Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Analis: Timur Tengah Kian Memanas, Harga Emas Dunia akan Terus Naik

Harga emas dunia pekan depan diperkirakan masih akan terus naik. Apalagi, menurut analis Lukman Leongarga, jika Timur Tengah kian memanas.

13 Oktober 2024 | 09.50 WIB

Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas dunia pekan depan diperkirakan masih akan terus naik. Apalagi, menurut analis mata uang dan komoditas Lukman Leongarga, jika situasi di Timur Tengah kian memanas. Kenaikan harga emas dunia ini tentunya akan mempengaruhi pergerakan harga emas PT Aneka Tambang Tbk. atau harga emas Antam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Lukman memprediksi, harga emas dunia pekan depan diperkirakan masih naik. Bahkan kembali mendekati all time high di harga US$ 2.685 per ons. Bahkan, apabila eskalasi di Timur Tengah semakin memanas, ia memprediksi, harga emas bisa melewati US$ 2.700 per ons.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Namun apabila tidak ada perkembangan baru dari Timur Tengah, harga emas diperkirakan di rentang US$ 2.635-2.685,” ujar Lukman dalam keterangan tertulis kepada Tempo, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Harga emas Antam pecah rekor pada Sabtu, 13 Oktober 2024 di angka Rp 1.495.000 atau naik Rp 14 ribu dari perdagangan sebelumnya.

Sebagai  informasi, lonjakan harga emas akhir pekan ini sekaligus memecahkan rekor sebelumnya pada Selasa, 8 Oktober 2024 saat harga emas menyentuh Rp 1.491.000 per gram. Setelah menyentuh rekor pada Selasa, harga emas sempat merosot beberapa hari sebelum kembali merangkak naik sejak Jumat lalu.

Lukman menilai kenaikan harga emas Antam akhir pekan ini karena mengikuti kenaikan harga emas internasional. Pada Jumat sebelumnya, harga emas internasional naik setelah data inflasi tingkat produsen Amerika Serikat (AS) atau PPI menunjukkan peningkatan

PPI AS untuk September meningkat sebesar 1,8 persen year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 1,6 persen yoy. Namun angka ini lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 1,9 persen yoy. Sementara inflasi PPI inti mencapai 2,8 persen yoy, di atas periode sebelumnya di level 2,6 persen yoy.

“Sepekan ke depan, dengan absennya data maupun event penting dari AS, investor masih akan fokus pada situasi di Timur Tengah,” kata Lukman. 

 

Hammam Izzuddin

Lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Menjadi jurnalis media lokal di Yogyakarta pada 2022 sebelum bergabung dengan Tempo pada 2024

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus