Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan laju inflasi akan meningkat. Ramalan ini sejalan dengan second round effect atau dampak lanjutan penyesuaian harga BBM atau bahan bakar minyak bersubsidi, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang tinggi, serta masih melambungnya harga energi dan pangan global.
“Merujuk ke data BPS, kenaikan BBM jenis pertalite merupakan penyulut utama inflasi dengan andil sebesar 0,89 persen terhadap inflasi September 2022,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 6 September 2022.
Ibrahim melihat penyebab inflasi berikutnya ditopang oleh kelompok harga yang diatur pemerintah, seperti tarif transportasi. Tarif angkutan dalam kota sebelumnya pun tercatat menyumbang inflasi 0,09 persen; Solar 0,03 persen; dan angkutan antarkota 0,03 persen.
Baca juga: Sudah 11 Hari Rupiah di Atas 15.000 per USD, Pengusaha Khawatirkan Beban Harga Pokok Produksi
Ibrahim juga menyebut beberapa komoditas pangan yang turut menyumbang inflasi September. Terutama komoditas cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, serta beras. Namun, ada pula komoditas pangan yang menghambat inflasi bulan lalu. Misalnya, bawang merah, meski andil deflasi hanya sebesar 0,05 persen.
Dengan perkembangan tersebut, Ibrahim memprakirakan inflasi 2022 melebihi batas atau sasaran 3,0±1 persen. “Untuk itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI—baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan—untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.” ujar Ibrahim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini