Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

$ 5 milyar untuk bernafas

Ekspor non minyak selama semester i 1979, naik 51% dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan kenaikkan volume ekspor 17% menjadi 14,7 juta ton. ekspor meningkat tampak a.l: tekstil dan besi beton. (eb)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR baik dari Bina Graha: Ekspor non-minyak cukup menggembirakan. Data Biro Pusat Statistik yang dibagikan Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro sesudah sidang Dewan itabilisasi minggu lalu menunjukkan kspor non minyak selama semester I 1979 mencapai US$ 2,8 milyar, melonjak 51% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Harus diakui sebagian kenaikan nilai ini terjadi karena kenaikan harga bahan ekspor Indonesia. Yang lebih penting adalah volume ekspor dalam waktu yang sama naik 17% menjadi 14,7 juta ton. Kenaikan volume ini menunjukkan barang yang diekspor memang bertambah, dan ini berarti adanya perkembangan ekonomi di daerah yang melakukan ekspor. Kenaikan volume ekspor ini juga menunjukkan sesudah devaluasi daya saing barang ekspor Indonesia di luar negeri menjadi lebih kuat. Ekspor non-minyak ini diharapkan akan menghasilkan devisa US$ 5,5 milyar tahun ini, naik 25% dari tahun sebelumnya. Dari ekspor di luar minyak ini, perkembangan penting juga terjadi pada ekspor bahan non-tradisional, yang sebagian besar merupakan barang setengah jadi maupun barang jadi. Mengekspor barang jadi merupakan impian Indonesia selama ini. Sekarang sudah menjadi kenyataan. Kini, Indonesia sudah berhasil menjual ke luar negeri beberapa barang jadinya seperti tekstil, pupuk, semen, pakaian jadi, plastik dan bahkan besi beton. Ekspor tekstil, misalnya, dalam setengah tahun pertama 1979 sudah mencapai US$ 30 juta. Untuk seluruh 1978, baru US$ 10 juta. Ekspor besi beton juga naik keras, sampai pemerintah terpaksa melakukan pembatasan ekspornya untuk mencegah kekurangan di dalam negeri. Ekspor bahan-bahan tersebut yang dalam Laporan Mingguan Bank Indonesia dikategorikan sebagai ekspor "lain-lain", naik 145% menjadi US$ 230 juta selama tujuh bulan pertama 1979. Diperkirakan ekspor bahan-bahan ini akan mencapai US$ 400 juta pada tahun anggaran sekarang. Kalau berhasil maka untuk pertama kalinya ekspor bahanbahan jadi merupakan komponen yang penting dalam ekspor Indonesia. Di lain pihak ekspor minyak netto dan gas alam cair dengan mudah akan nelampaui US$ 6 milyar, sesudah adanya beberapa kali kenaikan harga tahun ini. Indonesia mungkin akan menaikkan harga minyak lagi seandainya OPEC dalam sidangnya Desember nanti di Caracas, ibukota Venezuela memutuskan kenaikan harga. Beberapa negara seperti Kuwait, Veneuela, dan Nigeria sudah menaikkan harga minyaknya. Tapi Menteri Pertambangan dan Energi Subroto nlenegaskan baru-baru ini, Indonesia tak kan merobah harga minyaknya sampai idang OPEC nanti. Proyeksi IMF Perkembangan ekspor yang di luar dugaan itu diperkirakan akan membri surplus pada neraca pembayaran Indonesia sebanyak US$ 1,5 milyar san-pai US$ 2 milyar tahun anggaran ini, dibanding surplus US$ 700 juta pada tahun anggaran yang lalu. Juga diperkirakan rekening berjalan (current account) akan mengalami surplus untuk pertama kalinya. Ini disebabkan terutama karena perkembangan impor agak tertekan dengan devaluasi rupiah Nopember tahun lalu, sedangkan ekspor melonjak. Bisa jadi pada Maret 1980 nanti, akhir tahun anggaran sekarang, cadangan devisa akan mencapai US$ 5 milyar dibanding US$ 3,5 milyar sekarang ini cadangan devisa paling besar yang pernah dipunyai Indonesia, jika nanti berhasil. Tapi banyak yang khawatir perkembangan ekspor yang baik ini akan segera berakhir pada 1980, karena negara industri masih mengalami resesi, yang akan mengurangi permintaan mereka terhadap barang negara lain. Proyeksi terakhir Dana Moneter Internasional (IMF) tentang pertumbuhan ekonomi negara industri menunjukkan gambaran yang lebih suram dari proyeksi yang dibuat sebelumnya. Sekalipun demikian pertumbuhan ekonomi Jerman Barat dan Jepang (dan ini sering untuk Indonesia) masih diproyeksikan lebih baik dari ekonomi negara industri lainnya. Apapun yang bakal terjadi di negara industri, Indonesia dengan US$ 5 milyar di tangan nanti, cukup bisa bernafas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus