Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKHIR-akhir ini lebih banyak nasabah - mengunjungi Bank Tabungan Negara (BTN). Mereka tidak sekadar membayar cicilan bulanan, tapi karena rumah kreditan mereka ditempeli tulisan "rumah ini dalam pengawasan BTN". Kampanye mempermalukan ini dimaksudkan untuk melancarkan tunggakan angsuran nasabah, yang akhir tahun lalu mencapai Rp 67,6 milyar. Jumlah itu cuma 4,4% dari total kredit yang sudah dikeluarkan BTN, namun hampir mendekati dana BTN yang disediakan buat Perum Perumnas sebesar Rp 73 milyar. Toh tunggakan angsuran itu, menurut Dirut BTN, Sasonotomo, bukan berarti kredit macet. Yah, cuma angsuran yang seret pembayarannya. Yang jelas, Sasonotomo berusaha keras untuk menggapai rencana membangun 300 ribu unit sampai akhir Pelita IV - April tahun depan. Malahan Cosmas Batubara, Menteri Negara Perumahan Rakyat, memperkirakan bahwa pada Pelita IV bisa dibangun sampai 325 ribu unit. Menurut Cosmas, sejak tahun pertama Pelita IV sampai Desember tahun lalu saja sudah terbangun perumahan lebih dari 200 ribu unit. Sedangkan rencana pada tahun anggaran 1988-89, terhitung sejak April yang akan datang, BTN menyediakan dana sekitar Rp 363 milyar untuk 79 ribu unit rumah. Totalnya baru sekitar 279 ribu unit, belum termasuk realisasi antara Januari dan April 1988 ini. Barangkali cita-cita itu bisa tercapai. Sebab, BTN secara bertahap sudah membenahi birokrasinya, sehingga bisa lebih cepat melayani developer yang berhubungan dengannya. Apalagi sekarang Sasonotomo sudah bikin ancang-ancang akan memberikan kredit untuk jangka waktu sampai 30 tahun - 10 tahun lebih lama dibandingkan sistem sekarang - dengan tanah Hak Guna Bangunan yang disesuaikan pula. Sumber dana pun, di sampmg masih mengandalkan kredit likuiditas BI yang murah bunganya, BTN siap menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. "Soalnya, kita memikirkan supaya everybody happy," ujarnya. Tapi, menurut Cosmas, soal itu masih dalam pertimbangan. Dengan jangka waktu itu, maka uang muka yang harus disediakan peminat rumah BTN jadi lebih ringan. Cicilan per bulannya pun lebih ringan. Beleid ini memang sudah ditunggu-tunggu oleh developer. Maklum, mereka mengeluhkan pemasarannya. Apalagi plafon kredit BTN belum bergeming ke atas. Sementara itu, harga bahan bangunan, sudah melejit sampai 20% rata-ratanya. Karena itu, developer mengeluarkan macam-macam jurus pemasaran, misalnya uang muka bisa dibayar beberapa kali. Sampai-sampai ada yang mengiklankan rumah BTN, yang lokasinya di antara Bekasi dan Bogor dengan bebas uang muka pada bulan promosinya. Developer agak lega, keluhannya bersambut. "Saya sangat senang, karena peminat rumah BTN pasti akan naik kalau perlu sampai 40 tahun," komentar Onggo Hartono, direktur utama PT Sinar Waluyo, developer terbesar di Yogyakarta. Soalnya, cara itu bisa menjangkau kantung pegawai negeri golongan I dan II - berarti mereka ikut senang juga. Pada pengalamannya, selama membangun lebih dari 5 ribu unit rumah BTN, kebanyakan konsumennya adalah masyarakat yang penghasilannya setaraf dengan pegawai negeri golongan III. Lebih menggembirakan lagi bagi developer yang punya prestasi baik. "Mereka yang berhasil membangun 5 ribu unit akan diberi kepercayaan membangun unit-unit baru tanpa menunggu CL (Commitment Letter) dari BTN," kata Cosmas kepada wartawan TEMPO, Priyono B.S. Tapi selama ini baru dua developer yang mendapat kepercayaan itu, yakni PT Margahayu dan PT Ika Muda. Kesempatan bisa cepat membangun ini juga berarti mempercepat target 300 ribu unit tercapai, yang tentu menyenangkan .... Suhardjo Hs., laporan biro-biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo