Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar baik datang dari Kedutaan Besar Jepang di Jakarta pada akhir November lalu. Rilis dari kedutaan Negeri Sakura itu menyebutkan bahwa badan karantina Jepang memberikan izin ekspor daging ayam olahan beku kepada dua perusahaan peternakan Indonesia, PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division dan PT So Good Food Manufacturing Unit Cikupa. Fasilitas pengolahan kedua perusahaan tersebut berada di Banten.
Izin ekspor ini dibuka setelah Jepang menutup pasar impor daging ayam olahan dari Indonesia selama satu dekade. Negeri itu menutup diri terhadap produk olahan ayam asal Indonesia akibat merebaknya flu burung pada 2003. Padahal, sebelum penyakit yang dibawa virus H5N1 ini ditemukan di Tanah Air, kita merupakan salah satu pemasok utama ke pasar Jepang, Malaysia, dan Singapura. "Waktu itu kita pernah mendominasi pasar daging ayam olahan Jepang bersama Cina dan Thailand," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia Anton Joenoes Supit.
Bersama Japfa Comfeed, kedua perusahaan itu menguasai pasar daging ayam olahan dalam negeri. Charoen menjual ayam olahan dengan merek Fiesta, So Good memasarkan produk sesuai dengan nama perusahaan, dan Sierad Produce melepas merek Belfoods. Anton menambahkan, "Dalam dua-tiga bulan ke depan, merek-merek itu juga bakal ada di Jepang."
So Good dulu berada di bawah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Lalu, pada Juni 2011, Japfa merampungkan proses penjualan unit usaha produk kemasannya, PT So Good Food, kepada Malvolia Pte Ltd. Adapun Malvolia adalah pemegang 58,2 persen saham Japfa Comfeed. Malvolia mengakuisisi So Good melalui dua anak usahanya, yaitu Jupiter Foods Pte Ltd dan Annona Pte Ltd, senilai US$ 100 juta (sekitar Rp 1,2 triliun).
Sekretaris Perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Hardijanto Kartika menyatakan perusahaannya telah mengantongi izin dari Jepang itu. "Tinggal dimatangkan persiapannya," ujarnya Senin pekan lalu. Untuk menembus pasar Jepang, Charoen Pokphand akan menggunakan merek Fiesta.
Charoen akan menambah dan menyesuaikan keterangan produk dalam kemasannya, termasuk penggunaan aksara kanji. Tentu saja urusan rasa termasuk dalam penyesuaian itu, agar bisa diterima oleh selera lidah Jepang. Untuk rasa nugget, misalnya, akan dibuat lebih netral dan tidak seasin standar Indonesia. Ada pula produk khusus yang diambil dari kuliner lokal, yakni yakitori (sate ayam) dan karage (irisan daging ayam yang digoreng dengan tepung).
Sierad Produce Tbk, perusahaan terbuka yang bermarkas di Jalan Mas Mansyur, Jakarta Pusat, kini masih berusaha mendapatkan pengakuan dari otoritas terkait di Jepang. "Izin sudah mulai diurus. Target kami tahun depan bisa mulai mengirim produk," tutur Wakil Direktur PT Sierad Produce Tbk Eko Putro Sandjojo. Sierad adalah pemilik merek daging ayam olahan Belfoods. Eko menyatakan pemerintah Jepang memang sangat ketat dalam memberikan izin masuk produk pangan ke negaranya. "Dari peternakan sampai pabrik pengolahan, semua dicek," ujarnya.
Khusus untuk produk jadi, Jepang juga memiliki daftar panjang dari formula hingga bentuk potongannya. Untuk membuat karage, contohnya, yang diambil hanya daging bagian dada atau paha ayam yang bebas lemak dan diolah dengan suhu minimal 70 derajat Celsius sebelum kembali dibekukan. Menurut Eko, mereka sekarang sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan Jepang untuk membahas jenis, volume, dan harga produk yang akan diekspor. Untuk sementara, 130 juta ekor ayam produksi Sierad tahun ini semuanya masih diserap pasar dalam negeri.
Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak mengatakan peluang ekspor produk olahan daging ayam (poultry meat) Indonesia ke Jepang saat ini cukup besar. Tiap tahun Jepang mengimpor daging ayam olahan 600 ribu ton dengan nilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. Sejak 2009, konsumsi ayam olahan di Jepang juga tercatat selalu naik rata-rata 7,22 persen per tahun. Dari jumlah itu, hampir setengahnya dipasok Cina. "Kita punya peluang karena belakangan ada temuan produk ayam asal Tiongkok yang tak layak," ujarnya.
Temuan yang dimaksud Nus adalah skandal penggunaan daging kedaluwarsa oleh Shanghai Husi Food Co Ltd pada Juli lalu. Masalah ini mencuat karena perusahaan multinasional asal Negeri Panda itu memasok beberapa perusahaan makanan cepat saji, termasuk McDonald's, dan mengekspor ke berbagai negara, termasuk Jepang. "Target kita ke Jepang adalah US$ 200 juta atau 10 persen dari pasar produk daging ayam olahan mereka," ujar Nus.
Tahun ini produksi ayam Indonesia diperkirakan 2,4 miliar ekor. Adapun permintaan pasar domestik diperkirakan hanya 2,2 miliar ekor. "Kalau ke Jepang yang begitu ketat saja kita bisa ekspor, ke negara lain juga bisa," Nus menambahkan.
Namun pembukaan pasar ini tetap bersyarat. Negeri yang dipimpin Shinzo Abe itu juga meminta Indonesia membuka keran impor untuk daging sapi jenis wagyu asli Jepang sebagai timbal balik. Saat ini sarana produksi daging sapi Jepang yang sudah mendapat lampu hijau dari Badan Karantina Indonesia ada di National Federation of Reclamative Agricultural Co-operative Associations Hitoyoshi Meat Center/Zenkai Meat Co Ltd dari Prefektur Kumamoto.
Sama seperti ekspor ayam Indonesia yang ditolak karena flu burung, selama ini daging sapi Jepang ditolak karena masalah penyakit pada sapi bovine spongiform encephalopathy di negeri itu. "Kalau tak kerja keras, bukan daging ayam kita yang dijual di sana, malah daging sapi mereka yang lebih banyak masuk ke pasar swalayan kita," kata Anton.
Pingit Aria
Tiga Pemain Utama
Dihentikan sejak 2003, produk daging ayam olahan asal Indonesia diizinkan masuk pasar Jepang melalui perjanjian pada 25 November tahun ini. Dua perusahaan telah mengantongi pengakuan untuk ekspor, satu lagi ancang-ancang.
1. PT Charoen Pokphand Indonesia
- Menguasai 36 persen pangsa pasar pakan ternak dalam negeri —> produksi 5 juta ton per tahun.
- Pemasok 35 persen day-old chick (DOC) di Indonesia —> 17-18 juta anak ayam per minggu.
- Empat merek dagang —> Golden Fiesta, Fiesta, Champ, dan Okey.
- Menguasai 66 persen pangsa pasar ayam olahan dalam negeri —> 150 ribu ton per tahun.
2. PT Japfa Comfeed Indonesia
- Dalam laporan keuangan 2013, kapasitas produksi pakan ternak mencapai 3,6 juta ton.
- Unit pembibitan ayamnya berkapasitas 630 juta ekor DOC per tahun.
- Khusus divisi produk konsumen, Japfa punya fasilitas produksi di Parung, Maros, Tabanan, Pabelan, Sadang, dan Krian.
- Tahun lalu divisi ini mencatatkan angka penjualan 36 ribu ton atau naik 24,1 persen dibanding tahun sebelumnya, yakni 29 ribu ton. Nilai penjualan kotornya tahun lalu Rp 671 miliar.
3. PT Sierad Produce
- Dalam proses memperoleh pengakuan dari Jepang.
- Target kapasitas produksi breeding farm tahun ini 150 juta ekor ayam atau naik 25 persen dibanding tahun lalu.
- Target produksi pakan ternak 600 ribu ton, naik 50 persen dibanding tahun lalu.
- Target produksi daging olahan 12 ribu ton, dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Pingit Aria
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo