Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat likuiditas perbankan dalam level yang memadai dengan rasio yang terjaga. EVP Corporate Communication & Social Responsibility Bank BCA, Hera F. Haryn, menyebutkan likuiditas BCA juga terpantau aman. Rasio simpanan dalam bentuk giro dan tabungan atau current account saving account (CASA) BCA naik 15,1 persen secara tahunan atau mencapai Rp 830,4 triliun per September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Nilai CASA berkontribusi hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga. Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama kenaikan dana pihak ketiga yang mencapai Rp 1.026 triliun atau tumbuh 11 persen secara tahunan,” ujarnya, kemarin, 6 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejalan dengan pertumbuhan likuiditas tersebut, aset BCA naik 10,2 persen secara tahunan menjadi Rp 1.289 triliun. Hera mengimbuhkan, tingginya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas transaksi perbankan. Total volume transaksi BCA pada 9 bulan pertama 2022 naik 39,5 persen atau mencapai 17,4 miliar transaksi.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI, Aestika Oryza Gunarto, juga menyatakan kondisi likuiditas Perseroan saat ini terpantau cukup. “Hal ini terlihat dari loan to deposit ratio BRI yang secara konsolidasi terjaga di level 88,51 persen per September tahun ini,” ujarnya.
OJK Perpanjang Program Restrukturisasi Kredit
Konferensi pers RDK (rapat dewan komisioner) Bulanan OJK, Agustus 2022, di Jakarta, 5 September 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi konsisten tumbuh, sehingga mendukung kinerja perekonomian nasional di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.
Ia menegaskan pentingnya mencermati perkembangan sektor yang memiliki porsi ekspor tinggi, termasuk sektor padat modal. Hal itu tidak terlepas dari dampak pengetatan kebijakan moneter global dan tingginya harga energi dunia yang dipengaruhi tensi geopolitik.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, menambahkan, meski stabilitas sektor keuangan terjaga, tekanan perekonomian global tetap perlu diwaspadai. “Keterlambatan ekonomi ke depan tidak terhindarkan. Kenaikan suku bunga berpotensi menekan sektor jasa keuangan karena naiknya level utang mempengaruhi kemampuan debitor memenuhi kewajibannya,“ ujar dia dalam pemaparan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, kemarin.
Atas dasar itu, Mirza menyatakan penting untuk membuat kebijakan yang kolaboratif, tepat, dan terukur. Saat ini, OJK telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan. Di antaranya dengan memperpanjang program restrukturisasi kredit pada beberapa sektor, yakni UMKM, penyedia akomodasi makanan dan minuman, serta industri penyedia lapangan kerja.
Selain itu, OJK berkomitmen meningkatkan daya saing serta mendukung transformasi digital melalui penguatan kerangka pengaturan ketahanan dan keamanan siber di industri perbankan. Pengamat perbankan Paul Sutaryono mengatakan, jika resesi terjadi tahun depan, pemulihan di sektor riil bisa terhambat dan berimbas ke daya beli masyarakat.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual, berpendapat, pertumbuhan ekonomi global sedikit melemah karena banyak negara yang mengalami resesi. Menurut dia, secara keseluruhan likuiditas rupiah masih bagus, tapi lembaga keuangan tetap harus mengantisipasi kemungkinan terburuk.
“Perbankan tetap optimistis dengan prospek ekonomi ke depan. Kita punya modal besar dari sisi peran domestik, tapi tetap harus berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk yang sudah terjadi di negara-negara lain,” ujarnya.
JIHAN RISTIYANTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo