Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Raksasa itu mulai bangun

Setelah lama terbengkalai, proyek krakatau steel yang 2 tahun lalu baru memiliki pabrik besi beton, kini dalam tahap i sudah merampungkan pabrik besi spons dan juga pabrik billet yang terbesar di dunia.(eb)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PIPA baja setinggi pintu itu banyak menarik perhatian ketika rombongan kecil Menteri PAN Sumarlin meninjau PT Krakatau Steel akhir pekan lalu. Bukan disebabkan ucapan Selamat Datang di perut pipa bundar berdiameter 80 inci itu--yang siap menyambut kedatangan Presiden Soeharto 9 Oktober ini. Tapi karena pipa "itulah yang paling maju di sini -- mesin-mesinna buatan kita," kata Dir-Ut PT Krakatau Steel, ir. Tunky Ariwibowo. Banyak kemajua,n bisa dicatat dibandingkan ketika Presiden melongok kompleks baja yang 2.300 hektar itu lebih dua tahun lalu. Waktu itu baru pelabuhan Cigading dan pabrik besi beton dan profil -- 'warisan' Rusia yang terbengkalau itu--selesai. Kini, dalam tahap I yang diperluas itu banyak yang lain mulai rampung di Cilegon, Banten. Ada pabrik besi spons, terbuat dari bijih besi bermutu tinggi. Belum banyak produksinya, sekalipun menurut rencana sudah akan menghasilkan 500 ribu ton akhir tahun ini. Dan berangsur-angsur mencapai kapasitas 2 juta ton pada 1983. Lalu pabrik besi billet: bahan baku untuk membuat besi baja berbentuk seri empat. Ini adalah proyek serah-kunci (turn key) dari swasta Jerman Ferrostahl Artinya mulai dari modal, pemasangan sampai selesainya pabrik ditangani oleh swasta Jerman itu. Tapi yang menarik adalah ini: pabrik besi billet itu diam-diam yang terbesar di dunia. Tadinya yang terbesar adalah Meksiko dengan kapasitas produksi lebih 1 juta ton setahun," kata Direktur Produksi ir. Soetoro Mangoenioewargo. Uang Sekolah Rencana produksi billet kelak diharapkan mencapai 2 juta ton setahun, dihasilkan oleh 4 modul yang masing-masing berkekuatan 500 ribu ton. Jadi berapa produksi sekarang? "Wah, baru trial run (percobaan) sebanyak 20 sampai 30 ribu ton, selama 3-4 bulan ini," kata Direktur Soetoro. Di samping yang Jerman, banyak orang Meksiko dipekerjakan di situ. Ada 16 orang. Menurut Ariwibowo, Meksiko-lah yang pertama kali mengembangkan proses pembuatan billet itu. Kini tak kurang 58 tenaga Indonesia sedang dilatih di sana. Ada juga proyek yang setengah serah-kunci, seperti tampak dalam pabrik wire rod (bahan baku untuk membuat berbagai jenis kawat). Artinya, pihak Krakatau Steel yang membeli peralatan mesin termasuk pemasangannya, sedang pekerjaan sipil diserahkan pada kontraktor Indonesia. Ada tiga kontraktor sini dalam pabrik yang baru membuat 5.000 ton bahan untuk kawat paku dan kawat seng sebulan PT listrikum untuk listriknya. PT Caputra untuk sipil dan PT Barata untuk pemasangan mesin. Adapun rencana produksinya, dalam buku, adalah 220.000 ton setahun. Presiden dan Ny. Tien Soeharto juga akan diajak untuk merestui pabrik yang menurut Ariwibowo, "paling maju" tadi anak perusahaan yang memprodusir pipa baja bernama PT Krakatau Hoogovens International Pipe Industries, Ltd. Itu hasil patungan dengan perusahaan Hoogovens Belanda yang terkenal itu dan swasta Filipina. Tapi kini duapertiga dari modalnya yang hanya $ 13 juta itu dikuasai Krakatau Steel. Setelah baru-baru ini mendapat droping lagi dari Departemen Keuangan. Pabrik yang tergolong kecil di sana, dengan produksi percobaan sejak Agustus lalu, agaknya juga dimaksudkan untuk tempat belajar tenaga Indonesia. Dengan menyewa dua ahli Jerman, yang diminta mendisain, maka mesin-mesin pabriknya, kata Ariwibowo, adalah buatan orang-orang Krakatau sendiri. Kalaupun cara demikian itu jatuhnya lebih mahal, itu menurut Ariwibowo adalah "uang sekolah yang harus kita tanggung agar menjadi lebih pandai." Uang sekolah ini sebelumnya, terutama di zaman ir. Marjoeni Warganegara menjadi Dir-Ut, sudah luar biasa banyak keluar--hampir percuma. Diharapkan kali ini tidak sia-sia. Hingga saat ini Menteri Sumarlin yang ditunjuk sebagai Ketua Tim Penyehat kabarnya masih harus merundingkan kembali investasi masa lampau sebanyak 700 juta DM dengan pihak Ferrostahl. Dia memang sudah berhasil menyelamatkan uang negara dengan menekan proyek yang semula menggelembung sampai $ 3,5 milyar menjadi sekitar $ 2 milyar. Tapi yang masih menjadi pertanyaan adalah selesainya pembuatan 5 PLTU yang seluruhnya 400 megawatt (MW) itu, buatan Siemens AG. Seluruh pabrik sekarang, termasuk proyek penjernihan air yang juga dikunjungi Presiden, sudah cukup dengan 2 PLTU atau 100 MW. Menurut Sumarlin, yang hari itu datang dengan helikopter Bolkow buatan Nurtanio, PLTU yang ketiga itu sudah digunakan untuk tenaga cadangan. Sedang dua yang sampai sekarang masih menganggur, akan dijual kepada PLN. "Listrik itu akan kami suplai sampai gardu, sedang transmisi dan distribusinya, itu urusan PLN," kata Ariwibowo. Jadi, kata Menteri Sumarlin mengutip seorang yang turut rombongan, "seperti tumbu ketemu tutup."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus