Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bangka II Datang, Mentok Tin Muncul

Kapal keruk Bangka II merupakan kapal keruk terbesar milik PT Timah yang dibuat di Jepang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi timah Indonesia. Batangan timah mentok Tin mulai dipasarkan. (eb)

30 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH mendapat serangan taufan di laut Cina Selatan, kapal keruk Bangka II selamat sampai di Air Kantung, di lepas pantai pulau Bangka September ini. Beratnya 9000 ton, panjang pontoonnya 108 meter dan lebarnya 32,5 meter. Harganya? US$ 17.363.000, termasuk suku cadang untuk 2 tahun operasi. Dibangun dan ditarik dari galangan kapal Mitsubishi Heavy Industry Hiroshima Shipyard, Jepang, Bangka II merupakan yang terbesar dari 29 kapal keruk lainnya yang dimiliki PT Timah. Ia didisain oleh suatu tim PT Timah bersama FW Payne & Son (Bickly) Ltd, konsultan dari Inggeris yang juga mendisain Bangka I pada 15 tahun silam. "Penambahan kapal keruk ini betulbetul atas dasar perhitungan ekonomis dan logis," kata Sirman Widiatmo, direktur pemasaran PT Timah, perusahaan negara. Produksi logam timah Indonesia masih 26.000 metrik ton setahun -- hasil kerukan di lepas pantai, tambang semprot dan penambangan dalam di Bangka, Belitung, Singkep, Karimun, Kundur dan (penambangan rakyat) di Bangkinang. Dengan Bangka II, mulai Oktober produksi diharapkan bertambah 1500 metrik ton lagi setahun. Menjangkau, Dan Pijit Kenop Kecuali Bangka 1, 27 kk lainnya sudah tua-tua yang bekerja cuma 50-60% dari kapasitas. Bayangkan, 21 di antaranya dibuat sebelum PD II. Bangka I, tiba tahun 1966, mempunyai kemampuan keruk sampai kedalaman 40 meter dari permukaan laut, memiliki 142 mangkok berukuran @ 18 cubic feet dengan panjang pontoon 95 meter dan lebar 24,5 meter. Sedang Bangka 11 mampu menambang deposit timah di lepas pantai sampai kedalarnan 50 meter dengan 151 mangkok pengeruk yang masing-masing berukuran 22 cubic feet. Maka perairan lepas pantai yang banyak mengandung bijih timah yang tadinya tak bisa dijangkau, kini bisa lagi ditambang. Ir. M. Simatupang, direktur perencanaan dan pengembangan PT Timah, mengatakan produksi masih mungkin ditingkatkan rata-rata 4% setahun. Selama ini peningkatan produksi itu rata-rata hanya 1,5% setahun. PT Timah merencanakan untuk membuat satu lagi kk besar yang akan diberi nama Belitung I, diharapkan awal 1980 sudah beroperasi. Data tehnisnya sama dengan Bangka II tapi disesuaikan dengan kondisi daerah operasinya di Belitung. "Dengan harga timah sekarang PT Timah sanggup membeli 2 kapal lagi," kata direktur Widiatmo. "Kapan mau, kita tinggal pijit kenop." Tentu masalahnya tidak semudah itu. Selain didasarkan atas perhitungan ekonomis dan finansiil, faktor harga timah di pasaran dunia pun menjadi pertimbangan. Akhir-akhir ini harganya di bursa Penang maupun London memang menggembirakan negara-negara produsen. Di Penang, 11 September, harganya M$ 1865 per pikul (=60,48 kg), naik menjadi M$ 1895 pada 18 September, dan pada 21 September melompat ke M$ 1905. Tingkat ini berada di atas ceiling price (M$ 1700/pikul), sedang harga dasar (floor rice) yang ditetapkan oleh International Tin Agreement adalah M$ 1350/pikul. Harga di atas M$ 1800 itu terjadi sejak Agustus. "Pasaran timah sekarang sungguh drastis," kata Widiatmo pula. "Itu disebabkan Malaysian Mining Corporation (MMC) yang biasanya mensuplai Penang sebanyak 20.000 ton setahun, kini tidak muncul." Dari sekitar 1000 tambang timah yang dimiliki perusahaan swasta di Malaysia, MMC menguasai 33,3% dari semua produksi negeri itu. Suplai MMC kini langsung dipegang oleh Anglo Sham, subsidiary dari Philips Brothers, agen penjualan MMC. Maka turn-over Penang berkurang. Sampai pekan lalu, pelelangan timah di bursa Penang terpaksa mengadakan penjatahan. Kalau misalnya ada permintaan 50.000 ton sesuai dengan harga pasar, pembeli bisa dapat cuma sekitar 040% saja. Akibatnya suplai di pasar berkurang. Tapi bagaimana tindakan Amerika yang punya stockpile sebanyak 200.000 ton? Baru Berita Sejak tahun lalu Amerika mau melepas cadangan sebanyak 32.000 ton, dan 5000 ton lagi mau diberikannya kepada Bufferstock dari Dewan Timah Internasional. Tapi sampai kini baru berita. DTI diketahui tidak akan menjual timah di bawah M$ 1600 per pikul, meskipun Amerika melepaskan stoknya. "Kalau berada di bawah M$ 1600 biasanya Bufferstock akan membeli terus sampai daya belinya habis. Daya hisap Bufferstock dewasa ini sebanyak 60.000 ton. Dan BS sekarang ini penuh dengan uang, karena negara konsumen seperti Jepang, Denmark, Kanada dan Inggeris telah membayar iurannya. Perusahaan tambang timah negara, setelah setahun menjadi Persero tampak semakin lincah. Selain memasarkan logam timah dengan merek Banka Tin seberat 38 kg dengan kemurnian minimum 99,92% mulai tahun ini ia menghasilkan merek baru: Mentok Tin. Kadar kemurnian timahnya (Sn) adalah 99,85%. Batangan Mentok Tin ini seperti halnya Bangka Tin diolah di Peleburan Timah Mentok (Peltim). Merek baru bertujuan menambah jangkauan pemasaran. Mentok Tin ini bebas diekspor kembali oleh pembelinya. Sedangkan Bangka Tin tidak bisa begitu karena kontrak penjualannya. Rencana produksi Mentok Tin tahun ini yang hanya 1500 ton, tahun depan akan menjadi 5000 ton. Harganya pun memberi harapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus