Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Di Desa Lendang Nangka Kabupaten Lombok Timur, Bank Indonesia (BI) membangun rumah pembibitan dan pengembangan bibit-bibit organik khususnya tanaman hortikultura. Luasnya 200 meter persegi antara lain untuk cabai, tomat dan sayur-sayuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rumah pembibitan tersebut diharapkan mampu mendukung konsep total organik yang diterapkan dalam pengembangan klaster cabai di Desa Lendang Nangka, mulai dari hulu hingga hilir. Untuk keperluan pembangunan Screen House dan Green House, Cultivator (mesin pengolah tanah) dan motor gerobak Rp270 juta melalui Program Sosial BI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (NTB) Prijono, tidak hanya sebatas menanam cabai, konsep pengembangan klaster cabai BI tersebut menganut prinsip Halalan Toyiban. Seluruh proses penanaman cabai mulai dari pembibitan hingga penanaman dilakukan dengan konsep total organik. ''Diharapkan produk cabai yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan sehat untuk dikonsumsi,'' kata Prijono sewaktu meresmikannya, Senin 16 Oktober 2017.
Prijono juga melakukan panen raya cabai milik Kelompok Tani Tetu Tetu yang juga mendapatkan bantuan BI. Perhatian BI dalam pengembangan klaster cabai ini tidak berhenti sampai fase panen saja. BI bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Timur turut memfasilitasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Tetu-Tetu untuk mengolah produk turunan (hilirisasi) dari cabai yang telah dipanen.
KWT Tetu-Tetu saat ini telah berhasil membuat beragam produk turunan dari cabai seperti sambal, abon cabai, saus sambal, dll. Produk-produk tersebut pun telah dipasarkan ke berbagai daerah di Provinsi NTB. Hilirisasi ini dilakukan guna mendorong peningkatan nilai tambah dari produk pertanian yang dihasilkan, sekaligus menjawab keresahan yang dialami petani apabila harga komoditas jatuh saat fase panen.
Mendukung terjaganya stabilitas harga, BI turut andil dalam meningkatkan ketersediaan pasokan komoditas penyumbang inflasi. Wujudnya, ikut mengembangkan klaster UMKM yang bergerak di sektor pertanian, khususnya tanaman cabai, yang merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi di Provinsi NTB.
Prijono menyampaikan bahwa kegiatan panen raya cabai ini sejalan dengan tujuan tunggal BI yaitu menjaga stabilitas harga, atau yang dikenal dengan inflasi. Inflasi dapat terkendali apabila pasokan komoditas pangan terjaga. Hal itulah yang mendasari langkah BI untuk ikut serta menanam cabai di Lombok Timur, yang merupakan salah satu sentra produksi cabai terbesar di Provinsi NTB.
Selama ini cabai Lombok dikirim ke 11 provinsi. Data Dinas Perdagangan NTB selama Februari 2017, jumlah cabe yang diantar pulaukan sebanyak 558,647 ton. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding bulan Januari 2017 sebanyak 29,786 ton.
Waktu itu, terbanyak memenuhi permintaan pedagang di Kepulauan Riau sebanyak 426,814 ton disusul DKI Jakarta sebanyak 70,035 ton, Sulawesi Selatan 22,710 ton. Lainnya adalah disuplai ke Riau 18,123 ton, Sumatra Barat 12,710 ton, Kalimantan Barat 10,120 ton. Selebihnya di bawah 2,1 ton.
Sedangkan pada bulan Januari 2017, NTB memenuhi cabe rawit 25,9 ton untuk Kepulauan Riau 17,25 ton, DKI Jakarta 4,5 ton, Riau 2 ton, Sumatra Barat 1,65 ton, Bangka Belitung 500 kilogram. Adapun cabe keriting 3,875 ton yang dikirim ke DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Riau dan Sumatra Barat. Sedangkan Cabe Merah sebagai sampel tujuan Sumatra Selatan.
SUPRIYANTHO KHAFID