LACTOGEN, Enfamil, Similac dan Sobee -- semua itu adalah merek
susu bayi yang telah mengejutkan pasaran. Asal mulanya ialah
karena pemerintah Australia mencurigai bahwa (kuman) Salmonella
telah mencemar keempat produk itu. Karena Australia juga
mengekspor, sedikitnya ke 30 negara, maka diserukannya supaya
berhati-hati dan, kalau perlu, di-retur saja keempatnya jika
berasal dari Australia.
Memang bukanlah pabrik-pabrik Australia saja yang mengeluarkan
keempatnya. Pabrik Nestle di Waru (Surabaya), misalnya, juga
mengalengkan Lactogen. Tapi Indonesia juLa dilanda kejutan itu
sejak koran-koran Jakarta (21 Juli) memberitakan peringatan
pemerintah Australia itu.
Akibat pemberitaan itu, menurut manajer Garry Wainscott dari PT
Brislol-Myers Indonesia, "ada kemunduran dalam pasaran" karena
konsumen raguragu. "Problim bukan di sini, tapi di Australia,"
Wainscott menjelaskan kepada TEMPO.
Adalah Bristol-Myers Co., induk perusahaan Mead Johnson SA, yang
memunyai pabrik terbesar di banyak negara yang memprodusir
Enfamil, Enfamil with Iron dan Sobee. PT Indexim Alpha mengimpor
merek-merek itu dari pabrik-pabrik di negeri Belanda dan
Selandia Baru untuk pemasaran di Indonesia.
Binatang
Ini adalah pukulan kedua kalinya bagi Enfamil sesudah kasus 1975
di Singapura. Ketika :itu pabriknya di Singapura mengeluarkan
Enfamil yang di bawah mutu standar - tidak cocol untuk bayi,
tapi boleh untuk binatang..Namun, sementara pedagang tokh
memasukkannya juga ke Indonesia dengan cara menghapus tanda cat
biru di kaleng Enfamil yang diketahui tidak boleh untuk manusia
itu. Kasus Enfamil eks Singapura ini sudah selesai.
Yang paling terkena oleh pemberitaan dari Australia adalah PT
Food Specialities Indonesia. Perusahaan itu mengalengkan
berbagai produk Nestlc di Waru, antara lain cap Nona (Milkmaid),
Dancow. Eledon dan Milo disamping Lactogen. Khusus untuk
Lactogen, pabrik Waru mendatangkan bahannya sebagian besar dari
Eropa dan Selandia Baru. Tapi ketika pabrik Waru kewalahan
melayani permintaan masyarakat yang meningkat, jaringan usaha
Nestle mengimpor juga Lactogen (sudah jadi) dari Australia pada
Nopember dan Desember 1976. NV Muara, Jakarta, ditugaskan
mengimpornya sebanyak 3000 karton, di antaranya 1000 dikirim ke
Medan. Semua itu berasal dari pabrik di Gympie, negara bagian
Queensland, Australia.
Belakangan ini diketahui Salmonella cuma mencemarkan pengalengan
di pabril Tonggala, Victoria, Australia. Jadi produk dari
Cympic (berkode G), menurut pengumuman resmi terahlir, dianggap
sip - tidak cemar.
Bagaimana dengan merek Similac? Oh itu, demikian ditjen
Pengawasan Obat dan Makanan Depkes, "belum pernah" diimpor
Indonesia. Maka selesailah kejutan Salmonella di pasaran
Indonesia. Tapi siapa tahu, di musim pungli ini dia bisa
menyusup masuk. Salmonella, kata Kepala Bagian Mmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. WAFJ
Tumbelaka, dapat menimbulkan penyakit typhus abdominalis dan
paratyphus. berbahaya. (lihat Kesehatan).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini