Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bakmi dan kaldu bayi

Restoran bakmi gajah mada dikabarkan menggunakan tetesan air bayi mati untuk campuran penyedap air kaldu, juga diisukan disegel oleh yang berwajib karena hal tersebut. hingga langganan berkurang 20%. (eb)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH dua puluh tahun maju tanpa banyak promosi, akhirnya Baknii Gajah Mada 77 di Jakarta kena gempur desas-desus. Sejak pertengahan September, restoran yang membuka usaha di Jalan Gajah Mada 92 dan Melawai IV/25, Kebayoran Baru itu, dikabarkan orang menggunakan tetesan air bayi mati untuk pencampur air kaldu, supaya tetap sedap rasanya. Kabar angin itu menjijikkan memang. Tapi nampaknya para langganan tidak seluruhnya meludah dan menghindar dari sana. Akhir pekan kemarin di Jalan Melawai, 15 meja lantai bawah dan 16 meja di lantai atas tetap penuh pada waktu tengah hari. Anak-anak sekolah menempati meja panjang di bagian tengah lantai II. Mereka kelihatannya datang dari sekolah yang tak jauh dari Pasar Blok M itu. "Jumlah anak-anak yang mampir biasa . . . ," kata seorang pelajar. Tapi para pelayan mengatakan akhir-akhir ini pengunjung berkurang. "Kalau tempo hari sampai ada yang menunggu giliran atau turun naik tangga mencari tempat kosong," kata seorang pelayan berseragam coklat. Kabar buruk yang merambat dengan cepat itu sesungguhnya ditujukan pada BGM di Jalan Melawai. Isyu terakhir menyebutkan ada anak sekolah yang melihat bayi yang diletakkan di atas baskom. Kabarnya sesampai di rumah ia kontan pingsan. Katanya, ia melihat pemandangan yang menjijikkan itu dalam sebuah ruangan selepas membuang hajat kecil. Lantas berita angin yang lain menyebutkan seseorang telah melihat di salah sebuah ruangan yang selalu terturup, sedang duduk seorang nenek yang sekujur tubuhnya bulukan, mengawasi sajen. Sedangkan di salah satu ruangan BGM di Jalan Gajah Mada seorang langganan melihat seorang anak yang penuh kurap sedang duduk di atas meja dapur. Alhasil 18 September lalu Dinas Pariwisata DKI memanggil pemilik restoran itu, Abraham Koko Tanumiharja 41 tahun. Bekas pegawai bank sekarang mendampingi isterinya menggerakkan BGM. Dalam suratnya, kata Koko, ia membantah isyu yang menurut seorang pejabat dinas pariwisata DKI ia dengar dari adiknya. Koko malahan menantang supaya didatangkan polisi untuk memeriksa. Pada 29 September datanglah polisi memeriksa seluruh kamar termasuk kolong meja, supaya jangan ada pula isyu yang mengatakan ada yang dipasang di bawah meja, di Jalan Gajah Mada. 2 Oktober seregu polisi menggeledah BGM Melawai, tanpa menemukan sesuatu yang bisa dianggap mencurigakan. Emil Salim "Mungkin isyu itu dilontarkan oleh anak-anak sekolah yang iseng. Karena memang 50% dari langganan kami anak sekolah. Lantas ada yang menggunakan kesempatan itu untuk memukul kami," keluh Yulia Wijaya, 35 tahun, isteri Koko yang memimpin BGM di Melawai. Wanita ini adalah anak ketiga dari Li Siu, 70 tahun, pendiri BGM. Yulia sendiri mengakui, sejak tersebarnya kabar buruk itu, langganannya berkurang sekitar 20%. Dalam sehari restoran bakmi yang bertarif terendah Rp 450 semangkok itu menerima sekitar 300 orang. "Kalau lagi ramai bisa mencapai 500," sambut suaminya, Koko. Namun diakui juga, setiap habis Lebaran, langganan memang agak berkurang. Sehari BGM menghabiskan 15 kegandum. Mesin penggiling pernah digunakan, tapi rasanya knrang enak. Itulah makanya ini diadon sendiri dan diotong-potong dengan tangan. Emil Salim memuji BGM karena dengan begitu bisa menyedot tenaga kerja ketika sang menteri bersantap ke sana Juni 1978. Bakso disuplai oleh pedagang tertentu, dengan janji tidak mengedarkan bakso serupa kepada pengusaha lain. Dari semangkok bakmi yang Rp 450 BGM bisa menarik keuntungan 30% atau sekitar Rp 135. Belum lagi dihitung keuntungan dari makanan lain. Juga minuman yang menurut Yulia bisa memberi untung 5%. Mungkinkah keuntungan ini yang telah memancing pengusaha lain untuk menyebarkan isyu? Restoran dengan hidangan utama bakmi sebesar BGM tak ada. Mungkin restoran-restoran yang jauh lebih kecil, yang jumlahnya puluhan, terpepet karena BGM? Sebenarnya dalam sejarah BGM yang dibuka sejak 1959, perang isyu ini merupakan yang kedua kali. Dulu disebutkan bakmi di situ pakai air lindung. Dan kemajuan yang dicapai berkat matinya anak pemilik restauran itu saban tahun sebagai tumbal. Namanya desas-desus 'kan sulit untuk dibantah. Apa yang akan dikerjakan BGM? "Kita serahkan kepada Tuhan. Ia tahu mana yang benar," jawab Yulia. Sepit Mi BGM ternyata juga menggunakan jasa pengacara Kho Gin Tjan SH. Dan 4 oktober pengacara ini memuat iklan bantahan terhadap desas-desus seraya mengancam mereka yang menyebar luaskan desas-desus. Tanggal 6 Oktober ia mengundang sekitar 70 wartawan untuk "berkenalan" dengan BGM. Para tamunya menyantap habis semua hidangan. Tak perduli soal bayi dalam baskom. "Kami mengundan saudara-saudara kemari bukan untuk konperensi pers tapi untuk mencicili bakmi kami. Sekaligus untuk membuktikan bahwa isyu-isyu di luar tidak benar," kata Kho Gin Tjan SH, setelah mereguk birnya yang terakhir. Persis hari itu juga ia memasang iklan di koran mengenai bantahan serupa, sekaligus dengan pengumuman bahwa retoran BGM tetap buka seperti biasa dan "tidak pernah disegel". Sebab isyu yang beredar juga mengatakan BGM ditutup yang berwajib. Kemunduran 20% gara-gara isyu nampaknya terasa sekali bagi BGM. "Kami sekarang sedang memikirkan untuk lebih mempromosikan perusahaan ini," kata Yulia. Promosi seperti hadiah piring, sepit mi dan iklan bioskop sudah lama ditinggalkan. Pengacara Kho sendiri yakin biang keladi isyu akan terbongkar. Ia kelihatannya sudah seperti mengantongi nama orang-orang yang membuat onar itu. Siapa? Kita tunggu advokat Kho.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus