Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masih demam batangan

Sidang imf di beograd berhasil menekan harga emas yang terus melonjak, walaupun harga itu belum mantap. di jakata belum ada pengaruhnya, orang lebih senang beli emas batangan daripada emas perhiasan. (eb)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

M. ISMAIL, 44 tahun, pedagang emas dari Palembang misalnya, terlihat bengong begitu masuk ke toko emas Hias Seni di Gang Kenanga, Senen, Jakarta Pusat. Ia bingung, mengapa di daerah perdagangan emas masih ramai tapi di Jakarta lesu. "Saya menyerah, terpaksa saya jual rugi," katanya Kamis pekan lalu. Bayangkan, harga emas murni Logam Mulia (LM) dengan kadar 999,8% yang pada tanggal 3 Oktober mencapai Rp 8.300 per gram esoknya merosot menjadi Rp 8.000 per gram. Tapi dua hari kemudian melonjak lagi. Dengan begitu harga emas di luar neri dengan di dalam negeri sudah hampir berimbang. Emas batangan ex impor hari itu ditawarkan Rp 8.240 per gram. Namun situasi di bursa emas internasional masih tak menentu. Droping emas yang biasa dilakukan pemerintah Amerika Serikat tiap awal bulan sebanyak 3/4 juta troy ounce (23.327 kg) ternyata tidak menenangkan keadaan. Sidang Dewan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang berlangsung di Beograd juga memusatkan perhatiannya pada masalah yang peka ini. 5 x sehari Siang hari itu, 3 Oktober, harga emas di bursa London meloncat ke $ 444 per ounce (Rp 298.388) yang berarti naik $ 30 dibandingkan sehari sebelumnya. Harga ini merupakan rekor baru yang selama ini belum pernah terjadi. Dan lebih tinggi $ 71 dibandingkan minggu sebelumnya, yang mencatat sekitar $ 373,50. Tapi ketika bursa London mau ditutup harga anjlok menjadi $ 424 peronce (Rp 265.848). Turun $ 20 per ounce ketika sidang IMF itu masih berlangsung di Beograd, Ibukota Yugoslavia. Meskipun demikian "harga itu belum mantap, sewaktu-waktu bisa berubah," kata Handoyo, Direktur PT Central Intervest Corporation (CIC), pedagang valuta asing dan emas LM di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Barat. Akhir pekan lalu, CIC memasang harga jual Rp 8.10()/gram dan membeli dengan Rp 7.700 per gram, sementara PP Unit Lotam Mulia PT Aneka Tambang di Jalan Pemuda menjual Rp 8.200/gram. Dalam keadaan demikian para spekulan emas di Jakarta kurang antusias melakukan pembelian maupun penjualan. Ketika harga emas mulai menggila, 2 pekan lalu omzet rata-rata CIC sekitar 3 kg emas setiap hari. Semua itu produk LM yang terdiri dari berat 25 gram, 50 gram sampai 100 gram. "Kini omzet kami tak sampai separohnya," lanjut Handoyo. Membeli emas batangan sekarang ini tak sukar. Para konsumen dapat berhubungan dengan "toko emas yang bonatid seperti di Gang Kenanga, CIC dan PP Logam Mulia," kata Danil Nasir pejabat penjualan dari pabrik Pengolahan 8 Pemurnian Logam Mulia. Dengan menunjukkan nota pembelian (faktur CIC orang dapat membeli sesuai dengan harga yang terjadi hari itu. Namun apa yang terjadi esok sulit diramalkan. "Harga sekarang ini di luar dugaan semua pihak," ujar Budiman dari Toko Mas Hias Seni. Tadinya, para ahli bursa emas di luar negeri memperkirakan harga emas pada tingkat $ 400 per ounce baru akan dicapai sekitar awal 1980. Kenyataannya pada 1 Oktober telah naik $ 14,75 per troy ounce di atas harga yang diramalkan itu. Bahkan pernah membubung sampai $ 444 per ounce. Dan bursa Hongkong pernah pula dipanaskan oleh sejumlah kaum spekulan. Biasanya perubahan harga emas di Hongkong itu cuma 2-3 kali sehari, pekan lalu sampai 5 kali sehari. Maka seperti dikatakan Handoyo dari CIC, "sudah waktunya Indonesia mencari tambang-tambang baru." Produksi tambang emas Cikotok di Banten Selatan hanya sekitar 280 kg setahun." Jumlah itu jelas belum cukup memenuhi kebutuhan yang terus meningkat." Buktinya di pasaran Jakarta banyak beredar emas impor yang untuk memasukkannya ke sini memerlukan devisa yang tak sedikit. Apalagi dalam suasana inflasi yang bergejolak dewasa ini orang lebih senang menyimpan emas daripada mendepositokan uangnya di bank. Di pusat-pusat perdagangan emas seperti Glodok, Sawah Besar, Gang Kenanga, dan Proyek Senen (semuanya di Jakarta), para pemilik emas perhiasan pun jarang menjual emasnya. Menurut Budiman, "orang yang mau menjual emas perhiasan pun mengambil sikap menunggu, dengan harapan harga akan naik lagi." Pembeli tak ada yang main kiloan, cuma beberapa gram, bingung karena harga di luar negeri yang gila-gilaan itu. Kalau dulu pemilikan emas perhiasan itu sekitar 70% dan emas batangan 30%, kini keadaannya sudah berbalik. 30% emas perhiasan, terutama di desa-desa dan 70% emas murni dalam bentuk batangan. Itu sinyalemen Danil Nasir, pejabat PP Logam Mulia dari PT Aneka Tambang, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus