MEREKA berkumpul tanpa memotong kuwe besar ketika memperingati
ASEAN, yang pekan lalu tepat berusia 10 tahun. Mereka juga tak
menghembuskan lilin sebagaimana lazimnya suatu ulang tahun.
Pertemuan KTT 11 ASEAN berlangsung jauh dari suasana berpesta.
Kelima kepala pemerintahan lebih suka mengheningkan cipta,
mengangkat gelas (toast) untuk kemudian meninjau ke belakang
tentang apa saja yang sudah, sedang dan masih harus mereka
lakkan. Dan kemudian menyatakan "kepuasan bahwa negara-negara
ASEAN telah membuat kemajuan penting dalam membina ketahanan
mereka."
Ada hal penting yang mereka catat selama sejarah berdirinya
ASEAN: Pelaksanaan Deklarasi Kesepakatan yang lahir dari KTT
ASEAN I di Bali. Dari ikrar bersama di Bali itulah titik berat
kerjasama ASEAN beralih ke bidang ekonomi. Maka pertemuan puncak
di KL pun lebih banyak berbicara soal ekonomi daripada soal
politik. Para Menteri Luar Negeri seakan terasa tergeser
peranannya, ketika di babak pendahuluan para pejabat ekonomi
lebih banyak menguasai medan.
Mengingat menonjolnya soal ekl)nomi, pertemuan yang umumnya
terpusat di Hotel Hilton - Kualalumpur itu tak tedepas dari
konflik kepentingan dalam negeri masing-masing anggota. Dengan
kata lain, timbul perbedaan pendapat antara prioritas regional
dengan prioritas nasional.
Dalam membahas preferential trading arrangements yaitu
perjanjian yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan antar
ASEAN lewat penurunan tarif impor - timbul perbedaan mengenai
jumlah barangnya. Untuk perdagangan preferensi itu, pada mulanya
serangkaian pembicaraan -- tingkat Menteri di Manila dan
Singapura - sudah bersepakat agar dibatasi dalam 71 barang saja.
Indonesia sudah mengajukan 15 bahan yang akan mendapat
preferensi impor. Sedang keempat anggota lainnya masing-masing
menyodorkan 14 bahan. Kelima negara juga sudah bersetuju agar
pukul rata diberikan reduksi tarif 10% untuk ke-71 bahan itu.
Tapi dalam pertemuan di KL Singapura rupanya merasa jumlah
barang itu perlu lebih diperbanyak. Dan jumlah yang diajukan
Singapura itu tak tanggung-tanggung: lebih dari 1.700 bahan.
Maksud Singapura adalah agar konperensi ini benar-benar
melakukan suatu jalan tembus breakthroughl Dan bukan menempuh
"langkah-langkah maju yang kecil," seperti diucapkan Menlu
Singapura S. Rajaratnam selepas konperensi.
Botol
Usul Singapura itu didukung Filipina dan Muangthai. Itu memang
sejalan dengan perjanjian bilateral yang ada antara ketiganya.
Tapi Indonesia dan Malaysia secara halus menolak usul itu. "Tak
mungkin kami menerimanya," kata seorang pejabat Malaysia.
"Industri kita bisa mati dibuatnya," kilah seorang dari
Indonesia. Dalam kata-kata seorang pejabat ekonomi
Indonesia,"Singapura yang sudah jauh lebih maju perdagangannya
seolah-olah ingin meneguk air yang lebih banyak dari botol yang
sama."
Namun begitu Indonesia tak menutup pintu akan usul Singapura
itu. Baik Indonesia maupun Malaysia bersedia untuk memperluas
perdagangan preferensi itu. Bukan dengan main pukul rata untuk
sekian jumlah barang. Tapi, dengan tetap bertahan pada keputusan
di Bali dulu, mau melakukannya atas dasar komoditi per komoditi,
untuk memperoleh reduksi tarif yang 10% itu. Maka akhirnya
tercapai 'mufakat' agar soal pemberian jumlah preferensi impor
itu dibahas lagi dalam suatu pertemuan tingkat Menteri, yang
besar kemungkinan akan berlangsung bulan depan.
Kepentingan yang berbeda juga timbul ketika membahas rencana
untuk lima proyek industri ASEAN. Kelima proyek yang menurut
Rajaratnam merupakan simbol dari tekad kerjasama ekonomi ASEAN
yang ditelurkan di Bali itu, sampai sekarang masih merupakan
angan-angan.
Indonesia memang sudah menyelesaikan studi penjajagan
kemungkinan untuk proyek pabrik pupuk Urea di Aceh, yang
rencananya ingin mulai dibangun tahun depan. Malaysia yang belum
melakukan studi itu baru berharap akan bisa menyelesaikannya
tahun ini juga. Maksudnya agar bisa membuat pabrik pupuk Urea
bersama Indonesia. Tapi dari sela-sela konperensi ada terdengar
bahwa Malaysia masih ingin lihat-lihat dulu, selama dua tahun
ini, sebelum benar-benar mengambil keputusan akhir.
Dari Filipina -- yang juga belum membuat studi penjajagan
kemungkinan untuk rencana proyek superfosfat-tak terdengar suara
yang pasti. Tak begitu jelas apa pasalnya Filipina sampai
memilih untuk membuat pabrik superfosfat. Sebab di KL mereka
menyatakan bersedia untuk mengganti rencana proyek itu dengan
"yang lain" bila nanti terbukti bahan baku untuk membuat
superfosfat tak mencukupi. Juga Muangthai yang kebagian proyek
soda-ash tak bersuara banyak tentang itu.
Kurang Sabar
Tapi yang paling menimbulkan persoalan adalah rencana proyek
mesin disel yang dipilih Singapura. Sekalipun mulanya sudah
disepakati, pilihan Singapura itu ternyata dipandang bisa
menimbulkan persaingan di kemudian hari. Rupanya keempat negara
ASEAN lainnya juga sudah mempunyai rencana nasional untuk
mendirikan pabrik mesin disel. Mereka lalu menunjuk pada
konsensus semula: bahwa setiap proyek bersama itu hendaknya
tidak bersaingan, tapi menunjang program nasional. Patut
diketahui, Singapura juga belum membuat studi penjajagan untuk
mesin disel.
Sementara kelima proyek masih di atas kertas, ada tujuh proyek
industri ASEAN lagi akan dipelajari kemungkinannya. Tapi mudah
diduga prosesnya tak akan berjalan cepat. Melihat semua itu,
orang seperti PM Lee Kuan Yew kelihatannya kurang sabar. "Kita
harus mempercepat langkah," kata PM Lee dalam pidatonya.
Kereta ASEAN terasa bergerak dengan kecepatan sedang. Setidaknya
tak sekilat yang dikehendaki Singapura. Sekalipun begitu, daftar
keputusan yang keluar dari sidang-sidang yang dijaga ketat oleh
sekuAti Malaysia, cukup panjang. Antara lain perlu dicatat:
STABEX atau dana stabilisasi untuk bahan-bahan pokok yang
diekspor ASEAN. Prinsip Stabex ini serupa dengan yang
dipraktekkan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) terhadap berbagai
negara Afrika, seperti tercantum dalam Konvensi Lome (ibukota
Togo, Afrika). Mereka amat berharap agar Jepang dan AS
menyetujui rencana Stabex untuk ASEAN.
Dalam pertemuan antara misi Radius Prawiro dengan PM Takeo
Fukuda di Tokyo bulan lalu, ASEAN minta agar Jepang mau
menyediakan dana stabilisasi sebesar $ 400 juta. Permintaan
tersebut sungguh masuk akal, bisa menguntungkan Jepang juga yang
terkenal langka bahan mentah itu (lihat TEMPO 6 Agustus).
Mengharapkan bantuan keuangan dari negara-negara kaya (terutama
Jepang) untuk bisa melaksanakan rencana kelima proyek industri
ASEAN.
Menyerukan kepada negara-negara industri (jelas yang dimaksud
al. Australia) agar menghilangkan langkah proteksi terhadap
barang berasal dari ASEAN.
Tetap mengusahakan hubungan baik dengan kelompok Indocina:
Laos, Kamboja dan Vietnam, sekalipun mereka menaruh curiga
terhadap ASEAN.
Memperbaiki struktur organisasi ASEAN. Dengan demikian
Sekretariat ASEAN (kini dipegang H.R. Dharsono dari Indonesia)
akan dipertegas. Para Menteri ASEAN diminta untuk setiap kali
melaporkan hasil kerja mereka ke Sekretariat, yang kemudian
meneruskannya kepada Standing Committee para Menlu ASEAN. Atas
usul Presiden Soeharto telah diadakan sidang khusus tingkat
Menteri untuk mengusahakan perbaikan struktur organisasi itu.
Gaya Marcos
Menjelang KTT ditutup, para Gubernur Bank Sentral ASEAN
menandatangani persetujuan SWAP, yang bertujuan saling membantu
bila ada anggota yang mengalami kesulitan devisa. Maka para
anggota boleh melakukan swap, yakni menukar mata uangnya untuk
beroleh kredit jangka pendek.
Tiap negara ASEAN harus menyumbangkan $ 20 juta untuk
tersedianya fasilitas swap itu. Jika suatu negara ternyata
dipandang membutuhkan kredit tersebut, negara yang bersangkutan
bisa memperoleh pinjaman dua kali lipat dari jumlah yang
disumbangkan itu.
Maka tak salah jika PM Malaysia Datuk Hussein Onn di akhir
sidang itu berkata: "Kita mempunyai alasan untuk menyatakan
kepuasan kita." Dan kepuasan khusus bagi tuan rumah yang
menyelenggarakan KTT itu tak pelak lagi datang dari Presiden
Ferdinand Marcos.
Dalam gaya pidato yang memikatorang No. 1 Filipina itu
mengumumkan bahwa pemerintahnya sedang mengambil langkah pasti
untuk "menyingkirkan salah satu beban ASEAN: Tuntutan Republik
Filipina atas (wilayah) Sabah. (lihat Internasional). Suara
Marcos yang dicetuskan di awal sidang itu sungguh membuat
jalannya KTT di KL lebih bergairah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini