Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Produksi Minyak dan Gas Tak Capai Target

Gangguan operasi menyebabkan target produksi di proyek hulu migas tak tercapai. SKK Migas memulai lagi audit pemeliharaan di fasilitas-fasilitas produksi.

23 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Zona 4 di Prabumulih, Sumatera Selatan, 1 Januari 2022. ANTARA/Nova Wahyudi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Lifting minyak baru mencapai 87 persen dari target di kuartal I tahun ini.

  • Kerusakan terjadi di sejumlah proyek hulu migas.

  • Target produksi dan lifting bergantung pada rencana operasi wilayah kerja baru.

JAKARTA — Produksi terangkut (lifting) minyak dan gas di kuartal pertama tahun ini meleset dari target. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyatakan sejumlah proyek hulu migas terhadang kendala. Namun dia optimistis kekurangan tersebut bisa ditambal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu kendala yang dihadapi adalah rendahnya posisi awal atau entry point produksi memasuki 2022. Menjelang akhir 2021, kata Dwi, produksi minyak mencapai 652 ribu barel per hari. Namun terjadi penurunan produksi setelah Blok Offshore North West Java berhenti beroperasi sementara karena ada kebocoran. Tak lama kemudian, Pertamina Hulu Rokan berhenti berproduksi akibat kerusakan penangkal petir. Saat itu produksi merosot menjadi 620 ribu per barel. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seret di Awal Tahun

Memasuki Januari 2022, kejadian penghentian operasi tak terencana kembali terjadi. Dwi mengatakan sambungan kabel yang terbakar di wilayah kerja ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) membuat produksi turun menjadi 616 ribu per barel. “Beberapa pekan kemarin di EMCL ada masalah, khususnya di lapangan Kedung Keris, di mana ada pipa bengkok akibat tanah longsor,” kata dia, kemarin. Khawatir terjadi ledakan, kegiatan operasi dihentikan sehingga mengakibatkan kehilangan sekitar 11 ribu barel minyak. 

Hingga Maret 2022, SKK Migas mencatat produksi minyak 623 ribu barel minyak per hari (BOPD). Sementara itu, yang terangkut baru 611,7 ribu BOPD atau 87 persen dari target sebesar 703 ribu BOPD. Untuk gas, realisasi lifting di kuartal pertama mencapai 5.321 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92 persen dari target 5.800 MMSCFD.

Untuk menambal produksi yang anjlok, Dwi mengatakan bakal mencari strategi baru untuk mencegah operasi berhenti tiba-tiba seperti rangkaian kejadian sebelumnya. “Sekarang lawan kita yang paling utama adalah unplanned shutdown,” katanya. 

Direktur Operasi SKK Migas, Julius Wiratno, menyatakan setiap operasi yang terpaksa terhenti bakal didalami penyebabnya agar bisa diperbaiki dan dicegah. SKK Migas, kata dia, akan memulai lagi audit pemeliharaan di fasilitas-fasilitas produksi. “Dua tahun ini tidak pernah dilaksanakan karena kendala perjalanan dan sebagainya,” kata dia. 

Usaha lain menebus kekurangan produksi adalah menambah kegiatan pengeboran. Julius memberi contoh Pertamina Hulu Rokan yang akan menambah jumlah rig dari 19 unit menjadi 26 unit, sehingga pada akhir tahun nanti bisa memenuhi target produksi. Pengelola Blok Rokan tersebut bakal mengebor 400-500 sumur baru sepanjang tahun ini dengan target rata-rata produksi tahunan minyak mentah sebesar 180 ribu BOPD. Secara nasional, SKK Migas menargetkan pengeboran 790 sumur pada tahun ini. 

Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengecek pompa angguk atau pumping unit di Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, 22 Desember 2021. ANTARA/Nova Wahyudi

Harapan untuk memenuhi target produksi dan lifting tahun ini bergantung pada rencana operasi wilayah kerja baru. Tahun ini SKK Migas menargetkan 12 proyek bisa terealisasi dengan total kapasitas 19 ribu BOPD dan 567 MMSCFD. Sejauh ini baru tiga proyek yang beroperasi. Pada kuartal II, akan ada empat proyek yang bisa berjalan dengan total kapasitas mencapai 154 MMSCFD. 

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia, Dave A. Seta, mengatakan sudah memiliki strategi untuk menggenjot produksi setelah menghadapi unplanned shutdown di proyek hulu migas. “Kami akan terus bekerja sama dengan SKK Migas untuk mengoptimalkan produksi lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris guna membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia,” ujar dia.

VINDRY FLORENTIN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus