Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Suka Tak Suka Naik Harga

Pelaku industri terpapar kenaikan harga bahan baku seperti gandum dan kedelai. Tingginya harga bahan baku impor membuat produsen terimpit inflasi global. 

30 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembuatan roti di Pabrik roti Sari Roti, kawasan Jababeka, Cikarang, Jawa Barat. [Dok. TEMPO/STR/Dasril Roszandi]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pelaku industri menaikkan harga jual sebagai opsi terakhir.

  • Harga bahan baku makanan dan kemasan naik.

  • Perusahaan unggas terkena dampak kenaikan harga bungkil kedelai.

SAAT harga bahan baku naik, hanya ada tiga opsi bagi pengusaha: menekan biaya non-bahan baku, menaikkan harga produk, atau menggabungkan dua opsi itu. Kebanyakan produsen makanan nasional mengambil pilihan ketiga di tengah impitan inflasi global saat ini.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satunya PT Nippon Indosari Corpindo, produsen Sari Roti. Sari Roti berupaya mengelola biaya produksi sambil sedikit menaikkan harga jual roti buatannya. Sejak awal tahun ini, Sari Roti menaikkan harga roti keju, roti sobek, dan roti sisir yang dijual di gerai retail modern rata-rata Rp 2.000. “Berbagai strategi yang kami terapkan untuk menghadapi berbagai tantangan telah memberikan hasil positif,” kata Direktur Nippon Indosari Arlina Sofia pada Selasa, 26 Juli lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kinerja Sari Roti pun tetap moncer. Pada semester pertama tahun ini, Nippon Indosari membukukan angka penjualan Rp 1,791 triliun, naik 15,1 persen dibanding pada semester pertama 2021. Padahal Sari Roti terimpit kenaikan harga bahan baku seperti gandum dan kemasan yang melonjak 31,6 persen.

Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan harga gandum dunia sejak Maret lalu atau sebulan setelah Rusia menyerang Ukraina. Gandum menjadi langka karena pasokan dari Ukraina diboikot Rusia. Sebelum konflik Rusia-Ukraina, harga gandum dunia US$ 200-300 per ton. Harga tertinggi pernah mencapai US$ 438,25 per ton pada pertengahan Mei lalu. Pada 30 Juni lalu, harga gandum sedikit turun menjadi US$ 350,25 per ton. 

Rusia dan Ukraina adalah dua dari tujuh produsen gandum terbesar dunia. Rusia menjadi produsen terbesar ketiga setelah Cina dan India dengan jumlah produksi 85,8 juta ton pada 2020. Adapun Ukraina berada di nomor tujuh dengan jumlah produksi 24,9 juta ton. 

Bagi Indonesia, perang antara Rusia dan Ukraina berdampak merosotnya pasokan gandum. Sebab, Ukraina adalah pemasok gandum terbesar. Berdasarkan data Observatory of Economic Complexity, dari nilai impor gandum Indonesia pada 2020 yang mencapai US$ 2,08 miliar, sebanyak 26 persen atau US$ 544 juta berasal dari Ukraina. Pemasok lain adalah Kanada, Argentina, Amerika Serikat, dan Australia.

Gara-gara kenaikan harga gandum, beban operasi Sari Roti melonjak. Sebagai perbandingan, sepanjang semester pertama tahun lalu, biaya bahan baku dan kemasan perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki Grup Salim tersebut Rp 419,681 miliar. Pada semester pertama tahun ini, biayanya naik menjadi Rp 552,457 miliar.

Sari Roti pun berstrategi menaikkan harga jual roti sebagai langkah penyesuaian atas kenaikan harga gandum. Sebelumnya, perusahaan memangkas risiko fluktuasi harga dengan menjaga persediaan tepung dan cokelat untuk menjamin kelanjutan produksi. “Kelompok usaha juga dapat mengurangi risiko tersebut dengan cara mengalihkan kenaikan harga kepada pelanggan,” demikian petikan laporan keuangan Sari Roti pada semester pertama 2022. Dengan cara itu, Sari Roti akhirnya mampu mendulang laba Rp 137,3 miliar. Labanya naik 12,7 persen dibanding pada semester I tahun 2021.

Berbeda dengan produsen makanan yang terjepit kenaikan harga satu komoditas utama, pelaku industri perunggasan kini berjibaku untuk bertahan di tengah kenaikan harga aneka bahan baku. Untuk pakan unggas, perusahaan peternakan harus mendatangkan gandum dan soybean meal (SBM) alias bungkil kedelai dari luar negeri yang harganya kini melangit. “Salah satu pemasok gandum kami berasal dari Ukraina dan Rusia. Ketika kami mencari sumber pasokan baru, harga sudah terkatrol dan kami harus berbagi jatah dengan importir lain,” ucap Government Relations Charoen Pokphand Indonesia Hendra Lukito. 

Pekerja tengah menangkap ayam di sebuah peternakan ayam potong di kawasan Kalimalang, Jakarta, 13 Juli 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Pada Rabu, 27 Juli lalu, harga SBM mencapai US$ 488 per ton. Angka ini sudah agak menurun dibanding pada Maret lalu, saat harganya US$ 521 per ton. Namun angka itu tetap jauh lebih mahal jika dibanding harga Oktober 2021 yang masih berada di kisaran US$ 300 per ton. “SBM masih harus diimpor. Belum ada bahan penggantinya,” ujar Hendra. 

Menurut laporan Drip Capital pada November 2021, kenaikan harga SBM—dan produk pertanian lain—terjadi karena permintaan yang melonjak. Pasokan minim pada masa pandemi Covid-19. Kekurangan tenaga kerja dan kenaikan biaya angkutan laut hingga energi turut mengerek harga SBM. Kondisi ini memukul industri perunggasan karena porsi SBM dalam komponen bahan baku pakan mencapai 15 persen. “Harga pakan jadi mahal,” tutur Hendra. 

Kenaikan harga pakan langsung merembet pada harga daging unggas. Seturut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga daging ayam ras segar mencapai Rp 35.950 per kilogram pada Jumat, 29 Juli lalu. Angka ini di atas harga acuan pemerintah Rp 35 ribu per kilogram. 

Pada Juni lalu, Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional Sugeng Wahyudi mengatakan harga daging ayam naik karena harga pakan yang kian melangit. Tahun ini, kata dia, harga pakan naik 20 persen. Padahal porsi harga pakan mencapai 70 persen dari biaya pokok produksi daging ayam ras. 

Indonesia sendiri merupakan importir bungkil kedelai terbesar kedua di dunia setelah Vietnam. Pada 2020, Charoen Pokphand dan perusahaan lain mengimpor SBM senilai US$ 1,56 miliar, terpaut sedikit dari Vietnam yang mendatangkan SBM senilai US$ 1,7 miliar.

Importir dari Indonesia paling banyak mendatangkan bungkil kedelai dari Brasil dengan nilai US$ 795 juta pada 2020. Pasokan terbanyak berikutnya berasal dari Argentina senilai US$ 682 juta, diikuti Amerika Serikat (US$ 51,7 juta), Paraguay (US$ 18,4 juta), dan India (US$ 6,15 juta). 

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2022, manajemen Charoen Pokphand Indonesia menyatakan sudah menggunakan instrumen kontrak berjangka komoditas sebagai skema lindung nilai atas risiko kerugian fluktuasi harga barang baku dan inflasi. Charoen juga menggunakan formula bahan baku pengganti tanpa mengurangi kualitas produk. Namun pada akhirnya perusahaan unggas skala besar ini harus memakai jurus pamungkas. “Mengalihkan kenaikan harga kepada pelanggan,” demikian pernyataan manajemen Charoen Pokphand.

RETNO SULISTYOWATI  
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus