PIPA baja setinggi pintu itu banyak menarik perhatian ketika
rombongan kecil Menteri PAN Sumarlin meninjau PT Krakatau Steel
akhir pekan lalu. Bukan disebabkan ucapan Selamat Datang di
perut pipa bundar berdiameter 80 inci itu--yang siap menyambut
kedatangan Presiden Soeharto 9 Oktober ini. Tapi karena pipa
"itulah yang paling maju di sini -- mesin-mesinna buatan kita,"
kata Dir-Ut PT Krakatau Steel, ir. Tunky Ariwibowo.
Banyak kemajua,n bisa dicatat dibandingkan ketika Presiden
melongok kompleks baja yang 2.300 hektar itu lebih dua tahun
lalu. Waktu itu baru pelabuhan Cigading dan pabrik besi beton
dan profil -- 'warisan' Rusia yang terbengkalau itu--selesai.
Kini, dalam tahap I yang diperluas itu banyak yang lain mulai
rampung di Cilegon, Banten.
Ada pabrik besi spons, terbuat dari bijih besi bermutu tinggi.
Belum banyak produksinya, sekalipun menurut rencana sudah akan
menghasilkan 500 ribu ton akhir tahun ini. Dan berangsur-angsur
mencapai kapasitas 2 juta ton pada 1983.
Lalu pabrik besi billet: bahan baku untuk membuat besi baja
berbentuk seri empat. Ini adalah proyek serah-kunci (turn key)
dari swasta Jerman Ferrostahl Artinya mulai dari modal,
pemasangan sampai selesainya pabrik ditangani oleh swasta Jerman
itu.
Tapi yang menarik adalah ini: pabrik besi billet itu diam-diam
yang terbesar di dunia. Tadinya yang terbesar adalah Meksiko
dengan kapasitas produksi lebih 1 juta ton setahun," kata
Direktur Produksi ir. Soetoro Mangoenioewargo.
Uang Sekolah
Rencana produksi billet kelak diharapkan mencapai 2 juta ton
setahun, dihasilkan oleh 4 modul yang masing-masing berkekuatan
500 ribu ton. Jadi berapa produksi sekarang? "Wah, baru trial
run (percobaan) sebanyak 20 sampai 30 ribu ton, selama 3-4 bulan
ini," kata Direktur Soetoro.
Di samping yang Jerman, banyak orang Meksiko dipekerjakan di
situ. Ada 16 orang. Menurut Ariwibowo, Meksiko-lah yang pertama
kali mengembangkan proses pembuatan billet itu. Kini tak kurang
58 tenaga Indonesia sedang dilatih di sana.
Ada juga proyek yang setengah serah-kunci, seperti tampak dalam
pabrik wire rod (bahan baku untuk membuat berbagai jenis kawat).
Artinya, pihak Krakatau Steel yang membeli peralatan mesin
termasuk pemasangannya, sedang pekerjaan sipil diserahkan pada
kontraktor Indonesia. Ada tiga kontraktor sini dalam pabrik yang
baru membuat 5.000 ton bahan untuk kawat paku dan kawat seng
sebulan PT listrikum untuk listriknya. PT Caputra untuk sipil
dan PT Barata untuk pemasangan mesin. Adapun rencana
produksinya, dalam buku, adalah 220.000 ton setahun.
Presiden dan Ny. Tien Soeharto juga akan diajak untuk merestui
pabrik yang menurut Ariwibowo, "paling maju" tadi anak
perusahaan yang memprodusir pipa baja bernama PT Krakatau
Hoogovens International Pipe Industries, Ltd. Itu hasil patungan
dengan perusahaan Hoogovens Belanda yang terkenal itu dan swasta
Filipina. Tapi kini duapertiga dari modalnya yang hanya $ 13
juta itu dikuasai Krakatau Steel. Setelah baru-baru ini mendapat
droping lagi dari Departemen Keuangan.
Pabrik yang tergolong kecil di sana, dengan produksi percobaan
sejak Agustus lalu, agaknya juga dimaksudkan untuk tempat
belajar tenaga Indonesia. Dengan menyewa dua ahli Jerman, yang
diminta mendisain, maka mesin-mesin pabriknya, kata Ariwibowo,
adalah buatan orang-orang Krakatau sendiri.
Kalaupun cara demikian itu jatuhnya lebih mahal, itu menurut
Ariwibowo adalah "uang sekolah yang harus kita tanggung agar
menjadi lebih pandai." Uang sekolah ini sebelumnya, terutama di
zaman ir. Marjoeni Warganegara menjadi Dir-Ut, sudah luar biasa
banyak keluar--hampir percuma. Diharapkan kali ini tidak
sia-sia.
Hingga saat ini Menteri Sumarlin yang ditunjuk sebagai Ketua Tim
Penyehat kabarnya masih harus merundingkan kembali investasi
masa lampau sebanyak 700 juta DM dengan pihak Ferrostahl. Dia
memang sudah berhasil menyelamatkan uang negara dengan menekan
proyek yang semula menggelembung sampai $ 3,5 milyar menjadi
sekitar $ 2 milyar.
Tapi yang masih menjadi pertanyaan adalah selesainya pembuatan 5
PLTU yang seluruhnya 400 megawatt (MW) itu, buatan Siemens AG.
Seluruh pabrik sekarang, termasuk proyek penjernihan air yang
juga dikunjungi Presiden, sudah cukup dengan 2 PLTU atau 100 MW.
Menurut Sumarlin, yang hari itu datang dengan helikopter Bolkow
buatan Nurtanio, PLTU yang ketiga itu sudah digunakan untuk
tenaga cadangan. Sedang dua yang sampai sekarang masih
menganggur, akan dijual kepada PLN. "Listrik itu akan kami
suplai sampai gardu, sedang transmisi dan distribusinya, itu
urusan PLN," kata Ariwibowo. Jadi, kata Menteri Sumarlin
mengutip seorang yang turut rombongan, "seperti tumbu ketemu
tutup."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini