Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) akan kembali mengambil alih tiga bandar udara yang sebelumnya dioperasikan unit penyelenggara bandar udara (UPBU) Kementerian Perhubungan. Perseroan telah menyiapkan belanja modal hingga Rp 1,6 triliun khusus untuk merealisasi rencana ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, menyatakan tiga bandara itu meliputi Bandara Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin di Bangka-Belitung, Bandara Fatmawati Soekarno di Bengkulu, serta Bandara Radin Inten II di Lampung. Pengambilalihan lewat skema kerja sama pemanfaatan (KSP) barang milik negara tersebut akan dikebut pada paruh pertama tahun ini. "Setidaknya dirampungkan April atau Mei 2019," kata Awaluddin kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skema KSP juga dimanfaatkan AP II pada tahun lalu ketika mengambil alih pengelolaan Bandara Tjilik Riwut, Kalimantan Tengah, dengan masa konsesi 30 tahun. Dalam skema ini, Kementerian Perhubungan menyiapkan 10 bandara yang akan diserahkan kepada dua operator. Kementerian Perhubungan menargetkan lima bandara dapat dikelola operator swasta pada akhir tahun ini, yakni empat untuk Angkasa Pura II dan satu oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Kelak, pada akhir masa konsesi, aset bandara yang mencakup lahan, gedung, serta peralatan bandara akan sepenuhnya kembali ke pemerintah.
Menurut Awaluddin, pengembangan tiga bandara baru akan didanai dengan belanja modal perseroan, yang pada tahun ini totalnya diproyeksikan mencapai Rp 13 triliun. Biaya investasi untuk mengembangkan Bandara Hanandjoeddin diperkirakan akan mencapai Rp 559,9 miliar. Adapun pengembangan Bandara Fatmawati dan Radin Inten II akan menelan dana masing-masing Rp 622,6 miliar dan Rp 559,9 miliar.
Public Relation Manager Angkasa Pura II, Yado Yarismano, mengatakan pengembangan ketiga bandara tersebut akan berbeda dan bergantung pada kebutuhan. Bandara Hanandjoeddin, dia mencontohkan, akan mendapat terminal baru. Kapasitas terminal juga diperluas untuk mengakomodasi proyeksi pergerakan 6 juta penumpang pada akhir masa konsesi. "Terminal existing di bandara itu sudah mengalami backlog. Saat ini pergerakan penumpangnya mencapai 1 juta per tahun, sementara kapasitas terminal hanya 300 ribu," kata Yado, kemarin. Saat ini, Bandara Hanandjoeddin melayani rute Bangka Belitung-Jakarta; Bangka Belitung-Palembang, Sumatera Selatan; dan satu rute internasional, Bangka Belitung-Singapura.
Bandara Fatmawati Soekarno pun bakal mendapat terminal baru yang dibangun dalam dua tahap. "(Bandara) Fatmawati diperkirakan bisa menampung 5,6 juta penumpang per tahun pada 30 tahun mendatang," ucap Yado. Lain lagi cerita di Bandara Radin Inten II yang memerlukan penebalan landas pacu secara berkala. Tercatat menampung 2,4 juta penumpang sepanjang 2017, bandara tersebut dinilai masih memerlukan pembangunan dan rehabilitasi fasilitas.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan lembaganya bisa menghemat hingga Rp 100 miliar per tahun dari setiap bandara yang masuk daftar KSP. Dana itu akan mengucur ke proyek lain, seperti Bandara Buntu Kunik di Toraja, Sulawesi Selatan, dan Bandara Banyuwangi di Jawa Timur.
Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero), Handy Heryudhitiawan, mengatakan perusahaannya akan mengambil alih pengelolaan Bandara Sentani di Jayapura, Papua, pada tahun ini. Pertumbuhan penumpang sebesar 5,6 persen di bandara tersebut dianggap sangat menjanjikan. "Target kami juga beres di semester satu. Saat ini masih menunggu review terkait dengan aset KSP itu," tuturnya kepada Tempo. YOHANES PASKALIS PAE DALE
Kinerja Tiga Bandara
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo