Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pabrikan Cina Kalahkan Tiga Lawan

Pabrikan kereta asal Cina, CRRC Sifang, merancang khusus kereta buat Indonesia. CRRC mengalahkan perusahaan dari Jepang.

7 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
KRL tujuan Bogor – Jakarta melintas di Stasiun Kalibata, Jakarta, 2 November 2023. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PT KCI akan mengimpor tiga rangkaian KRL dari Cina.

  • Impor KRL baru penting untuk mengatasi kekurangan armada PT KCI.

  • Sebanyak 16 rangkaian KRL akan pensiun karena faktor usia.

JAKARTA — PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menjatuhkan pilihan pada kereta seri SFC120-V untuk menambah kapasitas kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi alias Jabodetabek. Armada ini dirancang khusus oleh pabrikan asal Cina, CRRC Sifang Co Ltd.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesediaan merancang kereta buat Indonesia ini menjadi salah satu alasan manajemen KCI memutuskan bermitra dengan perusahaan tersebut. Sekretaris Perusahaan KCI Anne Purba menuturkan Kementerian Perhubungan mengatur spesifikasi khusus buat armada baru KRL Jabodetabek. 

"Dari rangka, ukuran rel, ruang bebas, hingga kapasitas pendingin," katanya di Jakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Itulah sebabnya, penting memastikan kereta yang mereka beli sesuai dengan ketentuan pemerintah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Armada tipe SFC120-V ini masih dalam tahap perancangan. Dalam waktu dekat, Anne berharap sudah ada prototipe kereta tersebut. KCI yakin hasilnya memuaskan karena mempertimbangkan rekam jejak CRRC Sifang yang sudah berpengalaman mengekspor kereta ke 28 negara. 

Mengalahkan Tiga Lawan

Sebelum memilih CRRC Sifang, KCI mempertimbangkan penawaran dari tiga perusahaan lain. Mereka adalah perusahaan asal Jepang, J-TREC; serta dua perusahaan asal Korea Selatan, Woojin Industrial Systems Company Limited dan Dawonsys. 

KCI awalnya menjalin komunikasi dengan J-TREC pada pertengahan tahun lalu. J-TREC lalu mengirim proposal harga tiga rangkaian KRL baru yang masing-masing terdiri atas 12 gerbong senilai total Rp 676,8 miliar. Namun saat lelang resmi dibuka pada Oktober 2023, biaya investasi dalam proposal J-TREC berubah menjadi lebih mahal. 

Menurut Anne, kenaikan biaya tersebut terjadi karena penyesuaian spesifikasi kereta dengan ketentuan Kementerian Perhubungan. "Di Jepang, mereka memproduksi kereta untuk kebutuhan dalam negeri sehingga bukan khusus ke KCI. Jadi, harus ada penyesuaian," katanya. 

40 Persen Lebih Mahal

Ihwal selisih biayanya, sumber Tempo menyebutkan angkanya terpaut sampai 40 persen dari penawaran awal. Ketika dimintai konfirmasi, Anne tak bersedia menjawab soal angka. "Yang bisa saya sampaikan adalah harga yang ditawarkan sudah lebih dari yang pernah kami sampaikan (Rp 676,8 miliar)," ujarnya. 

Di antara tiga kontestan lain, Anne menyebutkan penawaran CRRC paling menarik. Harga tiga rangkaian kereta CRRC senilai Rp 783 miliar dinilai lebih kompetitif untuk armada yang spesifikasinya sesuai dengan ketentuan pemerintah. CRRC juga menyediakan suku cadang serta layanan perawatan. Anne pun memastikan bakal ada transfer teknologi dari CRRC Sifang.

Baru Tiba Tahun Depan

Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto (kiri) menandatangani kontrak kerja sama pengadaan tiga rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru antara KAI Commuter dan CRRC Sifang Co Ltd di Beijing, Cina, 31 Januari 2024. Dok. KAI Commuter

KCI dan CRRC Sifang meneken kontrak impor pada 31 Januari 2024. Dengan estimasi produksi kereta baru memakan waktu 13,5 bulan; armada tersebut baru bisa tiba ke Indonesia pada kuartal kedua 2025. KCI kemudian akan menjalankan uji coba sejauh 4.000 kilometer, lalu uji coba membawa penumpang hingga kemudian mengurus sertifikasi kelayakan dari Kementerian Perhubungan. Harapannya, tak ada jadwal yang molor sehingga ketiga rangkaian itu bisa beroperasi pada 2025.   

Kedatangan kereta impor ini penting lantaran jumlah armada KCI saat ini terbatas. Sebanyak 16 rangkaian kereta KCI sudah berusia di atas 45 tahun dan harus diganti sebelum akhir 2024. Menurut penghitungan PH&H Public Policy Interest Group, jika tidak ada penggantian kereta, sebanyak 200 ribu penumpang KRL Jabodetabek akan tidak terangkut setiap hari.

KCI mengajukan permohonan impor 10 rangkaian kereta bekas pada 13 September 2022 kepada Kementerian Perdagangan untuk mencegah kekurangan armada. Namun pemerintah menolak. Usul tersebut dianggap bertentangan dengan program peningkatan produk dalam negeri. KCI sudah berupaya menggandeng PT Inka untuk memproduksi 16 rangkaian kereta baru, tapi perusahaan tersebut baru bisa mengirim armada pada 2025-2026.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sempat menjadi wasit untuk mengatasi masalah tarik-menarik impor kereta ini.  Hasilnya, institusi tersebut merekomendasi untuk tidak mengimpor kereta bekas. Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menjadikan rekomendasi itu sebagai landasan untuk mendorong KCI membatalkan impor dan mendorong upaya peremajaan atau retrofit dengan menggandeng Inka. KCI bakal menyerahkan 19 rangkaian untuk diremajakan Inka.

Namun upaya tersebut tidak juga menyelesaikan masalah kekurangan armada. Itulah sebabnya, pada pertengahan 2023, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bakal ada impor tiga kereta baru. 

Penumpang menaiki kereta Commuter Line di Stasiun Kebayoran, Jakarta, 9 Desember 2023. Dok. TEMPO/Magang/Joseph


Selagi menunggu kedatangan impor tiga rangkaian baru, produksi 16 rangkaian baru dari Inka, serta 19 rangkaian hasil retrofit selesai, KCI butuh tambahan delapan rangkaian baru. Kereta tambahan ini diperlukan untuk menampung penumpang yang diproyeksikan mencapai 2 juta orang pada tahun depan. 

Anne menuturkan KCI belum memutuskan skema pengadaan armada tambahan ini. "Belum diputuskan apakah akan mengimpor atau mengandalkan produksi domestik," kata dia. Pertimbangan terbesar KCI adalah waktu kedatangan kereta. Semakin cepat tersedia, semakin baik. Tentu saja, anggaran ikut jadi pertimbangan. 

Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengharapkan tambahan armada baru ini bisa dipenuhi oleh Inka. Dari sisi kemampuan, dia yakin Inka sudah cukup mendapat pelajaran dari pesanan 16 rangkaian KCI. 

"Fasilitas baru di Banyuwangi juga mendukung kapasitas produksi perusahaan Inka," ujarnya. Kini, hal yang terpenting adalah memastikan seluruh proyek pengadaan kereta berjalan tepat waktu. Djoko mengingatkan bahwa tambahan armada sudah mendesak, terlebih dengan potensi pertumbuhan penumpang Commuter Line Jabodetabek.  

VINDRY FLORENTIN | CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus