Astra Tak Jadi Bangkrut

LOLOS dari lubang bangkrut, itulah nasib Astra International. Kamis pekan lalu, para kreditor dalam rapat di Singapura menyetujui restrukturisasi utang senilai US$ 727 juta dan Rp 885 miliar. Masa pembayaran utang seri II, yang terdiri dari US$ 632 juta dan Rp 786 miliar, diperpanjang setahun menjadi 30 Juni 2006, sedangkan yang seri III senilai US$ 95 juta dan Rp 99 miliar tetap 30 Juni 2005. Jika Astra International tidak memperoleh dana (refinancing) untuk melunasi utang tersebut, perusahaan otomotif terbesar di Indonesia itu memiliki opsi untuk memperpanjang masa pembayaran utangnya sampai 30 Juni 2009. Rapat yang memperpanjang hidup Astra International itu bisa dilaksanakan setelah dihadiri 70 persen kreditor. Sebelumnya, rapat pada 16 November 2002 gagal mencapai kuorum (66,7 persen). Bagi Astra International, ini merupakan restrukturisasi utang yang kedua setelah penjadwalan utang pada tahun 1999 lalu. Astra terpaksa meminta restrukturisasi utang kedua setelah tidak sanggup membayar cicilan utangnya (default) pada tahun ini sebesar US$ 133 juta dan Rp 165 miliar. Kegagalan ini terjadi karena program divestasi Astra tak berjalan sesuai dengan rencana. Seharusnya Astra menjual sejumlah anak perusahaannya, di antaranya saham Astra di Toyota Astra Motor. Namun sampai kini belum terealisasi. Menurut juru bicara (corporate secretary) Astra International, Aminuddin, tahun ini Astra akan membayar utang US$ 75 juta. Pada akhir tahun ini Astra juga menerbitkan saham baru (right issue) dan hasilnya akan dipakai untuk membayar utang. Dari right issue ini, Astra kemungkinan akan memperoleh US$ 100 juta-150 juta.