Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sejumlah proyek migas raksasa terhambat oleh pandemi Covid-19.
Pukulan juga datang dari anjloknya harga minyak dunia dan fluktuasi kurs.
Insentif bersyarat disiapkan SKK Migas.
JALAN layang di Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Jawa Timur, senyap sejak pemerintah memberlakukan status darurat pandemi Covid-19, pertengahan Maret 2020. Kamis, 23 April lalu, pintu masuk menuju lokasi dua proyek di Lapangan Gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) itu tak lagi dipadati kendaraan alat berat.
Di lokasi proyek, sekitar 7 kilometer dari jalan raya lintas Bojonegoro-Ngawi-Blora, sebanyak 3.504 pekerja beraktivitas dengan ketentuan jarak 2-3 meter untuk mencegah penyebaran Covid-19. “Tidak ada pengurangan tenaga kerja,” kata juru bicara PT Rekayasa Industri (Rekind), Zainal Arifin, kepada Tempo, Kamis, 23 April lalu. ”Tidak ada pekerja asing.”
Rekind menjadi kontraktor rekayasa teknik, pengadaan, dan konstruksi dalam proyek tersebut lewat konsorsium yang juga diisi Japan Gas Corporation dan JGC Indonesia. Pada Kamis, 16 April lalu, mereka baru saja merampungkan pemasangan selexol regenerator, perangkat setinggi 66 meter untuk pemurnian gas.
Dikelola Pertamina EP Cepu, JTB merupakan proyek strategis nasional yang digadang-gadang bakal menutup defisit gas di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan pasokan sedikitnya 192 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Ladang gas dengan cadangan 2,5 triliun kaki kubik ini mati suri hingga Pertamina kembali menggarapnya tahun lalu dengan target produksi pada kuartal III 2021.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo