Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Anggaran DPR RI, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar rapat kerja di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa 9 Juli 2024. Dalam rapat tersebut Sri Mulyani menjelaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 akan mengalami kenaikan defisit yang menyentuh 2,7 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyeksi kenaikan defisit APBN tersebut disebabkan adanya penurunan penerimaan pajak penghasilan atau PPH dari perusahaan yang basis komoditas seperti sawit, batu bara, dan nikel "Ada faktor pendapatan negara hingga pengeluaran atau belanja negara yang tidak mencapai target APBN," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"APBN 2024 mengalami kenaikan defisit dan untuk itu akan digunakan sisa anggaran lebih dari tahun sebelumnya sebanyak Rp100 triliun," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa, 9 Juli 2024.
Selain itu, kata Sri Mulyani, ia sudah meminta Izin kepada DPR Untuk Gunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun. Sehingga pemerintah dapat melakukan pembiyaan defisit APBN 2024 melalui pinjaman luar negeri atau melalui penekanan pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Dalam hal ini, SAL memang bisa digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 147/2021. Bahwa, SAL dapat digunakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kas temporer, pembiayaan anggaran, ataupun stabilisasi.
Untuk diketahui, dalam APBN 2024, pemerintah sudah memberikan anggaran terhadap penggunaan SAL senilai Rp51,4 Triliun dan dengan adanya tambahan penggunaan SAL senilai 100 Triliun maka total SAL yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiyaan pada tahun ini akan menjadi Rp151,4 Triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan defisit anggaran pada 2024 sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp 609,7 triliun. Artinya, defisit 2024 diperkirakan naik dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 337,3 triliun atau 1,61 persen dari PDB. Per semester I 2024 saja, defisit APBN dilaporkan sebesar Rp 77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB.
"Kami memproyeksikan APBN 2024 akan ditutup defisit dari keseimbangan primer mencapai Rp 110,8 triliun dan defisit total mencapai Rp 609,7 triliun. Ini artinya, terjadi kenaikan defisit dari 2,29 persen ke 2,7 persen dari PDB," kata Sri Mulyani.