Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey mengungkapkan harga gula saat ini sedang naik turun, meski Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menetapkan harga acuan pembelian (HAP) gula konsumsi sebesar Rp 17.500 per kilogram sejak April sampai 31 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roy tak menampik jika sejumlah gerai ritel modern membatasi penjualan gula mereka kepada pelanggan, yakni maksimal 1 kilogram per orang. “Kami berupaya menjual dengan asas pemerataan, ya satu orang itu (1 kilogram),” ucapnya di Kota Kasablanka Hall, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Roy, upaya itu guna mencegah spekulasi di masyarakat. Ia mengklaim harga gula di ritel lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar tradisional. Oleh karena itu, Ia khawatir ada oknum yang berbondong-bondong membeli gula dari ritel dan memasarkan dengan harga lebih tinggi.
Berdasarkan Panel Harga Bapanas hari ini, harga gula konsumsi senilai Rp 18.320 per kilogram di tingkat pedagang eceran. Angka itu turun sebesar Rp 430 dari Rabu pekan lalu, yakni Rp 18.750.
Ia menyebut, pembatasan pembelian gula masih akan dilaksanakan hingga produksi gula memadai. “Sampai sudah lancar (pasokan),” ucapnya. Roy mengatakan, sedang mencari waktu bertemu dengan Kepala Bapanas Arief Prasetyo untuk membahas masalah tersebut.
Menurut laporan Tempo, pembatasan gula di sejumlah toko sudah berlangsung saat Ramadan tahun ini dan terus berlanjut setelah Idul Fitri. Toko yang menerapkan pembatasan itu seperti Indomaret dan Alfamart di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat.
Roy sendiri tetap mendorong relaksasi HAP gula guna menjaga ketersediaan, sehingga tidak muncul masalah baru. “Kalau tidak direlaksasi, akhirnya ketersediaan kurang. Kan tidak mungkin yang namanya kita beli mahal lalu jual murah,” tuturnya.