SETELAH dua puluh tahun maju tanpa banyak promosi, akhirnya
Baknii Gajah Mada 77 di Jakarta kena gempur desas-desus. Sejak
pertengahan September, restoran yang membuka usaha di Jalan
Gajah Mada 92 dan Melawai IV/25, Kebayoran Baru itu, dikabarkan
orang menggunakan tetesan air bayi mati untuk pencampur air
kaldu, supaya tetap sedap rasanya.
Kabar angin itu menjijikkan memang. Tapi nampaknya para
langganan tidak seluruhnya meludah dan menghindar dari sana.
Akhir pekan kemarin di Jalan Melawai, 15 meja lantai bawah dan
16 meja di lantai atas tetap penuh pada waktu tengah hari.
Anak-anak sekolah menempati meja panjang di bagian tengah lantai
II.
Mereka kelihatannya datang dari sekolah yang tak jauh dari Pasar
Blok M itu. "Jumlah anak-anak yang mampir biasa . . . ," kata
seorang pelajar.
Tapi para pelayan mengatakan akhir-akhir ini pengunjung
berkurang. "Kalau tempo hari sampai ada yang menunggu giliran
atau turun naik tangga mencari tempat kosong," kata seorang
pelayan berseragam coklat.
Kabar buruk yang merambat dengan cepat itu sesungguhnya
ditujukan pada BGM di Jalan Melawai. Isyu terakhir menyebutkan
ada anak sekolah yang melihat bayi yang diletakkan di atas
baskom. Kabarnya sesampai di rumah ia kontan pingsan. Katanya,
ia melihat pemandangan yang menjijikkan itu dalam sebuah ruangan
selepas membuang hajat kecil.
Lantas berita angin yang lain menyebutkan seseorang telah
melihat di salah sebuah ruangan yang selalu terturup, sedang
duduk seorang nenek yang sekujur tubuhnya bulukan, mengawasi
sajen. Sedangkan di salah satu ruangan BGM di Jalan Gajah Mada
seorang langganan melihat seorang anak yang penuh kurap sedang
duduk di atas meja dapur.
Alhasil 18 September lalu Dinas Pariwisata DKI memanggil pemilik
restoran itu, Abraham Koko Tanumiharja 41 tahun. Bekas pegawai
bank sekarang mendampingi isterinya menggerakkan BGM. Dalam
suratnya, kata Koko, ia membantah isyu yang menurut seorang
pejabat dinas pariwisata DKI ia dengar dari adiknya. Koko
malahan menantang supaya didatangkan polisi untuk memeriksa.
Pada 29 September datanglah polisi memeriksa seluruh kamar
termasuk kolong meja, supaya jangan ada pula isyu yang
mengatakan ada yang dipasang di bawah meja, di Jalan Gajah Mada.
2 Oktober seregu polisi menggeledah BGM Melawai, tanpa menemukan
sesuatu yang bisa dianggap mencurigakan.
Emil Salim
"Mungkin isyu itu dilontarkan oleh anak-anak sekolah yang iseng.
Karena memang 50% dari langganan kami anak sekolah. Lantas ada
yang menggunakan kesempatan itu untuk memukul kami," keluh Yulia
Wijaya, 35 tahun, isteri Koko yang memimpin BGM di Melawai.
Wanita ini adalah anak ketiga dari Li Siu, 70 tahun, pendiri
BGM.
Yulia sendiri mengakui, sejak tersebarnya kabar buruk itu,
langganannya berkurang sekitar 20%. Dalam sehari restoran bakmi
yang bertarif terendah Rp 450 semangkok itu menerima sekitar 300
orang. "Kalau lagi ramai bisa mencapai 500," sambut suaminya,
Koko. Namun diakui juga, setiap habis Lebaran, langganan memang
agak berkurang.
Sehari BGM menghabiskan 15 kegandum. Mesin penggiling pernah
digunakan, tapi rasanya knrang enak. Itulah makanya ini diadon
sendiri dan diotong-potong dengan tangan.
Emil Salim memuji BGM karena dengan begitu bisa menyedot tenaga
kerja ketika sang menteri bersantap ke sana Juni 1978. Bakso
disuplai oleh pedagang tertentu, dengan janji tidak mengedarkan
bakso serupa kepada pengusaha lain. Dari semangkok bakmi yang Rp
450 BGM bisa menarik keuntungan 30% atau sekitar Rp 135. Belum
lagi dihitung keuntungan dari makanan lain. Juga minuman yang
menurut Yulia bisa memberi untung 5%.
Mungkinkah keuntungan ini yang telah memancing pengusaha lain
untuk menyebarkan isyu? Restoran dengan hidangan utama bakmi
sebesar BGM tak ada. Mungkin restoran-restoran yang jauh lebih
kecil, yang jumlahnya puluhan, terpepet karena BGM?
Sebenarnya dalam sejarah BGM yang dibuka sejak 1959, perang isyu
ini merupakan yang kedua kali. Dulu disebutkan bakmi di situ
pakai air lindung. Dan kemajuan yang dicapai berkat matinya anak
pemilik restauran itu saban tahun sebagai tumbal. Namanya
desas-desus 'kan sulit untuk dibantah. Apa yang akan dikerjakan
BGM? "Kita serahkan kepada Tuhan. Ia tahu mana yang benar,"
jawab Yulia.
Sepit Mi
BGM ternyata juga menggunakan jasa pengacara Kho Gin Tjan SH.
Dan 4 oktober pengacara ini memuat iklan bantahan terhadap
desas-desus seraya mengancam mereka yang menyebar luaskan
desas-desus.
Tanggal 6 Oktober ia mengundang sekitar 70 wartawan untuk
"berkenalan" dengan BGM. Para tamunya menyantap habis semua
hidangan. Tak perduli soal bayi dalam baskom. "Kami mengundan
saudara-saudara kemari bukan untuk konperensi pers tapi untuk
mencicili bakmi kami. Sekaligus untuk membuktikan bahwa
isyu-isyu di luar tidak benar," kata Kho Gin Tjan SH, setelah
mereguk birnya yang terakhir.
Persis hari itu juga ia memasang iklan di koran mengenai
bantahan serupa, sekaligus dengan pengumuman bahwa retoran BGM
tetap buka seperti biasa dan "tidak pernah disegel". Sebab isyu
yang beredar juga mengatakan BGM ditutup yang berwajib.
Kemunduran 20% gara-gara isyu nampaknya terasa sekali bagi BGM.
"Kami sekarang sedang memikirkan untuk lebih mempromosikan
perusahaan ini," kata Yulia. Promosi seperti hadiah piring,
sepit mi dan iklan bioskop sudah lama ditinggalkan. Pengacara
Kho sendiri yakin biang keladi isyu akan terbongkar. Ia
kelihatannya sudah seperti mengantongi nama orang-orang yang
membuat onar itu. Siapa? Kita tunggu advokat Kho.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini