Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TENGAH hari Kamis pekan lalu, rupiah sempat melemah sampai 13.625 per dolar Amerika Serikat, sebelum ditutup pada level 13.578. Hal serupa terjadi di lantai bursa. Indeks harga saham gabungan, yang menanjak beberapa pekan sebelumnya, berganti haluan dari 6.037 pada tengah hari ke 5.996 pada sesi penutupan. Ini terjadi karena dana asing beralih ke dolar Amerika dan mata uang kuat lainnya untuk mengantisipasi naiknya suku bunga Amerika Serikat dan euro pada akhir tahun ini.
Ini memang risiko yang kita hadapi. Di satu sisi, dana asing yang masuk dapat membantu menopang rupiah dan IHSG. Di sisi lain, dana ini mudah berganti arah serta melemahkan mata uang dan indeks saham. Pelaku pasar memperkirakan tren ini hanya sementara. Melemahnya indeks saham juga merupakan koreksi atas beberapa harga saham yang dirasakan sudah cukup tinggi. Ini juga yang membuat Bank Indonesia berhati-hati menetapkan bunga acuan. Beberapa pekan lalu, acuan bunga BI tetap dipertahankan di level 4,25 persen setelah beberapa kali diturunkan tahun ini.
Pekan lalu, Dewan Perwakilan Rakyat juga menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018. Bagi perusahaan yang sedang sibuk merancang bujet tahun depan, beberapa asumsi dan naiknya pos-pos belanja tertentu menarik untuk disimak. Apalagi pemerintah Presiden Joko Widodo akan memasuki sisa dua tahun terakhir masa pemerintahannya.
Dengan ekonomi global yang terlihat mulai pulih, termasuk ekonomi Cina yang sangat mempengaruhi iklim ekonomi Asia serta harga komoditas kita, asumsi ekonomi yang dipakai pemerintah lebih optimistis. Pertumbuhan sampai September tahun ini mencapai 5,01 persen. Tahun depan angka ini dipatok naik ke 5,4 persen. Akhir-akhir ini ekspor dan impor kita cukup membaik. Kenaikan ekspor mencerminkan kenaikan harga dan volume komoditas ekspor, sedangkan meningkatnya impor memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung membaik, walau belum terasa di semua segmen.
Menimbang perbaikan ekonomi di negara maju dan dunia berkembang, kurs rupiah 2018 awalnya dipatok 13.500 per dolar Amerika, tapi sekarang diproyeksikan lebih kuat pada level 13.400- cukup jauh dari nilai mata uang saat ini. Inflasi yang sudah ditekan sampai 3,7 persen pada September ini diproyeksikan dapat turun lagi ke level 3,5 persen.
Penerimaan negara 2018 ditargetkan naik menjadi Rp 1.895 triliun atau 9,2 persen dari perkiraan penerimaan tahun ini. Sedangkan belanja negara diproyeksikan naik 5,8 persen ke Rp 2.221 triliun. Adapun rasio defisit anggaran dibanding produk domestik bruto mencapai 2,2 persen, lebih rendah dari perkiraan 2,67 persen tahun ini.
Alokasi belanja untuk beberapa pos mendapat prioritas. Untuk menurunkan kemiskinan dan kesenjangan (perlindungan sosial, bantuan pangan, kesehatan, dan pendidikan) dialokasikan Rp 283,7 triliun; untuk infrastruktur (jalan, irigasi, listrik, dan rumah susun) Rp 410,7 triliun; sektor unggulan (pertanian, pariwisata, dan perikanan) sekitar Rp 34,8 triliun; aparatur negara dan pelayanan masyarakat (reformasi birokrasi, kesejahteraan pegawai pemerintah, dan pensiun) Rp 365,8 triliun; serta pertahanan dan keamanan (Kepolisian RI, Tentara Nasional Indonesia, dan pemilihan kepala daerah) Rp 220,8 triliun.
Menjelang Pemilihan Umum 2019, pemerintah terlihat lebih memperhatikan pos-pos yang menyentuh masyarakat serta mengurangi alokasi buat subsidi dan pembayaran bunga dan pokok atas utang negara. Masalahnya semua berpulang pada tekad dan kemampuan para pelaksana untuk merealisasinya di lapangan.
Manggi Habir - Kontributor Tempo
Kurs | |
Pembukaan 20 Oktober 2017 | 13.517 |
Rp per US$ | 13.630 |
Pembukaan 27 Oktober 2017 |
IHSG | |
Pembukaan 20 Oktober 2017 | 5.923 |
5.998 | |
Pembukaan 27 Oktober 2017 |
Inflasi | |
Bulan sebelumnya | 3,82% |
3,72% | |
September 2017 YoY |
BI 7-Day Repo Rate | |
4,25% | |
19 Oktober 2017 |
Cadangan Devisa | |
31 Agustus 2017 | US$ 128,787 miliar |
Miliar US$ | 129,402 |
30 September 2017 |
Pertumbuhan PDB | |
2016 | 5,02% |
5,1% | |
Target 2017 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo