dari pabrik di Narogong, Cileungsi, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah. Narogong menghasilkan 5,6 juta ton per tahun, sedangkan Cilacap 3,5 juta ton per tahun.
PT Semen Bosowa juga menggeliat. Direktur Utama Semen Bosowa Erwin Aksa menjelaskan, pada akhir 2013, mereka berekspansi membangun pabrik baru di Bosowa Line II dan Bosowa Maros dengan investasi Rp 1 triliun. Perusahaan juga berencana membangun pabrik di Cilegon, Banten; Rembang, Jawa Tengah; dan Banyuwangi, Jawa Timur.
Pengoperasian dua pabrik baru itu meningkatkan produksi clinker (bahan baku semen) dari 5.500 ton menjadi 7.200 ton per hari. Sehingga kapasitas semen Bosowa Maros menjadi 4 juta ton per tahun. Total produksi semen Bosowa saat ini 5,2 juta ton setahun dari pabrik di Maros dan Batam.
Maraknya investor yang berencana membangun pabrik semen di Indonesia merupakan dampak dari aturan pembatasan impor. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40/M-DAG/PER/8/2013 tentang ketentuan impor semen setengah jadi dan semen membuat pengusaha tak lagi bebas mendatangkan komoditas ini dari luar negeri.
Menurut Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso, impor diprioritaskan bagi perusahaan yang sedang membangun pabrik semen. "Sebagai premarketing, bukan trader, yang hanya mencari untung dan tidak mau berinvestasi pabrik di Indonesia," kata Widodo.
Sebelum aturan tersebut berlaku mulai September 2013, menurut Dwi Soetjipto, semen impor membanjiri pasar domestik, yang sedang surplus pasokan. Tapi ia tak khawatir. Begitu pula ketika pemodal ramai-ramai membangun pabrik. "Jangan cengeng. Kita kuat-kuatan saja," ujarnya.
Semen Indonesia, Dwi menambahkan, terus meningkatkan efisiensi terutama dalam penggunaan listrik dan bahan bakar. Salah satunya dengan membangun pembangkit listrik sendiri. Juga mengkonversi batu bara dengan energi alternatif, atau menurunkan spek kalorinya supaya lebih murah. "Power plant itu aset yang menjadi daya saing."
Retno Sulistyowati, Ananda Teresia, Galvan Yudistira
Pemain Lama
PT Semen Indonesia Tbk
Memiliki empat pabrik semen, yaitu Semen Padang di Sumatera, Semen Gresik di Jawa, Semen Tonasa di Sulawesi, dan Thang Long Cement Vietnam.
Penjualan 2013: 27,95 juta ton
Pendapatan 2013: Rp 24,5 triliun
Laba: Rp 5,37 triliun
Market share: 43,8 persen
PT Holcim Indonesia Tbk
Memiliki tiga pabrik di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Tuban (Jawa Timur) serta stasiun penggilingan di Ciwandan (Banten).
Penjualan 2013: Rp 9,69 triliun
Laba: Rp 952 miliar
Kapasitas produksi: 9,5 juta ton
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki 12 pabrik yang sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Produksi 2013: 13,1 juta ton
Penjualan 2013: Rp 13,35 triliun
Laba bersih: Rp 3,61 triliun
Semen Baturaja
Memiliki tiga pabrik di Baturaja dan Palembang (Sumatera Selatan) serta Panjang (Lampung).
Produksi: 1,29 juta ton Penjualan: 1,26 juta ton
Laba bersih: Rp 312,18 miliar
Pemain baru
1. Anhui Conch Cement Co Ltd2,5 juta ton
2. Siam Anhui Conch Cement Co Ltd 2,5 juta ton
3. Cement Group 1,8 juta ton
4. State Development and Investment Cooperation 1 juta ton
5. PT Cemindo Gemilang 750 ribu ton
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo