Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bojonegoro- Air di Sungai Bengawan Solo yang mengalir di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur tercemar limbah minyak. Hasil uji laboratorium Unit Jasa Tirta Mojokerto menyebutkan, air sungai yang tercemar dari hulu sungai tidak layak dikonsumsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permintaan uji laboratorium Unit Jasa Tirta Mojokerto diajukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro. Hasilnya uji lab, kondisi air sungai dalam pekan-pekan ini mengalami perubahan warna. Seperti air keruh, dari hijau ke hitam-hitaman dan juga kerap muncul busa.”Hasil uji lab, air Bengawan Solo tercemar, ujar Kepala DLH Kabupaten Bojonegoro Nurul Azizah pada Tempo, Kamis 2 Agustus 2018.
Ditambahkan, air Bengawan Solo tidak layak konsumsi tetapi hanya cukup untuk pertanian.”Tak layak konsumsi,” imbuhnya.
Menurut Nurul Azizah, uji lab dilakukan di beberapa lokasi di Sungai Bengawan Solo. Mulai dari Kecamatan Margomulyo—sekitar 65 kilometer barat daya Kota Bojonegoro. Kemudian aliran air sungai di Kecamatan Ngraho, Padangan, Malo, Kalitidu, dan juga di Taman Bengawan Solo yang berlokasi di utara Pasar Besar Kota Bojonegoro. Tim dari DLH mengambil sample air untuk kemudian dibawa ke laboratorium Unit Jasa Tirta Mojokerto.
Dari hasil laboratorium itu, lanjut Nurul Azizah, pihak DLH telah berkirim surat ke Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Nantinya pihak DLH Jawa Timur akan berkirim surat ke Dinas Lingkungan Hidup Jawa Tengah. Tujuannya untuk menelusuri penyebab pencemaran yang terjadi di sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Apalagi, Sungai Bengawan Solo, mengaliri beberapa daerah. Di Jawa Tengah lewat Kota Solo, Kabupaten Karanganyar dan Sragen. Sedangkan di Jawa Timur melintas di Kabupaten Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan hingga bermuara di laut Kabupaten Gresik.
Soal darimana pencemaran minyak yang masuk di Sungai Bengawan Solo, tidak disebutkan ditemuan DLH Kabupaten Bojonegoro. Hanya disebutkan, bahwa pencemaran sudah terjadi di hulu sungai. “Dari mana pencemarannya, apakah dari pabrik atau apa, belum kita ketahui,” tandas Nurul Azizah.
Agus, 47 tahun, pemancing di Sungai Bengawan Solo, mengakui ada perubahan warna air. Yaitu dari yang biasanya jernih hijau dan tidak berbau, kini menjadi hitam kecoklatan, dan kadang berbusa. “Ya, airnya berubah,” ujarnya pada Tempo Kamis 2 Agustus 2018.
Dia berharap pencemaran ini tidak mengancam populasi ikan di Sungai Bengawan Solo. Karena ikan endemic dari sungai ini cukup banyak membantu ekonomi warga. Seperti ikan tawes, rengkik, jendil, gabus, udang, areng-areng dan sejenisnya, yang ditangkap untuk konsumsi warga.”Kita berharap, pemerintah tanggap dan mengetahui penyebab pencemaran,” tandasnya.