Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bagaimana meneguk air dari ...

Ktt asean memperingati ulang tahun ke 10 di kuala lumpur, membahas soal ekonomi. peningkatan volume perdagangan antar asean, rencana 5 proyek industri, stabex (stabilisasi penghasilan ekspor). (eb)

13 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA berkumpul tanpa memotong kuwe besar ketika memperingati ASEAN, yang pekan lalu tepat berusia 10 tahun. Mereka juga tak menghembuskan lilin sebagaimana lazimnya suatu ulang tahun. Pertemuan KTT 11 ASEAN berlangsung jauh dari suasana berpesta. Kelima kepala pemerintahan lebih suka mengheningkan cipta, mengangkat gelas (toast) untuk kemudian meninjau ke belakang tentang apa saja yang sudah, sedang dan masih harus mereka lakkan. Dan kemudian menyatakan "kepuasan bahwa negara-negara ASEAN telah membuat kemajuan penting dalam membina ketahanan mereka." Ada hal penting yang mereka catat selama sejarah berdirinya ASEAN: Pelaksanaan Deklarasi Kesepakatan yang lahir dari KTT ASEAN I di Bali. Dari ikrar bersama di Bali itulah titik berat kerjasama ASEAN beralih ke bidang ekonomi. Maka pertemuan puncak di KL pun lebih banyak berbicara soal ekonomi daripada soal politik. Para Menteri Luar Negeri seakan terasa tergeser peranannya, ketika di babak pendahuluan para pejabat ekonomi lebih banyak menguasai medan. Mengingat menonjolnya soal ekl)nomi, pertemuan yang umumnya terpusat di Hotel Hilton - Kualalumpur itu tak tedepas dari konflik kepentingan dalam negeri masing-masing anggota. Dengan kata lain, timbul perbedaan pendapat antara prioritas regional dengan prioritas nasional. Dalam membahas preferential trading arrangements yaitu perjanjian yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan antar ASEAN lewat penurunan tarif impor - timbul perbedaan mengenai jumlah barangnya. Untuk perdagangan preferensi itu, pada mulanya serangkaian pembicaraan -- tingkat Menteri di Manila dan Singapura - sudah bersepakat agar dibatasi dalam 71 barang saja. Indonesia sudah mengajukan 15 bahan yang akan mendapat preferensi impor. Sedang keempat anggota lainnya masing-masing menyodorkan 14 bahan. Kelima negara juga sudah bersetuju agar pukul rata diberikan reduksi tarif 10% untuk ke-71 bahan itu. Tapi dalam pertemuan di KL Singapura rupanya merasa jumlah barang itu perlu lebih diperbanyak. Dan jumlah yang diajukan Singapura itu tak tanggung-tanggung: lebih dari 1.700 bahan. Maksud Singapura adalah agar konperensi ini benar-benar melakukan suatu jalan tembus breakthroughl Dan bukan menempuh "langkah-langkah maju yang kecil," seperti diucapkan Menlu Singapura S. Rajaratnam selepas konperensi. Botol Usul Singapura itu didukung Filipina dan Muangthai. Itu memang sejalan dengan perjanjian bilateral yang ada antara ketiganya. Tapi Indonesia dan Malaysia secara halus menolak usul itu. "Tak mungkin kami menerimanya," kata seorang pejabat Malaysia. "Industri kita bisa mati dibuatnya," kilah seorang dari Indonesia. Dalam kata-kata seorang pejabat ekonomi Indonesia,"Singapura yang sudah jauh lebih maju perdagangannya seolah-olah ingin meneguk air yang lebih banyak dari botol yang sama." Namun begitu Indonesia tak menutup pintu akan usul Singapura itu. Baik Indonesia maupun Malaysia bersedia untuk memperluas perdagangan preferensi itu. Bukan dengan main pukul rata untuk sekian jumlah barang. Tapi, dengan tetap bertahan pada keputusan di Bali dulu, mau melakukannya atas dasar komoditi per komoditi, untuk memperoleh reduksi tarif yang 10% itu. Maka akhirnya tercapai 'mufakat' agar soal pemberian jumlah preferensi impor itu dibahas lagi dalam suatu pertemuan tingkat Menteri, yang besar kemungkinan akan berlangsung bulan depan. Kepentingan yang berbeda juga timbul ketika membahas rencana untuk lima proyek industri ASEAN. Kelima proyek yang menurut Rajaratnam merupakan simbol dari tekad kerjasama ekonomi ASEAN yang ditelurkan di Bali itu, sampai sekarang masih merupakan angan-angan. Indonesia memang sudah menyelesaikan studi penjajagan kemungkinan untuk proyek pabrik pupuk Urea di Aceh, yang rencananya ingin mulai dibangun tahun depan. Malaysia yang belum melakukan studi itu baru berharap akan bisa menyelesaikannya tahun ini juga. Maksudnya agar bisa membuat pabrik pupuk Urea bersama Indonesia. Tapi dari sela-sela konperensi ada terdengar bahwa Malaysia masih ingin lihat-lihat dulu, selama dua tahun ini, sebelum benar-benar mengambil keputusan akhir. Dari Filipina -- yang juga belum membuat studi penjajagan kemungkinan untuk rencana proyek superfosfat-tak terdengar suara yang pasti. Tak begitu jelas apa pasalnya Filipina sampai memilih untuk membuat pabrik superfosfat. Sebab di KL mereka menyatakan bersedia untuk mengganti rencana proyek itu dengan "yang lain" bila nanti terbukti bahan baku untuk membuat superfosfat tak mencukupi. Juga Muangthai yang kebagian proyek soda-ash tak bersuara banyak tentang itu. Kurang Sabar Tapi yang paling menimbulkan persoalan adalah rencana proyek mesin disel yang dipilih Singapura. Sekalipun mulanya sudah disepakati, pilihan Singapura itu ternyata dipandang bisa menimbulkan persaingan di kemudian hari. Rupanya keempat negara ASEAN lainnya juga sudah mempunyai rencana nasional untuk mendirikan pabrik mesin disel. Mereka lalu menunjuk pada konsensus semula: bahwa setiap proyek bersama itu hendaknya tidak bersaingan, tapi menunjang program nasional. Patut diketahui, Singapura juga belum membuat studi penjajagan untuk mesin disel. Sementara kelima proyek masih di atas kertas, ada tujuh proyek industri ASEAN lagi akan dipelajari kemungkinannya. Tapi mudah diduga prosesnya tak akan berjalan cepat. Melihat semua itu, orang seperti PM Lee Kuan Yew kelihatannya kurang sabar. "Kita harus mempercepat langkah," kata PM Lee dalam pidatonya. Kereta ASEAN terasa bergerak dengan kecepatan sedang. Setidaknya tak sekilat yang dikehendaki Singapura. Sekalipun begitu, daftar keputusan yang keluar dari sidang-sidang yang dijaga ketat oleh sekuAti Malaysia, cukup panjang. Antara lain perlu dicatat:  STABEX atau dana stabilisasi untuk bahan-bahan pokok yang diekspor ASEAN. Prinsip Stabex ini serupa dengan yang dipraktekkan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) terhadap berbagai negara Afrika, seperti tercantum dalam Konvensi Lome (ibukota Togo, Afrika). Mereka amat berharap agar Jepang dan AS menyetujui rencana Stabex untuk ASEAN. Dalam pertemuan antara misi Radius Prawiro dengan PM Takeo Fukuda di Tokyo bulan lalu, ASEAN minta agar Jepang mau menyediakan dana stabilisasi sebesar $ 400 juta. Permintaan tersebut sungguh masuk akal, bisa menguntungkan Jepang juga yang terkenal langka bahan mentah itu (lihat TEMPO 6 Agustus).  Mengharapkan bantuan keuangan dari negara-negara kaya (terutama Jepang) untuk bisa melaksanakan rencana kelima proyek industri ASEAN.  Menyerukan kepada negara-negara industri (jelas yang dimaksud al. Australia) agar menghilangkan langkah proteksi terhadap barang berasal dari ASEAN.  Tetap mengusahakan hubungan baik dengan kelompok Indocina: Laos, Kamboja dan Vietnam, sekalipun mereka menaruh curiga terhadap ASEAN.  Memperbaiki struktur organisasi ASEAN. Dengan demikian Sekretariat ASEAN (kini dipegang H.R. Dharsono dari Indonesia) akan dipertegas. Para Menteri ASEAN diminta untuk setiap kali melaporkan hasil kerja mereka ke Sekretariat, yang kemudian meneruskannya kepada Standing Committee para Menlu ASEAN. Atas usul Presiden Soeharto telah diadakan sidang khusus tingkat Menteri untuk mengusahakan perbaikan struktur organisasi itu. Gaya Marcos Menjelang KTT ditutup, para Gubernur Bank Sentral ASEAN menandatangani persetujuan SWAP, yang bertujuan saling membantu bila ada anggota yang mengalami kesulitan devisa. Maka para anggota boleh melakukan swap, yakni menukar mata uangnya untuk beroleh kredit jangka pendek. Tiap negara ASEAN harus menyumbangkan $ 20 juta untuk tersedianya fasilitas swap itu. Jika suatu negara ternyata dipandang membutuhkan kredit tersebut, negara yang bersangkutan bisa memperoleh pinjaman dua kali lipat dari jumlah yang disumbangkan itu. Maka tak salah jika PM Malaysia Datuk Hussein Onn di akhir sidang itu berkata: "Kita mempunyai alasan untuk menyatakan kepuasan kita." Dan kepuasan khusus bagi tuan rumah yang menyelenggarakan KTT itu tak pelak lagi datang dari Presiden Ferdinand Marcos. Dalam gaya pidato yang memikatorang No. 1 Filipina itu mengumumkan bahwa pemerintahnya sedang mengambil langkah pasti untuk "menyingkirkan salah satu beban ASEAN: Tuntutan Republik Filipina atas (wilayah) Sabah. (lihat Internasional). Suara Marcos yang dicetuskan di awal sidang itu sungguh membuat jalannya KTT di KL lebih bergairah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus