Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berangkat Dari Merana

P & T Lands, perkebunan karet & teh milik Inggris di Subang, Jawa Barat, yang diambil alih menjadi PTP XXX keadaannya kurang terurus. Sementara bantuan pemerintah belum juga turun.(eb)

30 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

P&T Lands, perkebunan karet dan teh milik Inggeris di Subang, Jawa Barat, sudah lama diambil-alih sebagai akibat politik konfrontasi di zaman Orde Lama. Sejak itu namanya sudah 4 kali berobah, terakhir sampai sekarang disebut PTP XXX. Kondisinya juga berobah sekali, tapi dalam keadaan merana. Dari sejumlah 30 perkebunan milik negara, PTP 'XXX ini jelas termasuk yang tidak sebat. Helman Eidy dari TEMPO baru-baru ini pergi ke sana dan melaporkan: Para karyawannya kelihatan murung. Direksinya selalu terlambat membayar gaji. Pada akhir Agustus, umpamanya, hanya gaji untuk 3 bulan sebelumnya yang dibayarkan. "Tiap tahun perusahaan ini terus-terusan rugi," direktur Muhammad Marcell menjelaskan. "Kini kerugian itu mencapai Rp 1,2 milyar." Marcell dan para anggota pimpinan lainnya berkantor di Bandung, tapi mereka. kini bersiap-siap untuk kembali ke Subang. P&T (Pamanukan & Tjiasem) Lands sebelum diambil-alih memiliki areal perkebunan seluas 23.000 hektar, di antaranya 15.000 hektar tanaman karet. Pohon karetnya sudah tua-tua, sedang peremajaannya selama di tangan negara tidak dilakukan. Maka kini tanaman karetnya tinggal 4000 hektar saja yang masih menghasilkan. Adalah tanaman teh (2000 hektar) dari peninggalan P8T Lands yang masih menggembirakannya. Pernah PTP XXX mencoba memanfaatkan sebagian arealnya -- 5500 hektar -- dengan membawa PTP XVII dari Jawa Tengah untuk sama-sama menanam rosella. Untuk itu, banyak pohon karetnya harus ditebang. Perjanjian kerja mereka semustinya berlangsung selama 5 musim tanam, tapi PTP XVII angkat kaki sesudah 2 musim saja. PTP XXX rupanya tidak mampu mengerjakan kebun rosella itu sendiri. Kemampuannya terbatas sekali antara lain karena kekurangan modal kerja. Entah kenapa PTP XXX ini kurang dipupuk oleh bank milik pemerintah, sedang banyak PTP lainnya gampang memperoleh kredit. Sebagian pendapatannya berasal dari sewa tanah dan gedung, umpamanya, yang dipakai untuk kantor Kodim dan rumah Dan Dim Subang. Tapi tidak semua bekas harta P&T Lands bisa menghasilkan uang baginya. Antara lain gedung yang dipakai Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), Jalan Cut Muthia 7, Jakarta. "Kalau sewanya diperoleh dari BKPM," kata Marcell, "peremajaan tanaman bisa bertambah." Marcell menunjuk pula pada 10.000 hektar kebun teh, milik PTP XXX, yang dikerjakan oleh PT Pagelaran, Tegal (Ja-Teng). Tadinya kebun itu dipinjamkan untuk areal survey Universitas Gajah Mada. Setelah dipakai UGM, katanya, tanah seluas itu tidak dikembalikan pada pemiliknya, sedang PTP XXX tidak mendapat apa-apa dari PT Pagelaran. Ada pula lapangan golf (9 holes), peninggalan P&T Lands, yang menghasilkan uang. Dikelola oleh Persatuan Golf Subang, lapangan itu ternyata sudah tidak dikuasai oleh PTP XXX walaupun karyawannya, jika mau, boleh main di situ. Karyawannya kini berjumlah 9000, turun dari 23.000 ketika perkebunan itu masih di tangan P&T Lands. Ada karyawan yang menarik diri saja karena tak tahan dengan keadaan morat-marit di PTP XXX. Ada pula yang memang diberhentikan (tentu dengan sedikit pesangon) karena pekerjaan berkurang. Pimpinannya kini kelihatan mulai berusaha memperbaiki perusahaan. Dari pemerintah sedang ditunggunya injeksi dana Rp 1,8 milyar. Disiplin kerja pun mulai ditegakkan dengan mewajibkan tiap pegawai mengisi daftar hadir. Beberapa staf pimpinannya sudah dirumahkan. Tadinya, gaya hidup kalangan atasnya mengagumkan. Mobil dinas tetap diganti dengan yang baru walaupun keuangan perusahaan menyedihkan. Mereka mengadakan arisan bulanan dengan hadiah kendaraan Colt untuk tiap tarikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus