Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Garut - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, bersama Candra Asri membangun jalan dengan berbahan aspal plastik sepanjang 50,2 kilometer di wilayah perkotaan. Pembangunan ini untuk mengurangi tumpukan sampah plastik kantong kresek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan ini telah dilakukan sejak 2022 hingga tahun 2023. "Saya harap penggunaan aspal plastik ini bisa terus digunakan di Garut," ujar Sekretaris Daerah Garut, Nurdin Yana, usai peresmian jalan berbahan aspal plastik di Bundaran Simpang Lima, Kamis, 7 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain mengurangi sampah, kata Yana, aspal plastik ini memiliki keutungan lainnya yakni kualitas yang lebih baik. Kondisi jalan lebih kuat dengan tingkat stabilitas hingga 40 persen. Umur jalan juga meningkat sehingga pemerintah daerah dapat menghemat anggaran pemeliharaan dan kerusakan akibat jalan.
Yana menjelaskan, saat ini pemerintah tengah bernegosiasi dengan perusahaan pengerjaan jalan untuk menggunakan aspal plastik. Alasannya karena biaya produksi aspal plastik ini lebih mahal sebesar Rp 4-5 ribu setiap kilogramnya.
Satu ton aspal ini, kata Yana, bisa digunakan untuk membangun jalan sepanjang 4 kilometer. "Untuk pembangunan jalan ini kita dapat support dari Chandra Asri melalui Bakti Barito sebesar Rp 1,2 miliar," ujar Yana.
Sementara permasalahan sampah di Garut belum dapat diselesaikan dengan baik. Pasalnya, dari sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Pasir Bajing perhari, sebanyak 100 ton dengan 30 persennya merupakan sampah plastik.
Adapun Circular Economy and Partnership Manager Chandra Asri Group, Nicko Setyabudi, menyebutkan bahwa perusahaannya telah membangun jalan aspal plastik dengan total panjang 120 kilometer sejak tahun 2018. Pembangunan jalan ini diantanya dilakukan di daerah Cilegon, Tegal, BSD Tangerang dan Garut.
Pembangunan jalan ini berhasil menyerap sampah plastik sebanyak 144 juta lembar atau setara dengan 1.086 ton. Sampah plastik yang didaur ulang ini berasal dari TPA. "Aspal ini dibuat dengan mencampur dengan sampah plastik yang telah dicacah. Komposisinya 5 persen plastik dalam satu ton aspal," ujar Nicko.
Salah satu pengusaha daur ulang di Garut, Rosita, 38 tahun, menyebutkan telah menyuplai hasil cacahan kantong kresek ke Chandra Asri melalui Bakti Barito, sebanyak 33 ton. Hasil cacahan itu berasal dari sampah kantong kresek jenis HDPE sebanyak 80 ton.
Hasil cacahan itu, kata Rosita, dibeli dengan harga Rp 10 ribu setiap kilogramnya. Kantong kresek ini jarang dilirik pemulung karena nilai jualnya yang murah. Namun dengan adanya program pembuatan aspal ini, para pengusaha daur ulang di Garut mulai menerima sampah kantong kresek.
"Tahun ini belum ada permintaan berapa ton dari Bakti Barito. Saya harap program ini berlanjut karena sampah kresek ini cukup banyak, tapi pemulung tidak mau memungutnya karena murah," ujar Rosita.