Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Alih Fungsi Lahan, Sumsel Kehilangan Hampir 13.000 Ha Kebun Karet

Luasan perkebunan karet di Sumatera Selatan dalam beberapa tahun ini menyusut sekitar 13.000 hektare.

25 September 2019 | 13.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Palembang — Luasan perkebunan karet di Sumatera Selatan dalam beberapa tahun ini menyusut banyak. Berkurangnya salah satu potensi pertanian unggulan tersebut diakibatkan oleh maraknya alih fungsi lahan, penggantian komoditas dan sebab lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Persoalan lainnya yang menakutkan bagi petani adalah harga dan volume getah yang turun pada musim kemarau ini. "Disbun tidak bisa melarang adanya alih fungsi lahan melainkan hanya sebatas imbauan. Tapi kabar baiknya dalam kondisi seperti itu justru Sumsel mengalami kenaikkan produksi karet kering,” kata Rudi Aprian, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP), Dinas Perkebunan  Sumsel, Rabu, 25 September 2019. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut data statistik perkebunan 2017, Sumsel memiliki kebun karet seluas 1.319.738 ha dengan produksi 1.053.272 ton karet kering. Sedangkan pada tahun 2018,  luas areal kebun karet menyusut menjadi 1.307.011 ha dengan produksi 1.117.569 ton karet kering.

Dari data tersebut kata Rudi, kalau membandingkan angka statistik 2017 dan 2018, artinya  terdapat penurunan luas areal sebanyak 12.727 Ha tapi ada peningkatan produksi sebanyak 64.297 ton karet kering. Hal ini karena peremajaan tanaman karet tua dengan bibit unggul sudah mulai menghasilkan.

Program peremajaan karet sudah dimulai sejak 10 tahun terakhir di beberapa daerah sentra penghasil getah karet. Karet peremajaannya sekarang sudah mulai panen dengan berproduksi cukup baik.

“Sudah sifat alaminya kalau cuaca panas getah jagi lambat keluar.” Produksi getah karet selama musim kemarau atau kering dipastikan akan berkurang dibandingkan saat musim dingin tiba.

Untuk itu sejak lama, Dinas Perkebunan menganjurkan agar petani menyadap karetnya pada pagi buta sebelum matahari terbit. Hal itu sudah dipraktikkan sejak lama oleh petani di Malaysia, yang menyadap getah mulai pukul 3 pagi dengan menggunakan lampu di kepala.

Sementara itu Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA, Palembang, Ruli Joko Purwanto mengatakan komposisi karet sebagian besar berupa air. Air di dalam tanah yang diserap tanaman penting untuk menaikkan tekanan turgor tanaman.

Sehingga, sedikit atau banyaknya waktu disadap, sangat bergantung pada besardan kecilnya tekanan turgor.Dia juga sepakat menyadap karet di pagi hari merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil getah yang maskimal. “Karena di pagi hari tekanan turgornyo masih tinggi, dan kalau disadap getahnya kan keluar dengan derasnya," kata dia.

PARLIZA HENDRAWAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus