Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menanti Frekuensi Tambahan Jaringan 5G

Pemerintah berencana memperluas jaringan telekomunikasi seluler generasi kelima atau jaringan 5G, tahun depan. Sudah dinantikan operator telekomunikasi.

 

7 Desember 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Uji coba alat elektronik yang menggunakan jaringan Telkomsel 5G saat peluncuran Telkomsel 5G di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjanjikan perluasan jaringan telekomunikasi seluler generasi kelima, alias jaringan 5G, tahun depan. Realisasinya dinanti sejumlah operator telekomunikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Penataan Sumber Daya Kominfo, Denny Setiawan, menyatakan pemerintah bakal melepas tiga jenis pita frekuensi tahun depan. Dua di antaranya adalah frekuensi di rentang 26 gigahertz (GHz) dengan lebar pita 2,7 GHz; serta 3,5 GHz dengan lebar pita 200 megahertz (MHz).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pita frekuensi lainnya berada di rentang 700 MHz. Saat ini spektrum tersebut masih digunakan untuk penyiaran. Seiring dengan program migrasi dari televisi analog ke digital atau analog switch-off (ASO), tersedia pita lebar sebesar 112 MHz yang bisa dialihkan pemanfaatannya. Denny mengatakan ada potensi 90 MHz pita lebar di rentang frekuensi 700 MHz untuk layanan 5G.

Pemerintah menargetkan melepas frekuensi 700 MHz di awal 2023 sembari menunggu program ASO rampung. Sementara itu, waktu pelepasan dua frekuensi lainnya masih belum ditentukan. "Kami akan seleksi (pengguna frekuensi) nantinya," kata Denny di Jakarta, kemarin.

Faktor penentu waktu lelang frekuensi ini salah satunya soal payung hukum. Pemerintah sedang merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kominfo. Salah satunya mengatur kompensasi penggunaan frekuensi bersama. "Setelah (aturan) ini siap, mudah-mudahan tahun depan 5G lebih kencang."

PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) juga memiliki harapan yang sama. Perusahaan ini sudah menargetkan perluasan jaringan 5G ke 131 titik tahun depan jika pemerintah melepas frekuensinya. Saat ini layanan 5G anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk ini baru berada di 49 titik.

Vice President Area Account Management Telkomsel, Samuel Pasaribu, menyatakan target penambahan jaringan 5G hingga tiga kali lipat ini bukan tanpa persiapan. Perusahaan telah mematikan hampir semua frekuensi 3G untuk mengembangkan 4G dan 5G.

Selain itu, dari sisi teknologi, semua perangkat yang dipasang Telkomsel saat mengembangkan 4G sekarang sudah siap untuk 5G. "Hanya tinggal layanannya yang belum diaktifkan," kata dia. Salah satunya karena belum tersedia frekuensi tambahan.

Peluncuran Telkomsel 5G di Jakarta, 2021. Tempo/Tony Hartawan

Dari sisi permintaan, Samuel optimistis layanan 5G banyak peminat. Meskipun di beberapa negara yang sudah lebih dulu menerapkan 5G pemanfaatannya masih rendah, potensi pertumbuhannya dinilai cukup signifikan.

Saat ini, di dalam negeri, permintaan penggunaan jaringan 5G masih didominasi kalangan industri. Sedangkan untuk pelanggan retail, dia menilai perlu ada pemantik lebih dulu. Misalnya, hadir aplikasi tertentu untuk pengguna retail yang membutuhkan 5G. "Karena kan saat ini, kalau browsing atau main game, cukup menggunakan jaringan 4G," tuturnya.

Group Head Architect & Development XL Axiata, Aun Abdul Wadud, pun sependapat soal potensi 5G. Saat ini perusahaan sudah mulai bergerilya mengembangkan layanan tersebut ke sektor industri, dari pertambangan, manufaktur, logistik, hingga pengembangan smart cities. "Kami akan menjadi digital enabler," katanya.

Dengan tambahan frekuensi, XL Axiata sudah berencana memperluas jaringan, khususnya ke luar Pulau Jawa. Melansir situs perusahaan, layanan 5G XL Axiata saat ini baru tersedia di tujuh kota di Jawa. Sedangkan di Sumatera baru tersedia di tiga titik, serta masing-masing satu titik di Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Ditanya soal rencana investasi untuk jaringan 5G tahun depan, Aun menyatakan perusahaan masih menghitung angkanya. Jumlah modal yang dialokasikan bergantung pada titik-titik penambahan jaringan dan total use case (skenario penggunaan) yang bakal dilakukan, baik untuk retail maupun industri. "Sekarang masih dalam tahap perencanaan."

Permintaan dari kalangan industri untuk memanfaatkan 5G juga diamini CEO Smartfren Business, Alim Gunadi. Melihat peluang tersebut, kata dia, perusahaan sudah melakukan beberapa use case. "Jadi, begitu teknologi dan frekuensinya sudah di sana, kami tinggal lari," tuturnya.

Namun hingga saat ini induk perusahaan Smartfren Business, PT Smartfren Telecom Tbk, masih dalam tahap pembahasan rencana pemanfaatan 5G. Menurut Alim, salah satu pertimbangannya adalah investasi yang tidak murah. "Rata-rata setiap investasi spektrum atau frekuensi baru (dalam bisnis seluler) itu perlu tujuh tahun untuk menikmatinya."

VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus