Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Industri minuman beralkohol mulai bangkit kembali. Angin segar terasa sejak pemerintah melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat seiring dengan meredanya penyebaran Covid-19. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor, Ipung Nimpuno, menuturkan permintaan mulai kembali meski belum mencapai kondisi sebelum pandemi melanda. "Ada pemulihan 60-70 persen," katanya kepada Tempo, kemarin.
Ipung menuturkan permintaan meningkat setelah industri pariwisata kembali bergeliat. Permintaan ditopang pula oleh kebijakan pemerintah yang mengizinkan tempat-tempat hiburan, termasuk restoran dan bar, kembali beroperasi meski masih terbatas jumlah pengunjungnya.
Pasar minuman beralkohol impor selama ini paling banyak berada di kawasan pariwisata, seperti Bali. Pasar kedua terbesar di dalam negeri berada di Jakarta. Porsi minuman impor sekitar 5 persen dari keseluruhan pangsa pasar minuman beralkohol di dalam negeri. Pasalnya, produk ini hanya dikonsumsi sebagian kecil konsumen lantaran harganya yang mahal.
Ipung menuturkan, jika angka kasus pandemi terus melandai dan tak ada pembatasan kegiatan lagi, industri minuman beralkohol bisa semakin membaik. Dia memperkirakan konsumsi pada tahun depan sudah bisa sama dengan tahun 2019.
Kondisi serupa juga dialami industri bisnis minuman beralkohol buatan lokal. Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, menuturkan industri ini sudah mulai membaik setelah pusat-pusat hiburan beroperasi kembali. "Ketika pemerintah memberlakukan PPKM, pusat hiburan tidak bisa buka, dan hal itu memukul industri minuman. Penjualan anjlok hampir 75 persen," tuturnya.
Petugas memusnahkan minuman keras (miras) dengan alat berat di halaman kantor Pemkab Bogor, Jawa Barat, 3 Juni 2022. ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laba Melonjak
Perbaikan bisnis minuman beralkohol bisa terlihat salah satunya dari kinerja PT Delta Djakarta Tbk. Produsen bir Anker ini membukukan penjualan bersih sebesar Rp 198 miliar pada kuartal I 2022, naik 13,5 persen dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya. Emiten dengan kode DLTA milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini membukukan laba Rp 61,69 miliar.
Produsen lainnya, yaitu PT Multi Bintang Indonesia Tbk, juga mengalami kondisi serupa. Laba bersih perusahaan bisa naik 35,99 persen di kuartal pertama tahun ini. Nilainya naik dari Rp 148 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 202 miliar. Keuntungan emiten berkode MLBI ini berasal dari kenaikan penjualan bersih yang sebesar 15,92 persen.
Kondisi kedua perusahaan tersebut dianggap sudah menggambarkan lantaran konsumsi minuman beralkohol di dalam negeri didominasi bir, terutama yang diproduksi di dalam negeri. Sarman menuturkan pasar dikuasai Bintang yang diproduksi MLBI dan diikuti oleh Anker milik DLTA. Sementara itu, pasar terbesar ketiga dikuasai Bali Hai yang diproduksi PT Bali Hai Brewery Indonesia. Terakhir, terdapat Prost Beer dari PT Beverindo Indah Abadi yang merupakan anak usaha Grup Orang Tua.
Hingga saat ini belum ada lagi pemain lain di industri minuman beralkohol dalam negeri. Pemerintah melarang industri baru beroperasi di dalam negeri. Pada 2 Februari 2021, Presiden Joko Widodo sempat menerbitkan peraturan presiden yang mengizinkan investasi baru untuk minuman beralkohol di empat provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Namun kebijakan ini dianulir sebulan kemudian. Pembatalan dilakukan setelah tokoh-tokoh agama dan organisasi masyarakat Islam, seperti Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, serta Muhammadiyah, menolak investasi baru minuman beralkohol.
Bisnis minuman beralkohol menarik perhatian masyarakat setelah ramai kasus materi promosi kafe Holywings sejak pekan keempat Juni lalu. Akibat materi promosi yang diduga mengandung unsur SARA itu, enam karyawan Holywings menjadi tersangka.
Beberapa pemerintah daerah lantas memeriksa perizinan Holywings di wilayahnya masing-masing. Salah satunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang menemukan masalah perizinan dan menyegel 12 gerai Holywings di Ibu Kota.
Merujuk pada data Statista, pendapatan dari penjualan minuman beralkohol di Indonesia selama 2022 diprediksi sebesar US$ 194 juta (Rp 2,9 triliun). Adapun volume penjualan minuman beralkohol didominasi oleh jenis wine dan bir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VINDRY FLORENTIN | JELITA MURNI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo