Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gibran Huzaifah kian bungah. Start-up yang dia bangun sejak 2014, eFishery, moncer dan dibanjiri pendanaan dari investor. Merujuk laman Crunchbase.com, eFishery sudah menggalang pendanaan hingga US$ 5,2 juta atau sekitar Rp 73,4 miliar dari berbagai investor besar. Yang terakhir adalah putaran pendanaan Seri B yang dipimpin Go-Ventures, anak usaha Gojek, pada Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama enam tahun, bisnis eFishery semakin berkembang. Tak hanya memasarkan alat pemberi pakan eFishery Feeder, Gibran juga mengembangkan bisnis lain, seperti platform pemasaran ikan eFishery Fresh serta pendanaan lewat eFisheryFund. “Banyak juga petani yang ingin membeli pakan dengan cara mencicil. Hal itu mendorong kami membuat layanan bayar eFisheryFund,” ucap Gibran, seperti dilansir KRAsia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk fitur pendanaan itu, eFishery menggandeng sejumlah bank dan teknologi finansial (fintech) peer-to-peer lending (P2P), seperti Alami dan Investree. Mereka menyalurkan pendanaan kepada pembudi daya ikan. Sejak didirikan pada Januari lalu, eFisheryFund sudah menyalurkan kredit hingga Rp 50 miliar.
eFishery berawal dari pemikiran Gibran—lulusan Jurusan Biologi Institut Teknologi Bandung—yang mendalami teknologi akuakultur atau budi daya ikan. Dia sudah mencoba beragam bisnis yang berkaitan dengan ikan, seperti mengelola 75 kolam, beternak lele, dan membuka gerai makanan.
Di tengah kesibukan tersebut, dia menemukan banyak hal. Tapi pengalaman yang paling diingatnya adalah keluhan peternak soal teknik pemberian pakan ikan yang tak efisien. “Padahal, urusan pakan itu porsinya 70-90 persen dari total biaya ternak ikan,” kata dia.
Tanpa takaran yang proporsional dalam siklus pemberian makan, kata Gibran, banyak pakan yang terbuang percuma dan malah mencemari kolam. Sedangkan harga pakan berkualitas tinggi mahal dan rawan dicuri. Dari masalah itu, Gibran lantas merancang alat pengatur pakan otomatis yang bisa dikontrol dari jarak jauh.
Hasil menjual kolam dan gerai kuliner yang tak begitu besar menjadi modal pertama Gibran untuk mewujudkan ide tersebut. Bahan pertamanya sederhana, hanya kaleng susu sapi peternakan sebagai wadah pakan serta beberapa cakram padat (CD) yang diatur sebagai pelontar. Dia mengembangkan perangkat digital dan aplikasi untuk alat itu bersama dua rekannya, Chrisna Aditya dan Muhammad Ihsan Akhirulsyah.
Sistem pengoperasiannya diatur dengan pesan pendek (short message service/SMS) lewat telepon seluler. Feeder—istilah Gibran untuk alat tersebut—terus dikembangkan hingga akhirnya bisa beroperasi otomatis dalam siklus tertentu, dengan takaran yang tepat. Pengguna hanya perlu mengakses ke situs web dengan akun khusus. Perangkat yang dijual seharga Rp 4-8 juta per unit itu menyediakan data dalam bentuk tabel atau grafik, lokasi kolam, dan volume pemberian pakan.
“Ini mempercepat kematangan ikan, sehingga pembudi daya bisa panen lebih cepat, dari rata-rata enam bulan jadi empat bulan,” tutur Gibran.
Perangkat itu dituntaskan pada 2013. Setelah mendirikan eFishery, Gibran memasarkan feeder itu ke pemilik kolam ikan kelas menengah hingga kelas besar pada 2014.
Dalam waktu setahun, eFishery naik pamor meski baru dimanfaatkan untuk tambak ikan dan udang. Gibran dan timnya kemudian membangun marketplace eFisheryFeed untuk menghubungkan peternak dengan produsen secara langsung dan eFisheryFresh, yang memungkinkan petani menjual ikan langsung ke restoran dan hotel.
Gibran mengklaim perusahaannya sudah menggandeng ribuan petambak ikan dan udang air tawar di 24 provinsi di Indonesia. Dia pun berencana memperluas pasar ke empat negara, yakni Vietnam, Thailand, Bangladesh, dan India.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto, mengatakan peluang bisnis komoditas dan infrastruktur di sektor bahari selalu menjanjikan, terutama untuk ekspor. Tapi dia meminta pemerintah dan pelaku perikanan memperkuat rantai pasok logistik ikan nasional. “Tantangan utamanya meningkatkan penghiliran," kata dia.
YOHANES PASKALIS
BANJIR DANA JURAGAN IKAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo