Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Para peternak di sejumlah daerah melaporkan stok sapi di kandang mereka sudah habis terjual menjelang hari raya Idul Adha. Sejumlah peternak di Jawa Barat dan wilayah DKI Jakarta mengaku, kendati stok sapi mereka habis, mereka tak berani membeli sapi tambahan karena khawatir akan penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagian besar (peternak) tidak berani membeli sapi lagi, karena harus melakukan penanganan pencegahan PMK,” ujar Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Komunitas Sapi Indonesia (KSI), Fitri R. Sunarya, kemarin. Jika pun terpaksa, ia menambahkan, peternak mencari sapi dari daerah-daerah yang relatif bersih dari penularan PMK, seperti Kediri dan Madura, Jawa Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, hal itu juga tidak dapat dengan mudah dilakukan. Para peternak dari wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek kesulitan mendatangkan sapi-sapi dari wilayah Jawa Timur. Di sisi lain, menurut Fitri, stok sapi di wilayah Malang juga kini menipis. “Malang justru kekurangan stok sapi untuk kurban.”
Pembelian sapi dari wilayah lumbung pun sulit dilaksanakan karena diperlukan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH), yang sulit diperoleh para peternak. “Peternak harus memenuhi dua syarat, yakni surat rekomendasi dari dinas di daerah asal sapi dan surat rekomendasi dari dinas daerah penerima sapi.”
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan ternak kurban untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku di Bandung, Jawa Barat, 4 Juli 2022. TEMPO/Prima Mulia
Kondisi tersebut juga membuat penjualan sapi dari sejumlah wilayah terpaksa dibatalkan. Fitri bercerita, para peternak anggota KSI di sejumlah daerah di Sumatera Utara dan Ponorogo batal menjual sapi kurban, kendati pemesanan terus berdatangan. “Karena kesulitan memenuhi syarat administrasi.” Fitri berharap pemerintah memberikan solusi atas masalah pengiriman sapi tersebut.
Sementara itu, kemarin, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan sapi untuk Idul Adha di seluruh wilayah Indonesia. Ia menjelaskan, dari 21 provinsi dan 231 kabupaten dan kota yang terjangkit PMK, tak semua kecamatan dan desa terpapar. “Kami sudah punya mapping-nya, (yang memastikan stok) cukup.”
Untuk mengantisipasi kekurangan stok sapi kurban, Syahrul menjelaskan, pemerintah telah merencanakan jalur distribusi untuk setiap daerah. “Ternak dari daerah hijau boleh dikirim ke daerah merah, sedangkan ternak dari daerah merah enggak boleh keluar ke mana-mana,” ujarnya. Untuk memastikan skema lockdown ternak ini efektif, gugus tugas yang terdiri atas anggota Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan TNI/Polri sudah ditugasi menjaga daerah-daerah perbatasan.
Syahrul optimistis masyarakat tidak akan kekurangan stok hewan kurban di setiap daerah. “Saat ini kita punya 18 juta ekor lebih sapi,” ujarnya. Menurut dia, dengan jumlah total ternak di seluruh Tanah Air yang mencapai 40 juta ekor, masyarakat tidak perlu khawatir adanya kekurangan stok hewan ternak, terutama menjelang Idul Adha.
Pedagang menyuntikan vitamin untuk perawatan sapi kurban di Ceger, Jakarta, 14 Juni 2022. TEMPO/Subekti
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pada tahun ini kebutuhan hewan kurban di wilayah Ibu Kota mencapai 47 ribu ekor. Saat ini, kata dia, sudah ada sekitar 42 ribu ekor hewan ternak yang masuk ke Jakarta. Sisanya yang 5.000 ekor masih dalam perjalanan dan diperkirakan tuntas dikirim sebelum perayaan Idul Adha. “Ternak-ternak ini sudah melewati prosedur karantina dan lain-lain. Insya Allah status di Jakarta tetap hijau dan aman dari PMK.”
Adapun Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Purus Sebendro, mengatakan stok hewan kurban relatif aman pada tahun ini karena menurunnya animo masyarakat dalam membeli hewan kurban akibat wabah PMK. “Suplai dan demand-nya masih berimbang,” kata Nanang kepada Tempo, kemarin.
Namun, secara umum, Nanang menyoroti data stok sapi karena tingginya angka kematian ternak akibat PMK. Berdasarkan data dari situs Siaga PMK Kementerian Pertanian, per kemarin tercatat ada 2.016 ekor ternak yang mati akibat wabah. Menurut Nanang, di lapangan data tersebut jauh lebih besar, bahkan mencapai sepuluh kali lipat dari data yang dilaporkan Kementerian Pertanian.
“Sangat tidak mudah untuk mendapatkan data yang pasti. Tapi, melihat sifat virus yang sangat mudah menyebar, dapat dipastikan jumlah ternak terinfeksi maupun yang mati dan potong darurat jauh lebih banyak dari data resmi.”
Ihwal perkembangan pencegahan meluasnya wabah PMK, situs Siaga PMK melaporkan per kemarin sudah 286.004 ekor yang mendapat vaksinasi. Syahrul Yasin Limpo menargetkan 800 ribu dosis vaksin PMK akan selesai disuntikkan kepada ternak di seluruh Indonesia pada 7 Juli mendatang. “Saat ini sisa 2,2 juta dosis vaksin sudah dikirim ke Bogor dan bisa dipakai.”
NATHANIA S. ALEXANDRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo