SETELAH mendapat serangan taufan di laut Cina Selatan, kapal
keruk Bangka II selamat sampai di Air Kantung, di lepas pantai
pulau Bangka September ini. Beratnya 9000 ton, panjang
pontoonnya 108 meter dan lebarnya 32,5 meter. Harganya? US$
17.363.000, termasuk suku cadang untuk 2 tahun operasi.
Dibangun dan ditarik dari galangan kapal Mitsubishi Heavy
Industry Hiroshima Shipyard, Jepang, Bangka II merupakan yang
terbesar dari 29 kapal keruk lainnya yang dimiliki PT Timah. Ia
didisain oleh suatu tim PT Timah bersama FW Payne & Son (Bickly)
Ltd, konsultan dari Inggeris yang juga mendisain Bangka I pada
15 tahun silam. "Penambahan kapal keruk ini betulbetul atas
dasar perhitungan ekonomis dan logis," kata Sirman Widiatmo,
direktur pemasaran PT Timah, perusahaan negara.
Produksi logam timah Indonesia masih 26.000 metrik ton setahun
-- hasil kerukan di lepas pantai, tambang semprot dan
penambangan dalam di Bangka, Belitung, Singkep, Karimun, Kundur
dan (penambangan rakyat) di Bangkinang. Dengan Bangka II, mulai
Oktober produksi diharapkan bertambah 1500 metrik ton lagi
setahun.
Menjangkau, Dan Pijit Kenop
Kecuali Bangka 1, 27 kk lainnya sudah tua-tua yang bekerja cuma
50-60% dari kapasitas. Bayangkan, 21 di antaranya dibuat sebelum
PD II. Bangka I, tiba tahun 1966, mempunyai kemampuan keruk
sampai kedalaman 40 meter dari permukaan laut, memiliki 142
mangkok berukuran @ 18 cubic feet dengan panjang pontoon 95
meter dan lebar 24,5 meter. Sedang Bangka 11 mampu menambang
deposit timah di lepas pantai sampai kedalarnan 50 meter dengan
151 mangkok pengeruk yang masing-masing berukuran 22 cubic feet.
Maka perairan lepas pantai yang banyak mengandung bijih timah
yang tadinya tak bisa dijangkau, kini bisa lagi ditambang. Ir.
M. Simatupang, direktur perencanaan dan pengembangan PT Timah,
mengatakan produksi masih mungkin ditingkatkan rata-rata 4%
setahun. Selama ini peningkatan produksi itu rata-rata hanya
1,5% setahun.
PT Timah merencanakan untuk membuat satu lagi kk besar yang akan
diberi nama Belitung I, diharapkan awal 1980 sudah beroperasi.
Data tehnisnya sama dengan Bangka II tapi disesuaikan dengan
kondisi daerah operasinya di Belitung. "Dengan harga timah
sekarang PT Timah sanggup membeli 2 kapal lagi," kata direktur
Widiatmo. "Kapan mau, kita tinggal pijit kenop."
Tentu masalahnya tidak semudah itu. Selain didasarkan atas
perhitungan ekonomis dan finansiil, faktor harga timah di
pasaran dunia pun menjadi pertimbangan. Akhir-akhir ini harganya
di bursa Penang maupun London memang menggembirakan
negara-negara produsen. Di Penang, 11 September, harganya M$
1865 per pikul (=60,48 kg), naik menjadi M$ 1895 pada 18
September, dan pada 21 September melompat ke M$ 1905. Tingkat
ini berada di atas ceiling price (M$ 1700/pikul), sedang harga
dasar (floor rice) yang ditetapkan oleh International Tin
Agreement adalah M$ 1350/pikul.
Harga di atas M$ 1800 itu terjadi sejak Agustus. "Pasaran timah
sekarang sungguh drastis," kata Widiatmo pula. "Itu disebabkan
Malaysian Mining Corporation (MMC) yang biasanya mensuplai
Penang sebanyak 20.000 ton setahun, kini tidak muncul." Dari
sekitar 1000 tambang timah yang dimiliki perusahaan swasta di
Malaysia, MMC menguasai 33,3% dari semua produksi negeri itu.
Suplai MMC kini langsung dipegang oleh Anglo Sham, subsidiary
dari Philips Brothers, agen penjualan MMC. Maka turn-over
Penang berkurang.
Sampai pekan lalu, pelelangan timah di bursa Penang terpaksa
mengadakan penjatahan. Kalau misalnya ada permintaan 50.000 ton
sesuai dengan harga pasar, pembeli bisa dapat cuma sekitar 040%
saja. Akibatnya suplai di pasar berkurang. Tapi bagaimana
tindakan Amerika yang punya stockpile sebanyak 200.000 ton?
Baru Berita
Sejak tahun lalu Amerika mau melepas cadangan sebanyak 32.000
ton, dan 5000 ton lagi mau diberikannya kepada Bufferstock dari
Dewan Timah Internasional. Tapi sampai kini baru berita. DTI
diketahui tidak akan menjual timah di bawah M$ 1600 per pikul,
meskipun Amerika melepaskan stoknya. "Kalau berada di bawah M$
1600 biasanya Bufferstock akan membeli terus sampai daya belinya
habis. Daya hisap Bufferstock dewasa ini sebanyak 60.000 ton.
Dan BS sekarang ini penuh dengan uang, karena negara konsumen
seperti Jepang, Denmark, Kanada dan Inggeris telah membayar
iurannya.
Perusahaan tambang timah negara, setelah setahun menjadi Persero
tampak semakin lincah. Selain memasarkan logam timah dengan
merek Banka Tin seberat 38 kg dengan kemurnian minimum 99,92%
mulai tahun ini ia menghasilkan merek baru: Mentok Tin. Kadar
kemurnian timahnya (Sn) adalah 99,85%. Batangan Mentok Tin ini
seperti halnya Bangka Tin diolah di Peleburan Timah Mentok
(Peltim). Merek baru bertujuan menambah jangkauan pemasaran.
Mentok Tin ini bebas diekspor kembali oleh pembelinya. Sedangkan
Bangka Tin tidak bisa begitu karena kontrak penjualannya.
Rencana produksi Mentok Tin tahun ini yang hanya 1500 ton, tahun
depan akan menjadi 5000 ton. Harganya pun memberi harapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini