Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung di pesisir fajar barat Provinsi Banten belum bisa menarik cukup banyak investor sejak diresmikan pada Februari 2015. Investor enggan menanamkan modal di sana karena akses transportasi yang masih sangat minim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tanjung Lesung itu critical factor-nya adalah akses," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat ditemui selepas acara Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 30 Juli 2018.
Sebelumnya, pemerintah telah jor-joran menggelontorkan duit sebesar Rp 80,9 miliar demi membangun Tanjung Lesung. Dana ini digunakan untuk membangun sejumlah infrastruktur dasar seperti jalan. Sementara untuk pembangunan fasilitas pendukung, pemerintah hilir mudik mencari investor yang bersedia berinvestasi.
Tapi ada daya, minat investasi di Tanjung Lesung masih sangat sepi yang diduga karena masih terbatasnya akses menuju lokasi tersebut. Hingga September 2017 saja, realisasi investasi baru mencapai Rp 600 miliar dari target Rp 2 triliun. Kabar baik baru muncul pada Maret 2018 setelah Jababeka Group berencana menambah komitmen investasi mereka di Tanjung Lesung dari semula Rp 5 triliun menjadi Rp 9 triliun.
Untuk persoalan akses ini, kata Arief, ada tiga jalur utama yang disiapkan. Pertama, Tol Serang-Panimbang sepanjang 83 kilometer yang akan menambah akses selain jalan nasional yang sudah ada saat ini. Saat ini, tol masih dalam tahap pembangunan.
Selanjutnya, pemerintah juga mereaktivasi atau menghidupkan kembali jalur kereta lama Rangkasbitung-Saketi-Labuan. Lalu yang terakhir yaitu membangun Bandara baru di Banten Selatan. Untuk yang terakhir, belum ada kelanjutannya karena proyek ini baru saja dihapus dari Program Strategis Nasional.
Selain jalan dan bandara, nasib reaktivasi rel ternyata juga tidak berjalan baik. Reaktivasi diperlukan karena jalur lama peninggalan Belanja ini sudah diisi oleh rumah-rumah penduduk. Dengan reaktivasi ini, maka akses dari kota Jakarta menuju Tanjung Lesung akan semakin lancar karena Kereta Commuter Line pun saat ini sudah melayani penumpang hingga ke Stasiun Rangkasbitung.
Tapi, sampai saat ini proses reaktivasi ternyata baru sampai pada tahap sosialisasi saja. Belum ada satupun lahan yang dibebaskan karena terkendala oleh anggaran. "Anggaran tahun 2018 belum tersedia, mungkin tahun depan sudah ada," kata Kepala Humas Balai Teknik Perkeretapian Wilayah Jakarta dan Banten, Kementerian Perhubungan, Samsuri, saat dihubungi di Jakarta, Minggu, 19 Juli 2018.
Arief mengaku telah pernah berkirim surat ke Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terkait percepatan pengerjaan reaktivasi ini. Dengan adanya kendala keterbatasan anggaran tersebut, Arief pun berjanji akan kembali membicarakan ini dengan Budi. "Tentu saya akan ngomong," kata dia.
Simak berita menarik lainnya terkait Tanjung Lesung hanya di Tempo.co.